41

6 1 0
                                    

Sebelum Rangga menutup pintu, Rangga menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan kasar. Lalu pintu tertutup rapat, setelah Rangga berada di kamar. Rangga melihat Melani sudah duduk di atas ranjangnya, sesekali melompat kecil.

"Kamu disini sendiri?" tanya Melani.
.
"Enggak usah basa-basi langsung to the poin!"
.
"Ngapain lo kesini!" bentak Rangga dengan melipat tangannya di dada, menandakan bahwa dia benar-benar marah.

Melani tersenyum mendengar bentakannya itu, dia berjalan secara perlahan mendekati Rangga dengan tatapan manis ke arahnya.

"Mau ngapain lo?!"

Melani terus berjalan tanpa mengubris ucapan Rangga. Sampai akhirnya Melani berada tempat di depan Rangga. Rangga mundur perlahan menjauhinya, tapi sayang Rangga telah sampai di ujung tembok kamarnya dia berdiri.

Melani kembali mendekatinya. Rangga langsung membelokan kepalanya ke kiri sambil memejamkan mata. Hingga Rangga merasakan hidung Melani menyentuh pipinya, serta angin yang keluar masuk dari hidung Melani. Rangga langsung menahan nafas dengan kuat dengan matanya yang masih tertutup, seperti sudah pasrah jika apa yang Melani lakukan selanjutnya pada Rangga.

"Kenapa kamu tidak membalas cintaku Rangga?"
.
"Aku sangat mencintaimu!"
.
"Jangan salahkan aku, ini semua akibat ulahmu di sekolah dasar dulu. Kamu menembakku Rangga, lalu aku bertemu dengan mu lagi saat kita sudah besar seperti ini dan kamu hanya bilang itu hanya becanda?!"

Melani melontarkan ucapnya itu di telinga Rangga dengan halus, sesekali organ tubuhnya menyentuh Rangga yang membuat Rangga merasa geli.

"Kenapa Rangga? Apa kamu tidak suka, aku perlakukan seperti ini?!"
.
"Tenang saja Rangga, aku sudah berpengalaman. Kamu hanya diam dan menikmati saja"

Kemudian tangan Melani menyentuh dada Rangga yang kekar itu. Manaik turun 'kan jari-jarinya di sekitar dada Rangga.

"Hentikan!"

Rangga mendorong kuat Melani. Melani langsung tersungkur jatuh di kasurnya.

"Kenapa?" bentak Melani.
.
"Bukannya sudah gue bilang, waktu itu usia kita masih kecil. Gue juga bilang kalimat itu sama lo, enggak ada sedikit pun rasa serius!" ujar Rangga dengan nada tinggi.
.
"Itu urusan kamu! Siapa suruh kamu menembakku saat itu." sahut Melani dengan nada tinggi.

Tok, tok, tok.

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar Rangga. Rangga seketika panik, setelah mendengar suara Diana dari luar.

"Rangga! Tolong bukain pintunya dong"

Melani tersenyum mendengar suara itu serta menaikan alis matanya ke arah Rangga. Melani berdiri dari tempatnya dan berjalan ke arah pintu.

Rangga yang melihat itu tidak tinggal diam. Rangga langsung menarik kuat tangan Melani yang membuat Melani kembali berdekatan dengan Rangga. Melani tersenyum miring, sambil menghembuskan nafasnya di wajah Rangga.

"Please kali ini aja," ucap Rangga yang masih memegang kuat tangan Diana.
.
"Kenapa? Kamu takut?!" ujar Melani.
.
"Iya! Gue takut.jadi tolong lo sembunyi dulu di kamar mandi dan jangan keluar sebelum gue kasih aba-aba!".
.
"Gue mohon!" sahut Rangga dengan muka memelas.
.
"Enggak gue enggak mau," kata Melani dengan nada pelan.
.
"Rangga lo ngapain, si? Bukain dong pintunya, gue udah cape tau berdiri terus!" teriak Diana dari luar sambil mengetuk kuat pintu Rangga.
.
"Ayo dong Melani," lirih Rangga.
.
"Ayo apa Rangga?" tanya Melani tersenyum miring.
.
"Rangga ... Bukain pintunya Rangga!" teriak Diana.
.
"Iya-iya bentar!" sahut Rangga teriak

***

"Ada apa?" tanya Rangga setelah pintu dia buka.
.
"Lama banget, si!" jawab Diana cemberut.
.
"Maaf, tadi gue lagi di kamar mandi"
.
"Oh iya lo belum jawab pertanyaan gue. Lo ngapain ke sini?" tanya Rangga.
.
"Gue kesini ... Mau ketemu lo, lah! Dan mau bilang kalau malam ini gue mau tidur di kamar lo!" jawab Diana tersenyum.
.
"A-apa. Lo mau tidur ke kamar gue?" ujar Rangga kaget.
.
"Iya! Emangnya kenapa, si?"
.
"Oh gue tau, lo pasti bingngungkan mau tidur dimana? Tenang aja gue tidur di sofa kok. Gue cuma takut aja tidur sendiri di kamar!" sahut Diana.

Diana tidak menunggu lagi pertanyaa

RAGANA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang