Hari Pernikahan

17 3 4
                                    

Satu minggu setelahnya ....

Pernikahan dilangsungkan dengan sederhana. Siang hari di dalam gereja dan hanya dihadiri keluarga. Orang penting di gereja juga datang.

Banyak alasan yang membuat pernikahan ini jadi sangat tertutup. Ely dan Amanda yang masih bersekolah juga menjadi faktor utama dari hal ini. Dan juga permintaan dari Derran yang tidak menginginkan ada orang lain yang mengetahui pernikahannya dengan Ely sampai pria itu benar-benar siap.

Kemarin Derran mengiyakan dengan mudah. Tetapi pria itu juga punya syarat.

"Mamah senang kalian mau melakukan ini." Tania menarik tangan kedua anaknya. Wanita itu tersenyum ke arah Erham dan Derran.

Erham yang sudah mengenakan jas berwarna putih dan Derran menggunakan jas hitamnya. Mereka terlihat sangat dewasa dan tampan.

"Maafin Mamah, ya, Kalau Mamah punya banyak salah sama kalian?" Tania tampak berkaca-kaca.

"Jangan nangis, Mah." Erham menggeleng. Memperingati Tania.

Bukankah ini yang wanita itu inginkan? Harusnya ia bahagia saat yang sudah ditunggu olehnya telah tiba.

"Derran." Tania mendekati Derran.

Derran duduk diam di kursi pelaminan dan menatap kosong ke lantai. Pria itu menoleh, melihat Tania yang begitu menunjukkan tatapan bangga padanya.

"Makasih, ya? Kamu anak Mamah yang baik."

"Mamah nggak perlu ngomong seperti itu." Derran mengela napas. "Aku anak Mamah, kan?"

Tania tersengat dengan hal itu. Tetapi perasaanya masih ragu dan gelisah. Masih mempertanyakan mengapa begitu mudahnya Derran menerima ini? Bukankah pria itu sangat mencintai Anna?

"Kamu ... nggak ada maksud nggak baik, kan? Pernikahan ini kamu setujui karena alasan yang baik, kan?"

Derran terdiam sebentar. Pria itu terkejut dengan pertanyaan Tania. "Iya, Mah."

Tania tersenyum mendengarnya. Tetapi perasannya masih tidak percaya dengan jawaban Derran. Masih belum puas.

"Pengantin wanitanya sudah datang!"

Semua pasang mata menoleh. Tampak dua orang gadis berjalan ke arah altar pernikahan. Amanda dan Ely terlihat sangat cantik. Mereka berjalan bersama.

Gugup. Itu yang mereka rasakan.

Amanda sangat cantik dengan gaun sederhananya yang berwarna putih. Dan Ely terlihat anggun menggunakan gaun hitam.

Tatapan Erham pun tidak lepas dari Amanda, hingga gadis itu duduk di sampingnya. Amanda tersenyum kecil padanya.

Sedangkan Derran. Tidak tau apa yang pria itu pikirkan. Derran hanya saling bertatap dengan Ely tanpa ekspresi. Mereka sangat canggung dan merasa ada yang aneh.

Dan seperti itulah. Pernikahan berlangsung dengan lancar. Tetapi perasaan yang tidak bisa diungkapkan.

Tidak mudah untuk memberikan perasaan tulis dan kebahagian seratus persen. Sebagian perasaan mereka tidak bisa diungkapakan.

Perasaan khawatir, sedih, kesakitan dan bahkan kekecewaan.

Seorang wanita yang tiba-tiba datang di hadapan Amanda dan Erham. Setelah mereka selesai mengucapkan janji pernikahan dan bersalaman.

"Kak Anna?"

***

Di hari pertikaian kecil mengenai pernikahan Derran dan Ely ....

Loves Lives (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang