26: Luka Yang Terbuka Lebar

9 2 27
                                    

"Mau kemana kalian?" Derran menarik tangan Ely dan membawa gadis itu untuk ikut dengannya.

"Tapi, Om." Rehan tampak bingung.

"Saya suaminya."

Bergema. Tentu saja. Tetapi syukurnya tidak ada orang lain yang menyaksikan ataupun mendengarkan mereka.

Ely tampak terkejut dengan pernyataan Derran. Apalagi Rehan.

"Mas ...."

"Cukup. Turuti perintahku sekarang. Pulang sama aku."

Ely menunduk. Wajahnya sudah tegang. Ia takut kalau akan terjadi sesuatu yang buruk. Ely menatap Rehan yang entah sejak kapan sudah menatapnya dengan dingin.

"Maaf, Rehan. Aku pulang duluan."

Rehan tidak menjawab. Pria itu malah memalingkan wajahnya. Mungkin merasa sakit hati.

Ely sudah pergi bersama Derran dan Rehan masih diam di sana. Merenungkan apa yang baru saja terjadi. Bisa saja semua itu ternyata hanya mimpi.

Tetapi nyatanya, itu memang nyata.

***

Di dalam mobil tidak ada yang berbicara. Sesosok wanita yang duduk di belakang tampak berkomat- kamit.

Itu Anna. Ia merasa sangat kesal karena keputusan Derran yang membawa Ely untuk pulang bersama. Apalagi gadis itu duduk di depan. Sangat menjengkelkan.

Derran masih merasa kesal dengan kejadian tadi dan memilih untuk diam.

Mungkin ini memang kesalahan Ely. Sampai Derran bisa semarah ini dan bertindak berlebihan, yang seharusnya tidak pria itu lakukan.

Ely mengambil kesempatan untuk melirik Derran sebentar. Sangat jelas sekali kalau Derran sedang menahan emosi. Ely dapat mengetahuinya, setiap Derran marah, urat keningnya akan mengencang.

Andai saja hari ini tidak ada. Ely pasti tidak akan mengalami permasalahan seperti ini. Dan andai saja ia tidak menerima tawaran Rehan untuk pergi bersamanya, Ely mungkin tidak akan melihat Derran yang seperti ini.

Memang sih biasanya Derran selalu marah. Tetapi kali ini Ely merasakan ada sesuatu yang lebih buruk.

Mungkin Derran cemburu. Atau ....

Pria itu mulai mencintainya?

Ah, mana mungkin.

***

Amanda melirik ke jam dinding di apartemen. Begitu membosankan, pikirnya.

Amanda hanya bisa diam di dalam apartemen dengan tidak ada kegiatan untuk dilakukan.

Gadis itu juga tidak ingin pergi kemana-mana di saat seperti ini.

Malas untuk keluar dari kamar, karena nanti pasti bertemu Erham di ruang tamu. Pria itu sedang melakukan pekerjaan.

Amanda mendesis. Mengingat dimana tempat Erham mengajar. Sangat menjengkelkan.

Dan mungkin saja yang sedang pria itu lakukan saat ini, mengecek tugas Amanda untuk dinilai.

Amanda mempunyai satu ide. Gadis itu tersenyum jahat dan mulai menuju pintu dan keluar dari kamarnya.

Ia menatap ke arah ruang tamu. Benar saja, Erham sedang mengecek buku tugas anak murid.

Amanda berjalan pelan-pelan menuju ke sana. Menahan derit dari langkah kakinya.

"Tikus Mas! Tikus! Ada tikus!"

"Hah? Mana?! Mana tikus?!"

Erham yang sedang mengecek buku, sontak melemparkan buku-buku, sehingga berserakan di lantai.

Loves Lives (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang