Tiga Tahun tanpa Diana

5 2 0
                                    

"Diana ...Alex!" ucap Rangga dan menangis di pundak Alex.

Setelah Rangga mulai tenang. Bibi menceritakan orang-orang yang membawa Diana pergi.

"Sebenernya orang-orang tadi adalah suruhan Ayah Diana. Dan pria bernama Aslan, dia pria yang akan di jodohkan dengan Diana. Mereka ingin membawa Diana ke Amerika," kata Bibi yang masih merasa sedih.
.
"Mungkin mereka sudah berangkat pergi ke Amerika," ucap Sani.
.
"Sepertinya tidak!" kata Bibi yang membuat Rangga kembali bersinar.
.
"Tidak? Maksudnya gimana, bu?" tanya Erwin.
.
"Mereka bilang. Mereka akan singgah dulu sebentar di Bandung. Rumah Diana dulu, Bibi juga kurang jelas saat mendengar Aslan berteleponan dengan orang lain. Bibi hanya mendengar itu saja," jawab Bibi.
.
"Tunggu apa lagi. Sebaiknya kita langsung berangkat ke Bandung!" ujar Rangga semangat sambil berdiri.
.
"Gimana jika mereka sudah berangkat," sahut Dimas.
.
"Kita coba dulu aja," ujar Sani.
.
"Gue setuju yang di bilang Sani. Kita coba aja dulu," ucap Alex.
.
"Jika kita sampai di sana dan tidak menemukan apa-apa. Gue bakalan ikhlas, dan rela. Diana pergi dari kehidupan gue!" kata Rangga dengan nada sedih.
.
"Lo jangan bilang gitu men. Lo harus percaya sama diri lo sendiri. Kalau Diana akan pulang bersama kita!" ucap Dimas sambil memegang pundak Rangga.
.
"Tunggu apa lagi mari kita berangkat!" kata Alex dengan semangatnya.
.
"Ini alamat rumahnya di Bandung. Kalian hati-hati." ucap Bibi sambil memberikan kertas yang isinya alamat rumah Diana di Bandung.

Saat mereka ingin berangkat. Rangga mencegah teman-temannya ikut.

"Kalian di sini aja, biar gue yang pergi!" ucap Rangga sambil membuka pintu mobil.
.
"Enggak bisa bro!" kata Erwin sambil menutup pintu mobil.
.
"Kenapa enggak bisa?!" ujar Rangga dengan raut muka marah sambil mendekati Erwin.
.
"Kerena kita ini keluarga. Yang namanya keluarga harus saling menolong, bukannya egois! Mentingin dirinya sendiri!" sahut Erwin emosi di wajah Rangga.
.
"Kalian semua boleh ikut. Asalkan kita pulang membawa Diana kembali." kata Rangga dan masuk ke mobil di ikuti teman-temannya.

2 jam perjalanan. Akhirnya mereka sampai di rumah Diana, yang berlokasi di Bandung. Ukuran rumah yang sangat megah. Mereka berkumpul di luar rumah Diana, sambil menyusun rencana.

"Gue rasa Diana udah enggak ada di rumah ini. Kalian lihat enggak ada mobil di dalem?" tanya Alex.
.
"Benar yang di bilang Alex. Gue juga enggak ngelihat sama sekali ada mobil atau kehidupan di sana" sahut Sani.

Rangga langsung memastikannya sendiri. Dia menerobos pagar pembatas rumah Diana menggunakan mobilnya.

"Rangga!" teriak Erwin keras.

Rangga tidak peduli dan langsung menelusuri rumah itu. Hingga Rangga keluar dari rumah itu, dengan tidak membawakan hasil apa-apa.

"Rangga lo yang sabar," ucap Dimas yang sedih melihat sahabatnya seperti itu.
.
"Gue mau pulang!" ucap Rangga dengan mata berkaca-kaca dan langsung berangkat pergi.

Sesampainya dirumahnya. Rangga langsung masuk ke kamar, tanpa berkata sepatah katapun, pada orang yang ada di rumahnya.

3 minggu kemudian. Tibalah hari pengumuman ke lulusan. Rangga semakin sedih saat dia melihat foto kenangannya bersama Diana, saat diner pertamanya. Sedangkan teman-temannya merayakan kelulusan.

"Lo harus coba ikhlas. Mungkin Diana bukan takdir lo," ucap Sani.

Rangga hanya diam sambil melihat foto Diana.

"Lo udah pernah coba telepon Diana?" tanya Sani.
.
"Gue udah sering telepon Diana. Tapi, handphonenya selalu enggak aktif," jawab Rangga sambil menarik napas dalam-dalam.
.
"Mulai sekarang gue akan belajar melupakan Diana!" sahut Rangga sambil merobekan foto satu-satunya kenanganya bersama Diana dan berjalan pergi.

Setelah itu. Rangga berusaha bangkit dari keterpurukannya, kesedihan, dan putus asa. Rangga juga di usir dari rumahnya. Karena semenjak Rangga di tinggal pergi Diana, sifat Rangga yang dulu mulai kembali. Rangga juga sering sekali membatah orang tuanya.

3 tahun kemudian. Rangga pindah ke Surabaya. Di sana Rangga memulai kembali dari nol. Di Surabaya Rangga memiliki 2 buah restoran berbintang. Hidupnya mandiri, Rangga juga memiliki rumah sendiri. Hingga suatu ketika Rangga memutuskan untuk melanjutkan kuliah. Rangga kuliah di salah satu universitas ternama yang ada di Surabaya. Tepat hari ini. Hari pertama Rangga masuk kuliah.

Di perjalanan Rangga pulang, Rangga tidak sengaja menabrak seorang perempuan. Karena saat itu Rangga membaca buku sambil berjalan.

"Sory-sory gue enggak sengaja!" ucap Rangga sambil membantu cewe itu berdiri.
.
"Iyah gapapa, kok!" sahut perempuan itu.
.
"Kamu ... Mahasiswa baru di kampus ini?" tanya perempuan tersebut.
.
"Iyah. Gue Mahasiswa baru di sini," jawab Rangga.
.
"Kenalin nama aku Lievia. Aku ambil kuliah andministrasi dan fisika!" ucap Lievia sambil mengulurkan tangan.
.
"Gue Rangga," sahut Rangga sambil bersalaman dengan Lievia.
.
"Kamu mau kemana?" tanya Lievia.
.
"Gue mau pulang," jawab Rangga dengan nada dingin.
.
"Kalau gitu gue duluan. Permisi." ujar Rangga dan berjalan menuju tempat parkir.

Saat Rangga berjalan menuju tempat parkir Rangga melihat ada seorang perempuan yang mirip sekali dengan Diana. Rangga lari ke arah perempuan itu, hingga Rangga bertabrakan lagi dengan Lievia. Kali ini kepala Lievia dan Rangga yang bertabrakan.

"Lo punya mata enggak, si" ucap Rangga sambil memegang kepalanya.
.
"Kok kamu jadi marah sama aku? Kan kamu yang nabrak aku!" sahut Lievia sambil memegang kepalanya.

Rangga berdiri dan melihat lagi ke arah perempuan yang mirip dengan Diana. Tapi, perempuan itu sudah  tidak ada di tempatnya.

"Ini semua gara-gara, lo!" kata Rangga sambil menunjuk Lievia.
.
"Aku?" tanya Lievia.
.
"Iyah, lo!" kata Rangga.
.
"Kalau emang salah aku. Aku minta maaf!" sahut Lievia tersenyum sambil mengulurkan tangannya.

Sejenak Rangga diam melihat tingkah Lievia. Karena sama dengan kejadian Rangga dan Diana dulu. Saat Diana jatuh di hadapan Rangga di kantin.

"Kok malah diem. Kamh enggak mau maafin aku, ya!" kata Lievia dengan raut muka yang sedang cemberut.
.
"Dasar cewe aneh!" ucap Rangga dan berjalan ke mobil.

Di malam harinya. Rangga pergi ke restorannya, untuk memantau perkembangan.

"Jadi sebuahnya sudah beres?" tanya Rangga kepada pengurus restoran.
.
"Sudah bos. Pokonya semua pasokan sudah masuk dan lengkap," jawab pengurus restoran.
.
"Bagus kalau gitu!" sahut Rangga tersenyum.

Kemudian Rangga pulang dari restoran tersebut. Di lampu merah. Rangga tidak sengaja melihat lagi perempuan yang mirip dengan Diana. Saat Rangga membuka jendela mobil. Tiba-tiba lampu berubah menjadi hijau. Tapi, Rangga tidak mengikuti perempuan itu. Karena mobil di depannya mogok.

Tak lama kemudian Rangga sampai di rumahnya.
Hari ini, Rangga sudah 2 kali melihat perempuan yang mirip dengan Diana.

Besoknya saat pulang kampus. Rangga bertemu lagi dengan perempuan, yang bernama Lievia.

"Dunia ini beneram sempitnya. Sampai gue harua ketemu lo lagi!" kata Rangga sedikit kesal.
.
"Bukan sempit namanya. Kalau orang tua bilang, itu namanya jodoh," ujar Lievia tersenyum.
.
"Lo sebenernya cewe yang cantik, imut, apa lagi kalau lo senyum. Lesung pipi lo indah. Gue akui itu. Tapi, lo juga cewe rese yang gue kenal?" ucap Rangga dengan mata berapi-api lalu pergi meninggalkam Lievia.
.
"Makasih pujianya!" sahut Lievia teriak sambil melambaikan tangan.

Di tempat parkir, Rangga melihat ke arah di mana perempuan yang mirip dengan Diana berdiri kemarin. Sampai jam menunjukan pukul 19:12. Perempuan itu tidak muncul juga. Sampai Lievia datang menghampiri Rangga.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Lievia.
.
"Lo sendiri ngapain di sini!" jawab Rangga.
.
"Di tanya, kok malah balik nanya!" ucap Lievia sedikit tertawa.
.
"Kenapa lo ketawa ada yang lucu?!" sahut Rangga sambil masuk ke mobil.
.
"Enggak ada, si! Ehk tapi, aku boleh minta tolong enggak. Aku nebeng pulang sama kamu, soalnya mobil aku tadi rusak. Boleh ya ... " ucap Lievia tersenyum.

RAGANA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang