Ely menatap datar jam dinding di kamar. Gadis itu berbaring di atas kasur. Mata gadis itu terlihat merah.
Semenjak Serin keluar dari kamar, Ely tidak berhenti memikirkan banyak hal. Gadis itu menangis tanpa suara.
Hanya Ely, Serin dan Tuhan yang tau, apa yang telah terjadi tadi.
Ely memejamkan matanya dan berusaha untuk tidur. Ia merasa sangat lelah.
***
Amanda menatap ke kanan dan ke kiri dengan bingung. Duduk di tengah-tengah kedua orang yang duduk diam dengan tatapan aneh padanya, membuat Amanda merasa heran.
"Amanda. Tante mau tanya sama kamu." Tania tersenyum, menatap Amanda seperti mengharapkan sesuatu.
Dan Serin juga.
"Iya, Tante. Tanya apa?"
Erham dan Derran hanya saling pandang sebentar. Mereka juga bingung apa yang sedang terjadi pada kedua orang tua itu.
"Kamu mau nggak, nikah sama Erham?"
Pertanyaan to the point Tania membuat ketiganya terkejut.
"A-apa?" Amanda bertanya. Ingin memastikan kembali apakah ia salah dengar.
"Tante nggak bercanda."
Mata Amanda dan Erham membesar. Mereka saling menatap satu sama lain. Amanda masih berusaha mencerna maksud Tania. Tetapi gadis itu pun masih belum mengerti seutuhnya.
Derran mengerjapkan matanya. "Maksud Mamah ...."
"Iya, Erham dan Amanda menikah." Tania memotong ucapan Derran dengan nada semangat.
Derran tersenyum miring dan menatap Erham yang duduk di sebelahnya. Erham terlihat tegang. Pria itu menunduk.
"Mah. Amanda kan masih sekolah." Amanda berkata pada Serin. Gadis itu sudah mengerti.
"Kalian kan sudah lama sama-sama. Seharusnya juga udah mengerti satu sama lain."
Serin menatap Amanda penuh harap. Itu membuat Amanda malah merasakan takut. Amanda yakin. Kedua wanita itu pasti sedang bercanda, karena minggu depan ulang tahunnya.
"Bercandanya nggak lucu." Amanda masih berusaha berpikir positif.
"Ya udah, Manda mau tidur aja. Ngantuk." Amanda hendak beranjak, tetapi Serin tiba-tiba menarik tangannya, hingga Amanda terduduk kembali.
"Mamah serius." Serin berkata.
Mata Amanda membesar. Berkaca-kaca, menahan tangis.
"Mah. Aku nggak tau maksud semua ini. Tapi hal itu nggak akan mungkin terjadi." Erham berkata. Pria itu sedari tadi hanya diam dan akhirnya membuka suara.
"Nggak. Minggu depan kamu ulang tahun, kalian menikah." Serin mengatakannya dengan serius. Wanita itu mengelus rambut Amanda.
"Mamah yakin kalian pasti bisa. Tolong, ya? Turutin permintaan Mamah."
***
"Pernikahan bukan main-main, Mah. Aku nggak mungkin melakukan itu. Sama Amanda lagi."
"Kamu itu ribut terus. Mamah meminta ini ke kamu juga bukan main-main. Serius."
Sejak pulang dari rumah keluarga Amanda, Erham dan Tania masih saja beradu argumen. Erham masih tidak menyetujui permintaan Tania dan menganggap itu hal yang aneh.
"Udah, Mas. Turutin aja apa kata Mamah."
"Kamu kenapa, sih?" Erham menatap Derran yang sedang menyetir di sampingnya dengan kesal. Adiknya ini membuat perasaan Erham jadi makin tak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loves Lives (END)
Roman d'amour"Pernikahan ini adalah hal yang paling tidak kuinginkan." Amanda dan Ely adalah saudara sepupu. Amanda memiliki sifat yang ceria dan penuh semangat. Sedangkan Ely adalah gadis pendiam yang terlalu lembut. Dan kedua gadis muda berusia tujuh belas ta...