Amanda menatap piring berisi makanan dengan tidak minat. Gadis itu mengembungkan wajahnya.
Pagi ini adalah hari libur panjang pertamanya. Amanda merasa sangat bosan dan malas.
Dan sejak beberapa hari saat sekolah, Amanda selalu pulang malam untuk menghabiskan waktu dengan teman-teman.
Dan Erham tidak berkomentar akan hal itu.
Pria itu juga tidak menanyakan tentang Amanda yang bertemu seorang teman sekolah prianya di halte waktu yang lalu.
Sekarang, Amanda, Siska, Virni dan Daniar sedang bertemu di mall. Makan di tempat makan.
"Gue mau ke toilet." Amanda meletakkan sendok ke piring yang sudah kosong dan beranjak dari kursi.
"Gue ikut."
Virni langsung mengikuti Amanda yang sudah pergi duluan.
"Ish. Lo gimana, sih? Gue kan udah bilang ikut."
Virni mendumel pada Amanda saat mereka sudah selesai buang air.
"Gue nggak dengar." Amanda jujur.
Tadi Amanda tidak mendengarkan Virni karena pikiran gadis itu sudah kemana-mana.
"Lo kenapa, sih? Akhir-akhir ini aneh banget."
Shoot! Tau tidak, sih? Pertanyaan itu bagai tembakan yang membekukan pikiran Amanda. Gadis itu jadi merasa tidak nyaman.
"Kepo!"
***
Erham merapikan beberapa kertas yang berada di lantai. Tadi pria itu sedang mengisi beberapa kertas formulir dan berkas pendaftaran menjadi PNS.
Susah rasanya mengisi semua ini. Bukan karena Erham tidak bisa, tapi karena satu hal yang masih membuat perasaannya tidak nyaman.
Tentang waktu kemarin Amanda yang bersama seorang pria di halte. Dan sepertinya itu bukan teman biasa.
Mengapa Erham berpikir demikian, ya? Lagipula kenapa ia jadi seperti ini?
Erham langsung menggeleng untuk menepis semua pemikiran anehnya itu. Dan merapikam kembali kertas-kertas.
Tapi masalahnya semua pikiran anehnya itu benar.
"Jam berapa, ya? Amanda kenapa belum pulang?" Erham melirik jam dinding.
"Jam sembilan malam."
Erham mendecak. Pria itu hendak mengeluarkan ponselnya, tiba-tiba mengurungkan niatnya.
Erham menghela napas lemah.
Pasti Amanda akan memarahinya lagi kalau Erham menanyainya. Mendiamkannya beberapa saat dan tidak mau menatap wajah Erham. Amanda kalau marah tidak main-main.
Tapi Erham masih bingung. Amanda jadi sangat berubah setelah mereka menikah. Tapi masih berusaha berpikir jernih dengan menganggap kalau Amanda masih belum bisa menerima semua ini dan butuh waktu.
Drrt drrrt drrt.
"Amanda?"
"Hallo, Mas Ganteng."
"Iya, kenapa?" Padahal kata-kata yang ingin Erham ucapkan bukan itu. Tapi seperti: Kamu dimana sekarang, kok belum pulang? Aku khawatir.
"Aku nggak pulang. Aku nginap di rumah Siska."
"Tapi ...."
"Udah deh, Mas. Nggak usah protes."
Tut tut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loves Lives (END)
Romance"Pernikahan ini adalah hal yang paling tidak kuinginkan." Amanda dan Ely adalah saudara sepupu. Amanda memiliki sifat yang ceria dan penuh semangat. Sedangkan Ely adalah gadis pendiam yang terlalu lembut. Dan kedua gadis muda berusia tujuh belas ta...