Aku gak tahu sejak kapan. Tapi, yang aku rasa kita semakin berjarak. Semakin jelas sekat itu tercetak. Entah aku yang terlalu terus bertumbuh rasa atau kamu yang mulai hilang suka?___
Allen kini duduk di luar rumah sakit, menikmati malam yang sejuk dan damai. Air matanya juga terus mengalir sedari tadi tanpa bisa ia tahan, apalagi mengingat kejadian tadi membuat hatinya sangat sesak.
Aveer yang dulunya selalu melindungi berubah menjadi Aveer yang selalu menyakiti. Aveer yang dulunya berkata lembut berganti menjadi Aveer yang terus berkata kasar. Entah sejak kapan perasaan nyaman Allen kepada Aveer mulai ada. Yang jelas sejak kebohongannya terungkap, rasa ini sudah melekat di hatinya.
"Apa kesalahan gue besar banget sampai Aveer benci dan mulai menjauh sama gue? Dia udah berani ngebentak gue di depan umum dan bilang kalau gue ini anak pembawa sial. Dia pikir nggak sakit apa dikatain kayak gitu? Sakit tau!"
"Lo janji nggak akan nyakitin gue dan mau buat gue merasakan kebahagian. Tapi nyatanya lo cuma omong kosong. Lo nambah luka di hati gue, lo buat trauma gue semakin besar. Lo jahat sama gue, gue benci sama lo Aveer!"
"Lo jahat udah buat gue nyaman sama lo, lo udah berhasil buat gue jatuh cinta untuk pertama kali. Setelah lo terbangin setinggi-tingginya lo jatuhkan gitu aja. Setelah gue baper lo tinggalin gitu aja. Perempuan mana yang gak sakit hati sama sikap lo itu?"
"KENAPA LO GINIIN GUE AVEER!??"
•••
"Belajar yang benar, jangan bolos, jangan bandel sama guru, dan jangan sedih lagi. Gue nggak mau liat lo sedih terus karena kepikiran sama keadaan Bu Anna. Gue yakin Bu Anna bakal baik-baik aja," kata Rafa. Rafa memang memutuskan untuk mengantar Allen lebih dulu.
Allen mencoba untuk tersenyum. "Gue bakal coba."
Rafa mengacak-acak rambut panjang Allen membuat Allen mendecak kesal. "Nah gitu dong, lo cantik tau kalo senyum. Jangan cemberut terus, tambah jelek lo."
Allen memukul bahu Rafa kencang. "Lo tuh ngeselin banget sih, rambut gue jadi berantakan lagi kan. Terus maksud lo ngomong kayak tadi apa? Gue jelek gitu? Dasar pantat Fir'aun."
"Woi woi, nggak usah mukul juga kali. Lo kira nggak sakit apa? Muka ganteng gini juga dibilang pantat Fir'aun, sehat nggak lo?" sewot Rafa.
"Lo niat nggak sih bikin gue ketawa? Lo malah tambah bikin gue badmood tau! Bener ya kata orang, cowok emang nggak pekaan," lirih Allen.
"Lah lah kok malah cemberut lagi sih. Emang salah gue apa?" bingung Rafa. Rafa menggaruk tengkuknya, susah memang menghadapi perempuan.
"Lo tanya gue sehat nggak! Nggak liat apa gue sehat walafiat? Udah lah, ngomong sama orang idiot emang susah," ujar Allen lalu beranjak pergi meninggalkan Rafa yang terbengong-bengong.
"Dasar perempuan! Dingertiiin salah, nggak dingertiiin salah. Maunya apa sih?"
•••
Selesai berganti baju olahraga, Allen membasuhkan wajahnya dengan air. Matanya membelalak ketika melihat matanya seperti mata panda. Mungkin karena efek ia tidak tidur semalaman.
"Ngeri banget dah muka gue, untung aja nggak terlalu keliatan, kalo keliatan mungkin Rafa bakal ngomel-ngomel kek ibu-ibu nagih utang," gumam Allen.
Allen kemudian berbalik. Namun belum sampai tangannya menyentuh kenop pintu, ada yang menariknya dari belakang membuat Allen terdorong dan terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Enough [ PROSES REVISI ]
Teen Fiction𝕄𝔸𝕌 ℍ𝔼𝔹𝔸𝕋? 𝕁𝔸ℕ𝔾𝔸ℕ 𝕁𝔸𝔻𝕀 ℙ𝕃𝔸𝔾𝕀𝔸𝕋! JUDUL AWAL : MY HEART "𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐞𝐧𝐝𝐚𝐦 𝐥𝐮𝐤𝐚 𝐧𝐚𝐦𝐮𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚." Allen...