46. DIJODOHKAN?

44 2 0
                                    

Hargai segala sesuatu yang sederhana pun, karena itu akan berharga saat kau sudah kehilangannya.

___












Keesokan harinya, semua siswa-siswi kelas 11 diizinkan untuk melakukan apa yang ingin mereka lakukan, karena hari ini adalah hari terakhir study tour di Puncak Bintang. Semua wisata sudah dicoba, bahkan banyak sekali pengalaman susah senang di sini.

Sama halnya dengan Allen dan Aveer, sepasang kekasih itu sangat menikmati momen-momen indah bersama Aurel, Azara, Gailan, dan Satria. Mereka asyik bersenda gurau tanpa mempedulikan sekitar. Duduk lengseran dan posisinya berjejer satu sama lain.

"Kayaknya gue bakal kangen suasana di sini. Entah kenapa gue bisa bebas tanpa tekanan dari siapapun, termasuk bisa ketawa tanpa beban," ucap Gailan.

"Gue sependapat sih sama lo," Satria membenarkan duduknya dan menatap ke depan. "Gue bisa ngerasain kedamaian di sini meskipun cuma sementara. Sedikit ngelupain masalah yang gue hadapin sekarang. Menurut lo gimana, Veer?"

"Gue cuma bilang disinilah tempatnya gue sama Allen bisa bersatu. Andaikan kalian waktu itu gak dukung gue, mungkin sekarang gue sama Allen masih sebatas teman," balas Aveer lalu tersenyum ke arah Allen.

"Namanya juga sahabat, udah sepantasnya
saling dukung satu sama lain," ucap Satria sambil memakan camilan yang dibawa oleh Azara.

"Enak banget lo main habisin camilan gue, itu belinya pake duit bukan pake daun! Sini balikin!" seru Azara seraya berusaha mengambil camilan kesayangannya dari tangan Satria.

"Berbagi itu dapat pahala lo, Zar. Masa lo gak mau dapat transferan pahala dari gue."

"Bodo amat, gue gak peduli. Balikin cepetan!"

"Ayo tangkap kalau bisa," balas Satria. Merasa Azara mulai cekatan, Satria memilih berdiri dari tempat duduknya dan berlari disusul oleh Azara di belakangnya.

"SETAN LO! BALIKIN PUNYA GUE! DASAR TEMEN LAKNAT!" teriak Azara membuat sebagian orang melirik ke arahnya.

Gailan geleng-geleng kepala melihatnya. "Masih gak percaya gue bisa jatuh cinta sama Azara."

Aurel spontan menoleh. "Hah? Gak salah denger gue?"

"Gak," sahut Allen. "Gue juga tahu kali Gailan sama Azara emang udah saling jatuh cinta. Tapi mereka nya aja yang kegedean gengsi. Padahal kalau dilihat-lihat cocok banget loh."

"Emang labil banget jadi cowok," tukas Aveer.

Gailan mendelik. "Kayak lo gak aja, nyet! Masih ingat banget gue kejadian waktu Allen diculik, terus marah-marah karena salah paham, besoknya baikan lagi, mana pelukannya di tengah lapangan sambil hujan-hujanan. Persis kek drama Korea anjir! Najis!"

"Gak usah bongkar aib lo! Gue bongkar aib lo ntar nangis."

"Nyenyenye," cibir Gailan lalu mendesis.

"Eh guys, kebetulan gue punya banyak gelang warna hitam, gue jadi kepikiran gelangnya dijadiin lambang persahabatan kita. Menurut kalian bagus gak? Gue juga udah rangkai di setiap gelangnya ada nama kalian masing-masing," ungkap Aurel.

"Boleh juga tuh, coba gue liat," sahut Gailan.

Aurel memberikan satu gelang kepada Gailan yang langsung diterima baik oleh laki-laki itu. "Bagus banget ini motif sama warna gelangnya. Lo dapat ide dari mana?"

"Gak tau, muncul tiba-tiba gitu idenya."

"Boleh gue pake 'kan?" tanya Gailan.

"Pake aja."

You're Enough [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang