25. LEGA

94 22 66
                                    

Ini bukan perihal apa yang diharapkan.namun,sudah menjadi kebiasaan sehari-hari yang ingin ku biarkan tapi membuat kecewa semakin dalam.

___









Mendengar ketukan di pintu membuat Allen yang sedang menyuapi Bu Anna seketika berhenti. Siapa kira-kira yang datang kesini? Tidak mungkin teman-temannya. Secara mereka kan sedang berada di kontrakan Dara.

"Bu Anna tunggu sebentar disini ya, Allen mau bukain pintu dulu," setelah mendapat anggukan dari Bu Anna, Allen beranjak dan perlahan melangkah mendekati pintu.

"Tante siapa ya?" tanya Allen begitu melihat seorang wanita yang masih terlihat muda di hadapannya. Jika dilihat-lihat sepertinya wanita tersebut berusia 30-an tahun.

"Saya akan jelaskan di dalam siapa saya sebenarnya. Tapi sebelum itu izinkan saya untuk bertemu dengan Bu Anna sebentar," jawab Rena–wanita yang datang. Melihat Allen tumbuh dengan baik, membuat hatinya seketika menghangat. Anak yang selama ini ia rindukan sekarang berada tepat di depan matanya setelah sekian lama tidak bertemu.

Allen terdiam. Ia tidak begitu mengenal wanita di depannya ini. Tapi apa salahnya ia membiarkan dia bertemu sebentar dengan Bu Anna? Toh, jika terjadi sesuatu ia akan meminta tolong orang-orang sekitar.

Allen mengangguk. "Boleh Tante. Tapi kalau boleh tau Tante siapanya Bu Anna ya? Bu Anna juga gak pernah cerita tentang Tante."

"Nanti kamu juga akan tau."

Rena kemudian masuk meninggalkan Allen yang menatap dirinya bingung. Allen mengedikkan bahunya acuh dan melangkah mendekati Rena.

"Rena...." ucap Bu Anna lirih.

"Bu Anna kenal sama Tante ini?" tanya Allen.

"Dia ini adik Ibu sekaligus Mama kandung kamu."

Jleb

Bagai tersambar petir, tubuh Allen membeku di tempat. Setelah sekian lama ia mencari-cari keberadaan orang tuanya, sekarang tepat di hadapannya berdiri seorang wanita yang merupakan Mama kandungnya.

Allen langsung memeluk Rena dengan erat sambil menangis. Rasanya ia sangat bahagia sekali. Rasa rindu seketika meluap begitu saja. Memang benar kata orang, bahwa anak dan orang tua tidak bisa dipisahkan begitu saja.

"Allen kangen banget sama Mama. Mama kemana aja selama ini? Allen berusaha untuk hidup mandiri tapi gak pernah bisa. Allen butuh kasih sayang dari orang tua. Hidup Allen serasa kurang. Tapi untung aja ada Bu Anna yang tulus rawat Allen, setidaknya rindu Allen sama Mama Papa sedikit terobati," ujar Allen.

"Mama minta maaf ya sama kamu, Mama gak pernah kabarin kamu selama ini. Tapi Mama janji, setelah ini Mama akan bawa kamu bersama Mama, kamu akan hidup nyaman sama Mama tanpa perlu repot-repot urusin semuanya sendiri."

Pelukan mereka pun kemudian terlepas. Rena menghapus air mata Allen dengan lembut lalu mengusap rambut Allen.

"Mama perlu bicara banyak sama kamu, tapi gak disini. Mama akan ceritakan semuanya apa yang terjadi. Kenapa Mama lakuin ini dan kenapa Mama gak pernah kabarin kamu selama 17 tahun."

Rena menatap Bu Anna sambil tersenyum. "Kak, aku izin bawa Allen sebentar keluar. Boleh kan?" Bu Anna terpaksa mengangguk. Dalam hati ia sebenarnya tidak rela. Namun jika ia menghalangi kebahagiaan Allen bersama dengan Mamanya, itu bisa membuat Allen kecewa. Bagaimanapun juga yang  berhak membawa Allen adalah orang tua kandung Allen, bukan dirinya.

Rena kemudian menuntun Allen keluar. Sehabis pintu tertutup, Bu Anna menatap hampa ke depan. Bagaimana hidupnya setelah ini tanpa Allen? Memikirkannya saja sudah tidak sanggup.

"Entah kenapa rasanya kehilangan Allen membuat aku sadar jika hidup gak selamanya tentang bahagia."

•••

"Mama mau bicara apa sama Allen?"

Saat ini ia berada di taman depan rumah sakit. Hawa sejuk membuat suasana semakin nyaman. Orang-orang yang berlalu-lalang seakan menjadi background di pagi itu.

"Orang tua Mama benci banget sama kamu karena kamu ada di rahim Mama dari perbuatan haram. Mereka terus mengusik Mama untuk buang kamu setelah lahir karena kamu dianggap anak sial di dalam keluarga. Mama berusaha untuk mempertahankan kamu, tapi gak berhasil. Mama semakin terpojok dan Mama juga gak mungkin untuk bentak Mama. Dan asal kamu juga tau, orang yang udah hamilin Mama sama sekali gak bantu Mama, dia cuma diam dan seakan gak bersalah apa-apa. Saat itu, Mama pikir akantaruh kamu di panti supaya kamu bisa dirawat dengan baik, Mama bisa sesekali berkunjung untuk melihat kamu. Tapi nyatanya? Mama selalu dilarang sama orang tua Mama, dan itu gara-gara Dean."

"Dean? Dean siapa? Orang yang udah hamilin Mama?" tanya Allen penasaran.

Rena mengangguk. "Iya, dia yang udah rusak masa depan Mama waktu itu. Dean udah buat orang tua Mama percaya seratus persen sama dia kalau Mama yang udah nyuruh Dean supaya hamilin Mama. Aslinya Dean yang udah paksa Mama lakuin perbuatan itu. Orang tua Mama marah besar dan semakin benci sama Mama. Mereka selalu bela Dean yang bukan anak kandungnya sampai Dean jadi suami Mama."

Allen tetap diam mendengarkan semua cerita Rena. Sejujurnya ia tidak pernah berpikir jika Papanya melakukan hal sepicik itu. Namun mendengar cerita dari Rena, membuat ia juga kesal kepada Papanya.

"Tapi, setelah kamu lahir, Mama diceraikan sama Papa kamu dan Papa kamu menikah dengan wanita lain yang bernama Raya. Dulunya, Mama, Mamanya Dara dan Raya adalah sepasang sahabat. Tapi setelah ada kesalahpahaman, persahabatan kita hancur. Kamu juga udah tau kan kalau anaknya Raya adalah Aurel, teman sekolah kamu?" Allen mengangguk lagi.

"Raya memanfaatkan Aurel supaya Raya dapat hartwa warisan dari orang tua Mama. Entah apa alasannya, Mama juga gak pernah tau sampai sekarang. Sebenarnya Mama pengen banget kasih tau sama Dean, tapi karena Mama sama sekali gak punya bukti, Mama terpaksa menundanya."

"Jujur, Allen kecewa banget sama Mama karena Mama gak pernah kasih tau Allen selama 17 tahun Allen hidup. Mama berhasil menutup rapat semua rahasia keluarga. Tapi Allen sadar, Mama melakukan ini pasti ada alasannya. Mama gak pengen Allen kenapa-napa. Allen gak marah kok sama Mama, justru Allen akan bantu membongkar rahasia Tante Raya dan Papa supaya nama Mama bersih."

"Makasih, Nak. Kamu benar-benar anak Mama yang paling mengerti Mama."

Di balik pohon, Dara tersenyum lega mendengar semuanya.

"Semoga senyum lo tetap ada ya Len."








You're Enough [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang