13. KESEDIHAN

135 36 64
                                    

bodohnya diriku yang selalu menganggap bahwa kau juga memiliki rasa yang sama

___
































Rafa mempersilahkan Rena untuk duduk di sofa dan kemudian Rafa duduk di sebelahnya. Wajah Rena tampak lesu melihat Bu Anna terbaring lemas di atas brankar. Rena menghembuskan nafas berat dan menyeka air matanya yang hendak tumpah.

"Tante tau Bu Anna ada di rumah sakit gimana?" tanya Rafa memecah keheningan.

"Tante tadi pagi ke Panti Asuhan buat ketemu sama Allen, tapi karena Panti kosong jadi Tante tanya ke orang yang kebetulan lewat depan Panti. Orang itu bilang kalau anak-anak Panti pada ke rumah sakit karena Bu Anna mendadak kena serangan jantung. Dengar kabar itu, Tante kaget banget, Tante langsung cepat-cepat kesini," jelas Rena, Rafa pun mengangguk paham.

"Tante masih nggak nyerah buat ketemu sama Allen dan ceritain semuanya? Mending nggak usah deh, Tan. Nanti Allen tambah benci sama Tante kalau tau orang tuanya udah pisah dan Om Dean nikah sama Mamanya Aurel," ujar Rafa.

"Tante nggak akan nyerah untuk ketemu Allen. Soal rahasia yang Tante pendam selama ini, Tante harus kasih tau Allen segera. Allen itu anak Tante, udah seharusnya Allen tau semuanya. Termasuk semua apa yang udah Tante perbuat ke dia. Masalah Allen marah atau gak urusan belakangan, yang penting Allen udah tau dan itu buat Tante lega," ucap Rena.

Rafa terdiam mencerna kalimat dari Rena. Betul juga sih apa yang dikatakannya. Lebih cepat lebih baik. Rafa tidak mau Allen terus-menerus dirundung kesedihan. Mungkin saja setelah Allen tau semuanya, Allen jadi orang yang ceria lagi seperti dulu walau pada awal-awalnya Allen akan marah.

"Tante serius mau kasih tau Allen segera? Tante tau kan Allen sekarang lagi sedih banget gara-gara Bu Anna masuk rumah sakit? Mending Tante nggak usah dulu kasih tau Allen biar Allen nggak tambah sedih," usul Rafa.

"Mungkin kamu benar. Tante nggak mau Allen tambah sedih karena Tante cerita semuanya. Kamu bisa bantu Tante buat kasih tau Allen setelah masa ujian berakhir?" tanya Rena. Rafa tampak memikirkan sejenak dan mengangguk cepat.

"Saya usahakan Tante," jawabnya.

"Terima kasih ya," kata Rena dibalas anggukan oleh Rafa.

"Sama-sama Tante."

"Oh, ya. Kamu nggak masuk sekolah? Jam segini kan masih jam sekolah," tanya Rena. Rafa pun menggaruk tengkuknya canggung.

"Saya bolos sekolah, Tan. Saya mau jagain Bu Anna selama Allen pergi," balas Rafa gugup.

Rena menggeleng-gelengkan kepalanya heran. "Tante tau niat kamu baik, tapi jangan sampai bolos sekolah juga. Pendidikan itu penting untuk masa depan. Katanya kamu juga mau kuliah, kok malas-malasan gini sih."

"Masa remaja ini harus digunakan sebaik-baiknya, Tan. Rafa kan udah jadi anak penurut di sekolah, kali-kali lah jadi anak yang agak berandal. Ternyata seru juga ya."

"Ada-ada aja anak zaman sekarang ini. Dulu aja semua anak seumuran kamu giat-giatnya belajar, gak pernah bolos sekolah, selalu ngutamain pendidikan. Zaman sekarang mah boro-boro belajar, berangkat sekolah aja malas," sahut Rena heran.

"Tante tau aja hobi anak zaman sekarang. Zaman sekarang itu beda sama zaman dulu, Tan. Teknologi semakin maju, keberandalan juga semakin maju. Kan sama-sama seimbang jadinya."

"Kamu ini emang bisa aja jawab ya. Tante sampai heran loh sama kamu. Ternyata ada gitu anak yang punya imajinasi tinggi seperti kamu. Haduhh..."

"Tante bisa aja. Jadi malu nih, Tan."

You're Enough [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang