Hingga pandangan Aslan tiba-tiba menatap tajam ke arah pintu masuk, semua orang yang ada disitupun menatap ke arah pintu termasuk sahabat Rangga dan Diana sendiri.
Orang-orang berbaju rapih berdasi merah di lengkapi kaca mata hitam berjalan masuk ke dalam gedung itu, berbeda dengan penjaga dan bodyguard Aslan. Berbaris dengan rapih seperti membuat jalan untuk seseorang yang akan berjalan melewatinya.
Dan benar saja, setelah para orang berdasi itu selesai membuat formasinya. Seorang pria paruh baya berjalan dari belakang dengan angkuhnya menggunakan tongkat di lapisi emas. Setelah sampai di depan, Diana sangat kaget melihat pria itu termasuk Aslan yang sudah gemetar.
"Ayah?" gumam Diana kaget.
"Ternyata itu sifat aslimu, Aslan?" ucap Pria itu
Yang bukan lain adalah Ayah Diana. Yang sudah ber tahun-tahun tidak pernah bertemu dengan putri cantiknya Diana, karena berkerja di Amerika.
"Paa-paman?" lirih Aslan gugup.
"Kenapa?"
"Apa kau ingin membunuh putriku juga?" tanya Ayah Diana.
"Ti-tidak! Mana mungkin saya ingin membunuh putri anda paman," jawab Aslan dengan senyum ketakutan.
"Kalau begitu ... LEPASKAN PUTRIKU!" bentak Ayah Diana.
Aslan benar-benar ketakutan sampai ia sendiri yang mengantarkan Diana kepada ayahnya sembari menundukan kepalanya.
Setelah Diana sampai kepada ayahnya, Aslan bergegas pergi untuk kabur. Namun langkahnya terhenti setelah pengawal Ayah Diana menembakan pistol peringatan, sepontan Aslan berhenti dan perlahan berbalik melihat ke arah Ayah Diana.
"Kenapa ayah?" tanya Diana dengan mata berkaca-kaca.
"Maaf kan Ayah, putriku," jawab Ayahnya.
"Ayah benar-benar menyesal dengan semua perbuatan ayah selama ini. Maafkan Ayah soal Ibu-mu, juga tentang perjodohan ini. Ayah benar-benar menyesal,"
"Ijin kan Ayah untuk menebus semua dosa ayah kepadamu." ucap Ayahnya sembari mengusah air mata Diana yang sedikit telah menetes.
Ayahnya pun menangis sedih setelah Diana tiba-tiba memeluknya sembari menyebut AYAH.
"Maafin Diana juga ayah!" ujar Diana dengan tetap memeluk Ayahnya sembari menangis.
Sahabat-sahabat Rangga yang juga Sahabat Diana terharu sedih melihat mereka, Keysa memegang tangan Rangga sembari melihat Diana yang sudah membaik kepada Ayahnya.
"Maaf kan ayah juga," kata Ayahnya dan kemudian Diana perlahan melepaskan pelukannya lalu mengusap pipinya yang basah tadi.
"PAMAN!"
"TOLONG LEPASKAN SAYA!" teriak Aslan.
"Bawa dia! Dan masukkan dia dalam penjara," perintah Ayah Diana.
Dan semua pengawalnya pergi menangkap Aslan dengan kasar, tapi Aslan sempat memberi perlawanan saat ingin menembak para pengawal yang sedang datang kepadanya. Namun gagal setelah peluru dari pengawal Ayah Diana lebih dahulu menembak tangannya saat ia sudah mengulurkan pistolnya.
Pistol itu lepas dari tangannya di ikuti darah yang berceceran, Aslan merasakan sakit yang luar biasa hingga akhirnya dia berhasil di tangkap dan langsung di seret keluar dari gedung itu. Setelah itu Diana bergegas berlari menuju Rangga termasuk sahabatnya.
"Rangga bangun!" ujar Diana sembari mengoyangkan badan Rangga.
"Kita harus membawanya cepat-cepat le rumah sakit!" saran Dimas lalu mengakat Rangga keluar dari gedung itu diikuti sahabatnya dan adik Rangga kecuali Diana, ia di halangi oleh Ayahnya.
"Kenapa ayah?" tanya Diana dengan tatapan serius.
"Apa dia orang yang Diana cintai?" tanya Ayahnya.
"Ayah. Dia orang kedua yang Diana cintai di dunia ini setelah Ayah!" jawab Diana dan berlari pergi meninggalkan Ayahnya.
Setibanya di rumah sakit, Rangga langsung di bawa ke ruang UGD karena nafas Rangga yang sudah berhenti. Raut muka cemas dan takut terlihat dari sahabatnya, adiknya dan juga pacarnya Diana.
Diana sesekali melihat ke arah jendala kecil yang ada di pintu masuk ruang UGD, sembari berusaha menghilangkan bayang-bayang nya tentang Rangga yang akan pergi meninggalkannya.
Berjan mundar mandir di depan pintu UGD berharap calon suaminya baik-baik saja, sedangkan para sahabatnya duduk kawatir di kursi tunggu. Setelah satu jam lebih menunggu seorang dokter keluar dari ruangan itu. Serentak mereka semua menghampiri dokter itu dan langsung menanyakan keadaan Rangga.
"Kalian tidak usah kawatir. Dia baik-baik saja, hanya ada luka yang cukup serius di daerah kepala belakang dan dada bagian jantungnya,"
"Membuat dia koma. Mungkin beberapa bulan atau tahun, kalian berdoa saja kepada Yang Maha Kuasa. Semoga dia bisa melewati masa kerisisnya." ujar Dokter itu dan berjalan pergi meninggalkan mereka.
"Lo seperti ini karena gue," batin Diana dengan mata berkaca-kaca.
"Seperti yang dokter itu bilang, kita harus berdoa untuk kesembuhan Rangga agar kita bisa tertawa lagi," saran Lievia dengan nada sedih.
"Lo bener, kita harus kuat," ucap Alex.
"Lo juga harus kuat Diana, lo nggak boleh cengeng lagi." lanjut Herbin sembari tersenyum, Diana hanya diam sembari melihat Rangga dari jendela pintu.
Malam tiba jam menunjukkan pukul 23:33 WIB. Alex, Herbin, Dimas dan Melani sudah pulang meninggalkan rumah sakit dan yang tinggal hanya Keysa adik Rangga, Lievia dan Vini termasuk Diana yang masih berdiri di depan pintu jendela berharap ia orang pertama melihat Rangga sadar dari komanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGANA (Selesai)
RomanceMenceritakan seorang pria yang jahil di sebuah sekolah. Hampir tiap hari dia mendapatkan hadiah dari tindakannya itu, yaitu surat panggilan. Tapi, Rangga mulai berubah saat dia bertemu dengan gadis cantik, siswi baru di kelasnya. Walaupun perkenalan...