𝘬𝘢𝘥𝘢𝘯𝘨, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘯𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘤𝘪𝘱𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘥𝘪𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪. 𝘤𝘶𝘬𝘶𝘱 𝘥𝘪𝘱𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘫𝘢𝘶𝘩, 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘴𝘺𝘶𝘬𝘶𝘳𝘪 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘪𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘥𝘪𝘬𝘢𝘨𝘶𝘮𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘪𝘢𝘮.___
King...kring...kring
"Oke, karena waktunya sudah habis, kita lanjut Minggu depan. Jangan lupa tugas yang Ibu berikan dikerjakan! Kalau ada yang tidak mengerjakan akan Ibu kasih hukuman. Paham?" ujar Bu Endah di akhir pelajaran.
"Paham, Bu," jawab semua. Setelah Bu Endah keluar kelas, mereka serentak membereskan alat tulisnya hingga menimbulkan suara gaduh dan cepat-cepat keluar kelas. Namun saat Allen ingin keluar, lengannya ditahan oleh Gisell dan Azara membuat tubuh Allen tertahan.
"Mau kemana lo? Lo gak bisa kabur ya dari kita! Nih, jangan lupa kerjain tugas gue sama Azara sekalian, besok udah harus dikasih! Kalau gak, lo bakal tau akibatnya!" ancam Gisell sambil menyerahkan dua buku tugas kepada Allen.
Allen mengambil buku tersebut lalu membuangnya ke sembarang arah. Melihat hal itu sontak membuat emosi Gisell dan Azara membuncah.
Azara mendorong Allen hingga Allen terjatuh. "Maksud lo apa lempar buku gue sama Gisell sembarangan? Lo udah mulai lancang ya sama kita! Lo benar-benar minta dikasih pelajaran."
Allen bangkit dari duduknya dan mendorong Azara balik. Biarkan semua orang yang di dalam kelas mengiranya tidak tau diri. Ia merasa bahwa dirinya benar, tidak salah bukan ia melakukan itu?
"Sakit kan? Itu yang gue rasain selama ini. Lo pikir gue yang gak pernah balas perlakuan kalian, bukan berarti gue lemah. Gue tunggu waktu yang pas biar kalian sadar. Tapi semakin lama kalian semakin ngelunjak. Kalian selalu aja manfaatin kepintaran gue. Lo punya tangan kan? Gunain itu! Lo punya otak kan! Gunain itu! Buat apa tangan sama otak kalian kalau gak pernah dipakai? Buat balas dendam sama orang?" ketus Allen.
"Kurang ajar lo!" sebuah tangan menghentikan tangan Gisell yang akan menampar pipi Allen membuat semua orang terperangah melihatnya.
"Lepasin tangan gue!" ujar Gisell. Gailan melepaskan tangan Gisell secara kasar dan menatap tajam.
"Lo benar-benar udah kelewatan kali ini! Gue pikir setelah Dhea pergi dari sini, lo bakal jadi cewek baik-baik, ternyata pikiran gue salah. Tujuan lo apa sih sebenarnya? Lo mau buat Allen menderita? Lo mau dianggap keren sama semua orang?" kata Gailan. Aveer dan Satria serempak untuk diam tanpa ikut campur urusan Gailan dan Gisell.
"Kalau iya kenapa? Masalah buat lo? Gak kan! Lo itu bukan siapa-siapa di hidup gue, jadi jangan pernah atur-atur gue! Lo mending pergi dari sini! Urusan gue sama Allen belum selesai," ucap Gisell.
"LO ITU SADAR GAK SIH GUE ITU SUKA SAMA LO GISELL! GUE NGELAKUIN INI KARENA GUE MAU DAPAT PERHATIAN LO. APA LO GAK SADAR SELAMA INI? HARUS BERAPA KALI LAGI SIH GUE KODE LO SUPAYA SADAR?"
Gailan menatap Gisell sendu dengan napas naik turun. Entahlah bagaimana bisa mulutnya lancang sekali berbicara kenyataan yang selama ini ia sembunyikan dari semua orang.
Gisell terdiam. Tak bisa berkata apapun lagi. Termasuk semua yang ada di dalam kelas, mereka bergeming tidak percaya.
"Lo ngomong apa barusan? Lo suka sama gue?" balas Gisell shock.
Gailan pergi karena terlanjur sangat malu, disusul Aveer dan Satria di belakang. Allen menatap Gisell dan Azara sekali lagi lalu berlari keluar meninggalkan keadaan kelas yang sepi.
"Gailan suka sama gue?" gumam Gisell.
•••
"ARGHHH!!!KENAPA MULUT GUE LANCANG BANGET SIH. SIALAN!" teriak Gailan. Saat ini Gailan berada di rooftop sekolah. Suasana sekolah sudah sepi karena hari mulai sore.
"Gailan!" panggil Aveer, Satria, dan Allen bersamaan. Mereka serentak menghampiri Gailan yang sedang memandang depan sambil terdiam.
"Lo jangan emosi gini! Emang apa salahnya sih Gisell tau semuanya? Bukannya itu lebih baik daripada lo pendam perasaan itu sendiri? Siapa tau aja kan setelah Gisell tau, dia mau berubah," ujar Aveer.
"Bukan masalah itu, gue cuma malu aja kalau ketemu sama dia. Pasti keadaannya bakal canggung dan gue gak suka. Kalian tau kan gue tunggu waktu yang pas Gisell tau perasaan gue? Tapi gue keceplosan saking emosinya. ARGHHH!!!" kata Gailan sambil memukul pembatas rooftop.
Satria mendekat dan menepuk bahu Gailan agak keras. "Gailan yang gue kenal gak gampang nyerah bro. Dia optimis sama keinginannya, kalo suka sama orang pasti dia bakal kejar orang itu sampai dapat. Gak peduli ada banyak rintangan sama halangan yang menghadang. Yang terpenting keinginannya tercapai."
Gailan menoleh ke arah Satria. "Tumben lo bijak, kerasukan apa nih?"
"YA ALLAH!!!GUE BEGO SALAH GUE BIJAK SALAH, MAU LO APA SIH BANGSAT?! HERMAN GUE! EMANG YA, ORANG GANTENG SERBA SALAH!!!" seru Satria.
"TOA BANGET SIH SUARA LO! KUPING GUE PENGANG DODOL. DASAR COWOK SINTING!" balas Allen tak kalah teriak.
Satria menjambak rambutnya frustasi. "SALAH HAMBA APA YA ALLAH PUNYA TEMAN-TEMAN LAKNAT KAYAK MEREKA?"
"SALAH LO BANYAK!!" jawab semuanya serempak.
"Inalilahi wainnailaihi raji'un, izinkan hamba mati hari ini ya Allah."
Setidaknya gue masih punya teman-teman yang selalu dukung gue~Gailan.
•••
"Sus, apakah pasien di ICU nomor 39 sudah dibayar untuk biaya operasi?" tanya Aurel.
"Sebentar ya, saya cek dulu," Aurel mengangguk.
"Pihak keluarga dari keluarga pasien sama sekali belum membayarnya hingga sekarang," jawab suster tersebut.
"Kebetulan saya saudara tiri dari Allen, orang yang dekat dengan pasien. Apakah saya boleh membayarnya?"
"Boleh."
Aurel menyerahkan sebuah amplop coklat untuk di cek terlebih dahulu.
"Uangnya sudah pas ya."
Aurel bernapas lega. Untung saja ia masih memiliki tabungan. Hitung-hitung untuk membantu Allen. Apalagi Allen adalah saudara tirinya. Sudah sepantasnya bukan untuk saling tolong menolong?
"Apakah pasien sudah bisa dioperasi dengan segera, Sus?"
"Bisa."
"Yasudah, Sus. Tolong operasi pasien segera ya! Saya tidak mau pasien itu harus kehilangan nyawanya."
"Baik, akan saya beritahu kepada dokter yang menangani pasien tersebut."
"Terima kasih Sus."
"Sama-sama."
•••
"Sus, saya ingin membayar biaya operasi pasien yang dirawat di ICU nomor 39," ujar Allen.
"Biaya operasi pasien sudah dibayar lunas oleh seseorang."
"Hah? Siapa Sus?"
"Katanya dia saudara tiri dari Allen."
Saudara tiri gue? Sejak kapan gue punya saudara tiri?
"Lo punya saudara tiri?" tanya Aveer. Memang sehabis dari rooftop, Allen bersama Aveer ke rumah sakit untuk membayar biaya operasi. Namun setelah sampai sini, sudah ada yang membayarnya. Hal itu sungguh membuat Allen bingung.
"Setahu gue, gue gak punya saudara tiri."
"Hah?"
Ini benar-benar teka-teki bagi Allen.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Enough [ PROSES REVISI ]
Novela Juvenil𝕄𝔸𝕌 ℍ𝔼𝔹𝔸𝕋? 𝕁𝔸ℕ𝔾𝔸ℕ 𝕁𝔸𝔻𝕀 ℙ𝕃𝔸𝔾𝕀𝔸𝕋! JUDUL AWAL : MY HEART "𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐞𝐧𝐝𝐚𝐦 𝐥𝐮𝐤𝐚 𝐧𝐚𝐦𝐮𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚." Allen...