Kamu tahu kenapa Tuhan menciptakan kegelapan? Supaya kita mensyukuri keindahan kelap-kelip bintang.Percaya deh, bahkan saat hidupmu sedang gelap, akan selalu ada cahaya yang membantu kamu menemukan jalan keluar
___
Mereka pun tertawa terbahak-bahak melihat Satria tengah berusaha mengejar kolor nya yang terbang kesana-kemari. Bahkan Satria sudah mencoba naik ke atas pohon karena terlalu tinggi, namun tetap saja ia tidak bisa menggapainya. Emang kurang ajar sekali!
"Woi! Bantuin gue ngapa! Kolor pink kebanggan gue yang harganya berjuta-juta sedang dalam bahaya. Gue gak mau ya, pas gue temuin kolor nya sobek di tengah-tengah gara-gara nyangkut di pucuk tiang listrik," ujar Satria sambil berkacak pinggang menatap teman-temannya yang tak berhenti tertawa meledeknya.
"Ikhlasin aja lah, Sat. Lagian warnanya cewek banget, gak malu lo pake kolor kayak gitu. Mana ada kantongnya lagi," balas Gailan lalu tertawa kembali. Laknat sekali!
Awalnya, Satria ke rumah sakit memakai kolor warna pink karena menurutnya memakai jeans ribet. Di perjalanan ia ditertawakan banyak orang, namun Satria tidak peduli. Ia tetap berjalan dengan santai tanpa memedulikan apa kata orang.
Akan tetapi karena tidak melihat ada ember bekas air pel di bawah, membuatnya tersandung hingga ia terguling-guling. Dan akibatnya baju serta kolor nya basah kuyup. Untung saja ia membawa cadangan kolor warna kuning.
"Gak! Gue gak akan ikhlasin tuh kolor selamanya. Itu kolor beli di Jepang dan limited edition. Satu-satunya kolor paling unik dan mahal disana. Harus gue jaga baik-baik dong," kata Satria tetap keukuh.
"Biarin aj-
Belum sempat Dara menjawab, terdengar suara teriakan Tiara yang menghampiri mereka sambil menangis kencang. Allen terkejut dibuatnya. Apa yang terjadi dengan Tiara?
"Kak Allen, Tiara takut banget. Tadi pas Tiara ke toilet Tiara lihat ada ceceran darah dimana-mana dan kacanya juga ada tulisan die warna merah. Tiara habis itu langsung lari kesini nemuin kak Allen," ucap Tiara sambil memeluk Allen dengan sangat erat.
Allen mengusap punggung Tiara agar Tiara tenang. Pelaku teror itu semakin gencar membuat orang-orang terdekatnya ketakutan. Hal ini membuat Allen semakin takut akan terjadi apa-apa kepada orang yang disayanginya. Begitu juga dengan Aveer, Dara, Satria, dan Gailan yang terdiam membeku.
"Pelaku teror itu semakin pintar. Dia tahu dimana posisi orang-orang terdekat Allen berada dan mau kemana. Gue rasa pelakunya udah handal dalam bidang ini," semua orang setuju mendengar perkataan Aveer.
"Kita harus hati-hati dan jangan biarin Allen pergi kemana-mana sendiri. Gue takutnya pelaku itu memanfaatkan keadaan dan malah buat Allen dalam bahaya," ujar Gailan.
"Gue sama Satria yang akan jaga Bu Anna dan anak-anak panti yang lain supaya keadaannya tetap baik-baik aja. Lo sama Gailan jaga Allen. Kan kalian berdua kerjaannya cekatan," usul Dara.
"Idih! Kok gue sama lo. Mending lo aja deh yang sama Gailan. Gue mau jagain dedek gemes gue tau gak," protes Satria.
"Lo gak usah protes deh, Sat. Usul Dara emang udah bener banget. Ini satu-satunya harapan kita supaya pelaku teror itu cepat ketangkap," tegas Gailan.
"Lo mending ikutin aja, jangan banyak protes!" tambah Aveer.
"Kalian gak perlu jagain gue seketat itu. Gue bisa jaga diri kok. Lagian kalian kan punya kepentingan pribadi sendiri, gue takutnya dengan kalian bantu gue, kepentingan itu malah terhambat," ucap Allen lirih.
"Pliss, jangan merasa lo semuanya bisa ngatasin sendiri. Kita ikhlas bantu dan nyelesain semuanya bareng-bareng. Gak seharusnya kita sebagai teman lo, biarin lo sendiri ngelakuin itu. Terus apa gunanya kita sebagai teman?" kata Dara.
"Bener kata Dara. Lo bukan Tuhan yang bisa dengan sekejap menyelesaikan semuanya, lo manusia, dan hal wajar lo butuh bantuan orang lain. Jangan egois Len! Kalau terjadi apa-apa sama lo dan kita gak tau. Itu malah semakin rumit akhirnya," Allen menghela nafas berat mendengar ucapan Gailan. Sebegitu pedulinya mereka kepada dirinya sampai-sampai mereka rela melakukan apapun.
"Oke, fine. Gue akan biarin kalian lakuin apapun yang kalian mau dan gue gak larang. Asalkan pelaku teror itu cepat ketangkap dan hidup gue berjalan dengan normal seperti orang kebanyakan," putus Allen akhirnya.
"Nah, gitu dong. Sekarang lo temenin Bu Anna dan sekalian bawa Tiara juga. Jangan sampai Bu Anna jadi sasaran pelaku teror itu lagi setelah Tiara," ujar Gailan. Allen pun mengangguk dan menggendong Tiara.
"Kalau gitu gue pergi dulu," namun sebelum Allen benar-benar pergi, tangan Allen ditahan oleh Aveer membuat Allen menatap Aveer bingung.
"Kenapa?" tanya Allen.
"Jangan pernah pergi kemanapun sendiri, kalau mau pergi, langsung kabarin gue. Gue akan selalu siap sedia buat nganterin lo."
•••
Dhea mencengkeram erat pipi Gisell membuat Gisell menatap Dhea tajam.
"Lo kenapa nyulik gue sama Azara? Kita sahabat lo, kita yang udah nemenin lo dari kelas 10. Emang kita ada salah sama lo sampai-sampai lo nyulik gue sama Azara?" Dhea menghempas dagu Gisell kasar dan melipat tangannya di depan dada.
"Lo emang gak ada salah sama gue. Tapi gue bakal manfaatin lo supaya rencana gue berjalan dengan mulus. Tapi tenang aja, gue akan bayar lo mahal sesuai sama kerjaan yang udah lo buat," jawab Dhea.
"Maksud lo apa nyuruh gue sekongkol sama lo? Gue bukan cewek bayaran yang lo bisa bayar kapanpun. Gue ini sahabat lo, masa lo tega korbanin gue demi kepuasan yang gak ada manfaatnya dibanding persahabatan kita," seru Gisell.
"Terserah lo bilang apa tentang gue. Yang jelas kalau lo gak nurutin permintaan gue, gue gak akan segan-segan nyakitin lo kapan aja. Ingat itu!"
"LO JAHAT SAMA GUE, KENAPA SIH LO LEBIH MENTINGIN KEPENTINGAN PRIBADI DARIPADA PERSAHABATAN KITA? KURANG APA GUE SELAMA INI SAMA LO? BILANG SAMA GUE DHEA! JANGAN BUAT GUE JADI ORANG YANG LEBIH JAHAT. UDAH CUKUP LO SELAMA INI PERBUDAK KITA DAN GUE AKAN BONGKAR KEBUSUKAN LO DI DEPAN SEMUA ORANG."
"Lo pikir semudah itu lo bongkar semuanya? Gak akan! Sebelum lo bilang iya, gue gak akan berhenti siksa lo."
"Bawa dia ke gudang dan siksa dia. Terserah mau siksa pake apa, gue gak peduli. Kalau dia udah bilang iya, berhenti. Soal teman yang satunya yang pingsan, biar gue yang urus."
Kedua pria berbaju hitam dan berbadan besar menunduk hormat.
"Baik bos."
Lalu mereka perlahan menghampiri Gisell dan melepas ikatan tali dari tangan dan kakinya.
"Lepasin gue!"
"Diam kamu!"
"Lepasin gue atau gue teriak?"
"Teriak aja! Ruangan ini kedap suara dan gak akan ada siapapun yang mendengarnya," jawab salah satu dari mereka.
Mereka kemudian menyeret Gisell dengan kasar, tak peduli Gisell selalu berontak untuk minta dilepaskan.
"AWAS AJA LO DHEA! GUE GAK AKAN TINGGAL DIAM GITU AJA!"
Dan perlahan suara itu kian menghilang setelah Gisell dimasukkan ke dalam sebuah ruangan khusus.
Dhea tersenyum sinis dan menatap Azara yang masih pingsan.
Siap-siap aja kehancuran lo akan dimulai, Allen!
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Enough [ PROSES REVISI ]
Подростковая литература𝕄𝔸𝕌 ℍ𝔼𝔹𝔸𝕋? 𝕁𝔸ℕ𝔾𝔸ℕ 𝕁𝔸𝔻𝕀 ℙ𝕃𝔸𝔾𝕀𝔸𝕋! JUDUL AWAL : MY HEART "𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐞𝐧𝐝𝐚𝐦 𝐥𝐮𝐤𝐚 𝐧𝐚𝐦𝐮𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚." Allen...