23: Nyaman Bersamamu

10 2 7
                                    

Hari sabtu

Pagi-pagi sekali seperti ini di saat hari libur sekolah, Amanda sudah bangun dan sekarang dalam keadaan memakai pakaian olahraga.

Gadis itu menguncir rambutnya yang biasanya jarang gadis itu lakukan.

Amanda meregangkan otot tubuhnya. Melakukan beberapa pemanasan.

"Mas Erham! Cepetan dong!"

Amanda mendesis. Gadis itu sudah menunggu Erham kurang lebih lima belas menit. Dan pria itu tidak menunjukkan tanda-tanda kalau sudah siap untuk berangkat. Lari pagi bersama Amanda.

"Mas aku tinggal ya lama-lama."

"Iya, sebentar."

Ish! Giliran diancam baru!

Amanda mencebik.

***

Jalanan dekat taman kota terlihat sangat ramai dan padat.

Sepasang suami istri ini juga masih berlari di taman kota. Sang istri, Amanda berlari mendahului Erham. Pria itu sampai tertinggal cukup jauh di belakang.

Erham melihat Amanda yang berlari tanpa mempedulikannya sama sekali.

Beberapa saat setelahnya, Amanda berhenti berlari dan ia mengambil duduk di bangku taman. Ia merasa lelah.

"Aduh, haus." Amanda menatap sekitar. Mencari keberadaan Erham.

"Mana sih? Udah haus banget juga."

Amanda memegang tengkuknya untuk mengambil handuk kecil. Gadis itu sedikit terkejut saat ia tidak menemukan handuk di sana.

"Lho. Handuk gue mana?" Amanda mencari-cari keberadaan handuk miliknya. Tetapi hasilnya nihil.

"Aduh. Udah nggak ada minuman. Sekarang handuk gue juga hilang." Amanda mendumel.

"Amanda."

Amanda menoleh. "Apa?"

Erham yang memanggil. Pria itu tadi tertinggal dan kehilangan jejak dari Amanda. Syukur saja ia bisa menemukan Amanda dikeramaian.

"Minum dulu." Erham menyodorkan botol minum pada Amanda.

Amanda menatap botol itu dengan tidak suka.

"Nggak haus." Amanda bohong.

Erham tersenyum kecil. Pria itu duduk di samping Amanda. Dan saat berikutnya, Amanda dibuat terkejut dengan tindakan Erham.

Erham mengelap keringat di tengkuk dan dahi Amanda.

"Apaan sih, Mas!" Amanda menepis tangan Erham dengan kasar.

Erham tetap berusaha sabar. Pria itu masih mempertahankan senyuman di wajahnya.

"Minum. Kamu pasti haus." Erham mengambil tangan Amanda dan memberikan botol air.

"Bawel banget."

Erham sudah sangat mengenal Amanda. Gadis itu tidak bisa menutupi kebiasaannya.

Amanda memang berubah dalam sifatnya, tetapi di dalam hati gadis itu, Amanda adalah gadis yang masih sama. Kecuali sifatnya.

"Aku tau kamu masih marah. Aku minta maaf sama semua yang terjadi. Tentang pernikahan kita ...."

"Nggak usah bahas itu!"

Karena kesal, Amanda membuka tutup botol dengan kasar. Gadis itu juga meminum air dengan cepat. Untung saja tidak sampai tersedak.

***

Loves Lives (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang