Seminggu yang lalu.
Sore itu, sepasang sepatu olahraga menapak di atas rooftop sekolah. Gadis itu baru selesai mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.
Lisa menatap langit yang berwarna oren, sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Lisa menghela napas lemah. Gadis sedang bersedih.
"Elyna. Kenapa sih lo nyebelin banget? Kenapa lo nggak pernah kasih tau ke gue kalau lo itu udah nikah, sama orang yang waktu itu gue kira om lo. Gue kan jadi nggak enak. Malu banget deh gue."
Lisa menggaruk rambutnya yang diikat dengan kasar.
"Enak banget lagi jadi Elyna. Di antar jemput sama suaminya. Gue sih apa. Orang tua sibuk, pacar nggak punya."
Lisa merasa miris pada dirinya sendiri. Iri dengan Ely yang bisa mendapatkan perhatian dari suaminya.
Apalagi malah ... orang yang gue suka nggak pernah lirik gue.
"Dia lagi apa, ya?" Karena kegalauannya semakin menjadi, Lisa jadi memikirkan Rehan.
Apalagi saat Lisa tau kejadian yang terjadi di antara Ely dan Rehan. Lisa jadi memikirkan kondisi pria itu dan juga merasa sedikit sakit saat tau kebenaran kalau Rehan pernah menyukai Elyn sebelum pria itu mengetahui Ely sudah menikah.
Mungkin kalau Ely belum menikah, dan Rehan memintanya jadi pacar, akan lebih lengkap kegalauan Lisa. Setomboynya Lisa, gadis itu juga bisa menangis berhari-hari jika harus menerima kenyataan seperti itu.
Tetapi terlepas dari semua itu, sekarang yang terjadi bukan hal yang Lisa tidak inginkan.
Kecuali saat dulu, dia menyukai Rehan, tetapi ternyata pria itu malah menjalin kasih dengan gadis sombong bernama Selina.
"Belum pulang?"
"Iya, nih. Nggak ada yang peduli sama gue. Mana Ely udah pulang duluan lagi."
Eh?
Lho. Kok Lisa malah dengan santainya menjawab pertanyaan itu? Tapi itu tidak diherankan jika ...
"Rehan?"
Rehan tersenyum kecil dan duduk di samping Lisa.
"Lo itu tomboy, tapi pulang sekolah malah bingung."
"Lo sendiri ngapain di sini? Jangan bilang lo tadi dengarin lagi omongan gue."
"Gue tadi belum pulang karena ada urusan yang belum gue selesain. Dan tadi gue dengar sedikit omelan lo."
Lisa jadi merasa malu. Ngapain juga ia ngomel-ngomel di sini, ya? Jadi kedengaran Rehan deh.
"Lisa."
"Hm?"
"Gue mau lo jawab jujur pertayaan gue. Lo ada hubungan apa sama Ardi?"
"Ardi?"
"Ardi anak basket waktu SMP."
"Ohh. Ardi itu teman gue dari SD. Kita memang dekat sih. Tapi semenjak di udah punya pacar, kita jadi jarang ketemuan."
"Jadi selama ini gue salah paham." Rehan berkata lirih.
"Hah?"
"Lisa."
"...."
"Kemarin gue ngomong sama Elyna soal masalah yang waktu itu. Dan waktu kita bicarain itu, tiba-tiba dia bicarain tentang lo ke gue."
Kenapa perasaan Lisa jadi tidak enak, ya?
"Dia bilang sama gue, kalau lo suka sama gue sejak lama. Apa itu benar?"
Sial. Tuh kan benar.
Rehan menatap Lisa dalam. Pria itu tiba-tiba saja menarik jemari tangan kanan Lisa.
"Rehan ... lo ..." Lisa tak jadi melanjutkan perkataannya.
"Kenapa?"
Lisa tampak ragu untuk berbicara, tetapi akhirnya ia berani.
"Iya. Sebenarnya gue udah suka sama lo semenjak kelas tujuh. Tapi pas gue tau lo ternyata jadian sama Selina, gue langsung lupain perasaan gue ke lo. Dan saat gue juga tau kalau kalian putus, gue jadi senang."
Maaf, bukannya Lisa senang hubungan orang lain hancur. Ia hanya snenag karena kesempatannya untuk bersama Rehan masih ada walau hanya sedikit.
"Itu alasannya lo jarang nemuin gue dan buat gue jadi makin salah paham?"
"Salah paham apa?"
"Lo tau nggak, kalau sebenarnya dulu gue juga suka sama lo. Tapi karena gue salah paham dan kira lo sama Ardi jadian, gue jadi ngubur perasaan gue dan milih Selina buat dijadiin pacar."
Hah? Mimpi apa Lisa ini? Kenapa gadis itu jadi merasa senang ya? Mungkin karena ia sudah tau kalau cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.
"Kemarin kalau bukan karena Ely, gue nggak mungkin ada di sini. Pasti gue udah pulang ke rumah sambil galau. Mikirin kalau orang yang gue suka lagi pacaran sama orang yang ternyata sahabatnya."
"Terus?"
Rehan terdiam sebentar. "Gue sekarang ngerasa lega saat tau ternyata selama ini gue cuma salah paham."
Lisa tertawa lepas. Gadis itu merasa lucu dengan pernyataan Rehan.
"Kenapa ketawa?"
"Lucu aja. Cuma karena salah paham sama gue, lo malah jadian sama Selina."
Rehan mendengus. Setelahnya pria itu mengeluarkan sekotak susu dari dalam tasnya.
"Nih, diminum dulu."
"Apaan, nih? Tumben amat lo baik sama gue."
Rehan merasa tersindir.
"Lo pikir gue bersikap cuek sama lo karena gue nggak peduli? Itu kan karena gue kira lo udah jadian dan Ardi."
Mengapa, sih? Semua pernyataan Rehan jadi terdengar konyol? Lisa jadi tidak bisa berhenti tertawa.
"Udah cepat habisin susunya. Nanti gue antar lo pulang."
"Ha? Beneran, nih?"
"Iya."
Sore itu memang terjadi kejadian yang cukup aneh. Tetapi yang terpenting sekarang, mereka sudah saling tau kalau mereka saling menyukai satu sama lain.
Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi di masa depan.
###
Thanks udah baca ceritaku yang ini.
Tinggal tunggu cerita baru di up aja, oke?
![](https://img.wattpad.com/cover/257281273-288-k136692.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Loves Lives (END)
Romansa"Pernikahan ini adalah hal yang paling tidak kuinginkan." Amanda dan Ely adalah saudara sepupu. Amanda memiliki sifat yang ceria dan penuh semangat. Sedangkan Ely adalah gadis pendiam yang terlalu lembut. Dan kedua gadis muda berusia tujuh belas ta...