37

6 1 0
                                    

"Maafin gue mel." gumang Rangga dan berjalan pergi.

Rangga mencari taksi dan menuku rumah kediaman Lievia.

Rangga turun dari taksi, menarik napas dalam-dalam dan menghembusnya secara kasar. Berharap Diana mau memaafkannya. Rangga pergi masuk ke dalam rumah melihat Lievia sedang duduk di sofa dengan Herbin.

"Diana mana?" tanya Rangga kepada Lievia sambil melihat tajam ke arah Herbin.
.
"Rangga? Ee ... Diana ada di kamar. Aku dari kemarin  malam telepon kamu! Kenapa enggak kamu angkat," jawab Lievia.
.
"Nanti gue jelasin!" teriak Rangga dan berjalan menuju kamar Diana.

Rangga membukakan pintu secara perlahan, melihat Diana sedang berbaring di tempat kasur dengan raut muka yang pucat.

Diana mengkerutkan keningnya, melihat Rangga datang ke kamarnya.

"Lo ngapain ke sini?!" tanya Diana tanpa melihat ke arah Rangga.

Rangga berjalan perlahan dan duduk di tepi kasur Diana.

"Lo sakit?" tanya Rangga lembut.
.
"Penting banget, ya! Lo harus tau?!" jawab Diana sambil menatap tajam Rangga.
.
"Gue 'kan cuma ... " ucap Rangga terpotong.
.
"Udah lebih baik lo pergi ... " mendorong Rangga, hingga Rangga terjatuh "Jangan datang ke sini!" ucap Diana emosi.
.
"Please! Gue minta maaf din. Gue tau kalau gue itu salah!" sahut Rangga dengan nada sedih sambil memegang tangan Diana.
.
"Lepasin!" kata Diana sambil melepaskan pegangan Rangga secara kasar.
.
"Lievia!" teriak Diana.

"Lievia!"

"Lievia!"

Lievia datang, melihat Diana sedang menangis.

"Iya din?" ujar Lievia.
.
"Tolong bawa dia pergi dari sini!" sahut Diana menangis.
.
"Rangga," ucap Lievia.

Rangga berbalik badan, perlahan berjalan meninggalkan kamar Diana. Rangga menyesali perbuatannya, sampai dia melukai dirinya dengan memukul dinding dengan keras.

"Rangga udah ... " ucap Lievia sambil menenangkan Rangga.
.
"Diana sakit gara-gara gue, gara-gara gue Liv!" teriak Rangga menangis.

Beberapa menit Rangga mulai tenang. Herbin menceritakan kepada Rangga, kalau dia dengan Diana tidak ada hubungan spesial, hanya sebatas teman kuliah saja. Lievia juga menceritakan keadaan yang menimpa Diana. Kalau Diana hanya kecapean dan banyak pikiran.

"Kemarin malam aku nelpon kamu! Mau kasih tau kalau Diana sakit. Tapi, enggak kamu angkat. Jelasin dong kenapa?" tanya Lievia.

Rangga menceritakan semuanya kepada Lievia, kejadian di club malam sampai Rangga bertemu dengan Melani.

"Jadi masalah kamu sama Melani, udah selesai?" kata Lievia.
.
"Menurutku, itu sudah selesai," sahut Rangga.
.
"Lievia!" teriak Diana dari kamar.
.
"Tunggu bentar." ujar Lievia dan pergi ke kamar Diana.

Lievia pergi ke dapur setelah dari kamar Diana. Dan datang menghampiri Rangga membawa bubur.

"Buat gue?" tanya Rangga kebingungan.
.
"Yah enggak, lah! aku kasih ini ke kamu biar kamu sendiri yang antar ke kamar Diana. Ini kesempatan kamu Rangga," ujar Lievia.
.
"Gue takut. Kalau Diana masih marah sama gue, itu bisa bikin Diana tambah drop," sahut Rangga.
.
"Udah ... Apa salahnya coba. Ni!" kata Lievia tersenyum sambil memberikan bubur kepada Rangga.

Menarik napas, berjalan perlahan menuju kamar Diana. Di pintu masuk Rangga sudah merasakan tidak enak, soalnya Diana melihat Rangga dengan tatapan kosong.

"Ini buburnya!" ucap Rangga berjalan meletakan bubur dan pergi.
.
"Tunggu!" kata Diana dengan nada tinggi.

Rangga menghembuskan kasar dan perlahan berbalik badan.

"Gue belum bisa makan sendiri!" ujar Diana tanpa melihat Rangga dan melipatkan kedua tangannya di dada dengan memajukan sedikit bibirnya.

Rangga tersenyum senang melihat Diana yang perlahan mulai memperhatikannya.

"Jadi ... Gue harus suapin lo?" tanya Rangga sambil duduk di kursi yang ada di samping kasur Diana.
.
"Menurut, lo!" jawab Diana sambil menyipitkan matanya ke arah Rangga.
.
"Ok-ok. Gue becanda." ucap Rangga.

Suapan demi suapan, Rangga berikan dengan rasa cinta kepada Diana. Serupa dengan Diana, melihat Rangga dengan penuh senyuman.

Tiba saatnya Diana meminum obat.

"Gue bisa sendiri," ucap Diana sambil mengambil obat.

RAGANA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang