39. TENTANG SINTA

50 1 0
                                    

Semesta selalu punya kenyataan, keinginan, juga tujuan. Sedangkan aku hanya punya harapan, yang ditentang oleh kepercayaan

___












"Lo belum dibolehin pulang?" tanya Rafa. Sebelumnya Rafa sudah diajak oleh Aveer untuk menghadiri perceraian Dean dan Raya, namun karena ada rencana untuk nembak Aurel, ia tidak bisa ikut. Baginya Aurel adalah prioritas di hidupnya.

Aurel menggeleng. "Belum, gue juga gak tau dibolehin pulang kapan. Lo gak hadir di perceraian nyokap bokap gue?"

"Gak. Gue mau nemenin lo disini aja. Lagian lo kok keliatannya seneng gitu nyokap bokap lo mau cerai? Biasanya kalau orang lain yang ngalamin sampai nangis-nangis," ujar Rafa heran.

"Buat apa gue nangis-nangis? Asal lo tau bokap gue itu bokap tiri, dan dulunya bokap gue jadi orang tua Allen. Dan yang jadi titik masalahnya itu ada di keluarga gue sampai cerai gini," jelas Aurel.

"Hah?" Rafa bingung. "Maksudnya gimana sih? Kok gue gak mudeng. Allen juga gak pernah cerita soal masalah keluarganya sama gue."

"Gue gak ada hak buat ceritain ini sama lo. Kalau lo masih penasaran sebaiknya tanya Allen langsung."

Rafa membasahkan bibirnya perlahan. Bahkan dia aja yang berstatus sebagai sahabat Allen tidak tau menahu tentang ini. Rasanya ia tidak berguna menjadi sahabat, saat Allen sedang bersusah payah untuk menyatukan keluarganya, ia malah sedang asyik-asyikan liburan di kampung.

"Oh, ya, Dara udah pulang ke Bandung ya?" tanya Aurel.

"Udah dari seminggu yang lalu."

Aurel menganggukan kepalanya mengerti. Tiba-tiba Rafa teringat hari ini akan menembak Aurel. Akibat percakapannya dengan Aveer waktu itu, ia membulatkan tekad untuk memperjuangkan Aurel dan menjadikannya sebagai kekasih.

Mungkin ini terlalu cepat bagi mereka, namun jika terlalu mengulur waktu, Aurel bisa saja sudah diambil oleh laki-laki lain. Membayangkannya saja sudah membuatnya hancur, bagaimana jika hal tersebut sampai benar-benar terjadi?

"Eum, Rel," panggil Rafa.

"Kenapa?"

Rafa mengambil sebuah kertas yang sudah dilipat rapi dan memberikannya kepada Aurel. Meskipun bingung, Aurel tetap mengambilnya.

"Ini apa?"

"Buka aja."

Aurel mulai membuka satu persatu lipatan kertas tersebut. Saat sudah terbuka sempurna, matanya membelalak kaget melihat tulisan dengan kalimat 'will you my girlfriend?' dengan background bunga dan cokelat sebagai hiasannya.

Gadis itu menatap Rafa dengan mata berkaca-kaca. Sungguh, ia tak menyangka Rafa bisa seromantis ini. Hanya sebuah kalimat sederhana, namun bisa membuatnya merasa menjadi perempuan yang sangat bahagia.

"Lo serius?" Rafa tersenyum. Ia lalu menggenggam tangan Aurel lembut dan menatap manik mata gadis itu dalam.

"Gue serius, gue mau lo jadi pacar gue, Rel. Seenggaknya gue punya alasan untuk jagain lo. Gue tau gue bukan cowok romantis yang nyatain perasaannya pakai bunga, surat, atau cokelat. Tapi lo harus tau cinta gue gak pernah main-main, cinta ini tulus dari dalam hati gue."

Pipi Aurel sudah basah karena air matanya. Bukan air mata kesedihan, melainkan air mata kebahagiaan. Jika dulu Aurel menyiakan Rafa, sekarang dia akan berjuang untuk mempertahankan Rafa.

"Lo satu-satunya cewek yang berhasil buat gue jatuh cinta yang sedalam-dalamnya. Gue gak gombal, tapi ini kenyataan. Gue ngerasa bahagia dan nyaman ada di deket lo. Jadi lo mau 'kan memperbaiki hubungan kita yang dulu?"

You're Enough [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang