8. RENCANA ALLEN

150 37 14
                                    


𝘬𝘢𝘥𝘢𝘯𝘨, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘯𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘤𝘪𝘱𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘥𝘪𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪. 𝘤𝘶𝘬𝘶𝘱 𝘥𝘪𝘱𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘫𝘢𝘶𝘩, 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘴𝘺𝘶𝘬𝘶𝘳𝘪 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘪𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘥𝘪𝘬𝘢𝘨𝘶𝘮𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘪𝘢𝘮.

___

















"Ad...ada...di rumah sakit?" tanya Rafa gugup. Ia tidak salah dengar kan? Bagaimana bisa Allen di rumah sakit sedangkan tadi pagi ia baik-baik saja?

Aveer pun mengangguk. "Dia tadi habis di sama geng nya Dhea. Lo tau kan Dhea? Untung aja tadi gue sempat selamatin Allen, kalau nggak, gue nggak tahu nasibnya kayak mana sekarang."

"Kasih tahu gue Allen dirawat di rumah sakit mana! Gue mau tanya tentang hal ini sama dia," ujar Rafa.

"Percuma gue kasih tahu dimana Allen sekarang, dia nggak bakal ingat lo. Karena dia amnesia," balas Aveer membuat Rafa untuk yang kedua kalinya terkejut.

"Allen amnesia? Gimana bisa sih? Sekarang lo ceritain semuanya sama gue! Gue mau denger kenapa Allen jadi kayak gini."

"Intinya Allen disekap di gudang sama gerombolan Dhea dan dia dibully habis-habisan," jawab Aveer.

"Gue nggak bisa diam aja, gue harus temuin Allen dan tanyain kebenarannya sama dia. Kalau itu benar, gue akan balas dendam sama Dhea karena udah buat sahabat gue kayak gini," ujar Rafa tegas.

"Gue nggak bisa ikut sama lo, gue udah ditunggu sama Mama gue di rumah. Lo langsung aja ke rumah sakit Permata Jaya, Allen ada di kamar nomor 203, ada Satria sama Gailan juga disana," pesan Aveer dan Rafa mengangguk cepat.

"Makasih infonya, gue duluan."

•••

Sesampainya di rumah, Aveer bergegas mandi dan langsung menuju ruang tamu karena Mamanya sudah menunggu disana. Sepertinya pembahasan kali ini cukup penting. Tapi entah kenapa perasaan Aveer tidak enak sama sekali.

"Duduk! Mama mau ngomong penting sama kamu," titah Diana, Mama Aveer. Aveer pun menurut dan duduk di single sofa di samping Mamanya.

"Mama mau ngomong apa sih? Kayaknya penting banget," ujar Aveer berusaha mencairkan suasana.

"Mama tidak suruh kamu bicara!" balas Diana tegas membuat Aveer bungkam.

"Pagi tadi kepala sekolah datang ke rumah Mama. Beliau melaporkan kepada Mama kalau kamu bolos sekolah. Apa itu benar? Mama tidak pernah mendidik kamu seperti itu. Apa perintah Mama terlalu ketat buat kamu? Mama cuma pengen kamu jadi anak baik di sekolah, belajar yang benar. Cuma itu. Mama nggak minta aneh-aneh," ucapan Diana meluluhkan hati Aveer. Aveer tahu ia salah dan ia sudah mengecewakan Mamanya.

"Maafin Aveer, Ma. Aveer tau Aveer salah. Tapi Mama jangan khawatir, Aveer janji ini untuk yang terakhir kalinya. Aveer nggak akan ulangi lagi. Mama percaya kan sama Aveer?" tukas Aveer lembut.

"Mama akan percaya asalkan kamu bisa buktikan."

"Aveer akan buktikan, Ma."

You're Enough [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang