setiap anak ingin keluarga yang sempurna, tapi tidak semua anak mendapatkan nya___
Rena kini berada di depan panti asuhan Bu Anna. Walaupun ia dilarang dengan keras oleh Widya, namun tekadnya untuk menemui Allen sangat besar. Ia tidak ingin berhenti sampai Allen tahu semuanya.
Rena pun mengetuk pintu tersebut. Ia menengok ke kanan dan kiri sambil menunggu pintu terbuka. Namun sudah beberapa menit, pintu tak kunjung terbuka, suasana panti asuhan juga terasa sangat sepi membuat Rena bingung.
"Pada kemana sih? Kok panti kayaknya sepi banget. Apa aku tanya tetangga sebelah aja ya?" ucap Rena.
Melihat seorang ibu-ibu lewat di depan panti asuhan, langsung saja Rena menghampirinya.
"Eh, Bu. Saya mau nanya orang yang tinggal di panti asuhan ini pada kemana ya? Saya ketuk-ketuk dari tadi kok nggak ada yang buka," tanya Rena.
"Oh, katanya sih Bu Anna mendadak kena serangan jantung. Anak-anak panti juga pada ke rumah sakit untuk jenguk Bu Anna. Beberapa hari ini juga panti ini sepi, kemungkinan mereka pada nginap disana," jawab ibu-ibu tersebut. Rena membelalakkan matanya kaget. Bagaimana bisa ia tertinggal kabar ini?
"Kalau boleh tau dimana Bu Anna dirawat?"
"Di rumah sakit Permata," jawabnya.
"Makasih, Bu."
Sepeninggal ibu-ibu itu, Rena terdiam dan menatap kembali bangunan Panti Asuhan di depannya.
"Allen pasti ada di rumah sakit."
•••
Allen berjalan dengan wajah lesu, tak memedulikan cibiran orang-orang di sekitarnya. Yang ia inginkan sekarang adalah kesembuhan Bu Anna. Ia tidak ingin Bu Anna terus-terusan berjuang melawan penyakitnya. Allen ingin Bu Anna sehat seperti dulu lagi. Bermain dan tertawa bersama tanpa beban.
Matanya tak sengaja melihat Aveer yang tengah mengobrol bersama Gailan dan Satria. Merasa ada yang memperhatikannya, Aveer mendongak dan iris matanya bertemu dengan iris mata Allen.
Aveer menatap Allen dalam, begitu juga Allen. Menyalurkan rasa yang selama ini mereka pendam. Sejujurnya, Aveer ingin menghampiri dan menyapa Allen, namun ia sadar akan kesalahan Allen yang sudah membuatnya terlanjur kecewa.
Dengan cepat, Aveer memutuskan kontak mata dan berjalan pergi menuju ke lapangan karena jadwal pelajaran pertama adalah olahraga.
Gailan dan Satria saling melirik satu sama lain, lalu bergantian melirik Allen yang tampak sedih. Mereka kemudian menghampiri Allen membuat Allen terkejut.
"Hai Allen!" sapa Satria seraya tersenyum manis.
"H-hai," jawab Allen terbata-bata.
"Lo kangen kan sama Aveer? Tenang aja, gue bakal ngomong sama dia buat dengerin penjelasan lo. Gue tau kok lo ngelakuin itu pasti ada sebabnya kan?" ucap Satria.
Allen mengangguk. "Sebelumnya gue minta maaf banget sama kalian. Kalian tau kan gue nggak suka dikasihani? Maka dari itu gue bohongin Aveer supaya gue tau dia benar-benar peduli nggak sama gue."
"Tapi masalahnya lo bilang ke Aveer kalau lo amnesia. Lo tau banget kan tabiat Aveer kayak mana? Dia kalau khawatir bikin susah orang. Gue aja kemarin sampe disuruh-suruh sama dia," ujar Satria.
"Heh, Bambang! Malah curhat, kita kesini mau tenangin Allen, bukan buat dengerin curhatan lo yang unfaedah itu," celetuk Gailan kesal.
"Iya iya," balas Satria pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Enough [ PROSES REVISI ]
Teen Fiction𝕄𝔸𝕌 ℍ𝔼𝔹𝔸𝕋? 𝕁𝔸ℕ𝔾𝔸ℕ 𝕁𝔸𝔻𝕀 ℙ𝕃𝔸𝔾𝕀𝔸𝕋! JUDUL AWAL : MY HEART "𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐞𝐧𝐝𝐚𝐦 𝐥𝐮𝐤𝐚 𝐧𝐚𝐦𝐮𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚." Allen...