27. Pengakuan Berharga

2 2 59
                                    

Ely menutup pintu kamarnya dengan kencang. Gadis itu membanting tubuhnya ke kasur. Mengusap air mata di wajahnya.

Rasa yang begitu menyakitkan. Entah, tetapi perasaannya sudah dipenuhi rasa sedih.

Bisa-bisanya Derran setega itu padanya. Tidak memikirkan perasaan Ely. Bahkan tidak pernah.

Ely menutupi wajahnya dengan bantal. Gadis itu merasa sangat lelah dengan semua ini.

"Kenapa Mas Derran nggak pernah mau mengerti perasaan aku? Kenapa dia bisa-bisanya mengatakan kata-kata yang nggak seharusnya dia ucapkan dengan semudah itu." Ely mengepalkan tangannya erat.

Seharusnya ia tidak perlu pergi bersama Rehan. Semua ini mungkin tidak akan terjadi.

Kenapa Ely sangat membenci perceraian? Jawabannya sangat mudah. Karena kedua orang tuanya juga sudah melewati tahap itu.

Hal itu yang membawa Ely menuju trauma yang sampai sekarang masih tertanam di dalam dirinya.

Sekarang, Elyna hanya bisa menangis di dalam kamarnya. Yang ia pikirkan, apakah ia telah melakukan sesuatu kesalahan dengan menikahi Derran?

***

Pria itu menghabiskan waktunya hanya dengan duduk terdiam di sofa.

Berkali-kali ia merutuki dirinya sendiri. Ia merasa bodoh dengan kejadian yang ia alami beberapa waktu lalu.

Berkali-kali juga ia menganggap ini semua hanya mimpi belaka. Tetapi tetap saja, bagaimana pun semua ini nyata.

Rehan menjambak rambutnya. Pria itu mengusap kening beberapa kali, hingga akhirnya memutuskan untuk membersihkan diri.

"Rehan! Mama manggil."

Rehan sudah selesai mandi. Baru saja ia akan berbaring, tetapi suara kakak perempuannya membuat ia mengurungkan niat itu.

"Apa?"

"Ih, jutek amat. Kenapa sih? Habis diputusin pacar?"

"Udah deh, kak. Nggak usah mulai."

"Ya udah buruan gih. Mama manggil."

Dengan malas Rehan berjalan keluar dari kamar. Menuju Mamanya yang sedang berada di dapur. Wanita itu tampak gusar.

"Kenapa, Ma? Gasnya bocor lagi?"

"Iya, Mama jadi nggak bisa masak. Nanti papah pulang makanan belum siap. Kamu antari Mama ya beli kompor yang baru."

"Beli kompor?"

"Iya. Ya udah, Mama siap-siap dulu ya."

"Tapi ...."

Rehan tidak sempat memjawab. Mamanya langsung melenggang pergi begitu saja.

Perasaan pria itu sedang buruk dan sekarang ia harus pergi lagi untuk menemani Mamanya. Huft.

Oh iya .... Rehan baru ingat. Ia kan tadi baru membeli barang untuk Mamanya. Syukur saja Rehan ingat akan hal itu.

***

Tidak berniat untuk beranjak. Itu yang Ely rasakan saat ini. Gadis itu tidak mau bergerak sedikit pun dari posisinya sekarang.

Ia sudah tau ada seseorang yang masih di bangunan yang sama dengannya. Itu yang membuat Ely enggan untuk keluar dari kamarnya.

Hingga pintu kamarnya diketuk.

Mau tidak mau.

Ely beranjak dari kasur dan berjalan pelan. Ia menunduk saat pintu telah terbuka. Menampilkan sosok Pria yang sudah membuat luka di dalam hatinya.

Loves Lives (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang