"Rangga," gumam Diana. Tapi, saat Diana ingin berlari ke arah Rangga, Aslan memegang tangan kanannya kuat.
"Diana! Apa lo suka sama dia!" teriak Rangga.
"Nggak Rangga!" balas Diana teriak, mendengar itu Rangga tersenyum. Namun juga membuat Aslan marah.
"Penjaga! Tangkap dia!" geram Aslan sembari menunjuk Rangga.
Lima belas orang berbadan besar dengan berpakaian hitam datang berlari menghampiri Rangga. Pertingkaian tidak bisa di hindarkan, semua tamu yang ada di sana berlari ke luar.
Bugh!
Plak!
Bugh!
Karena Rangga yang kalah jumlah. Rangga pun kalah dengan luka lebab di wajahnya. Namun Rangga tidak menyerah saat ia telah tersungkur tak berdaya. Ia bangkit dan menantang kembali orang-orang itu.
"Aslan! Sudah cukup!" teriak Diana sembari menangis.
"Diana! Ingat janji kita! Lo jangan lupa itu!" ujar Rangga tersenyum dengan menahan rasa sakitnya
"Bunuh dia!" perintah Aslan.
Rangga terus di pukul walaupun ia telah tersungkur di lantai, penjaga itu tidak hentinya menendang dan memukuli Rangga dengan tamu undangan yang melihatnya.
"Kejam sekali calon suami Diana itu!"
"Kasihan dia!"
"Mengapa Diana harus menikah dengan pria gila itu?!"
Itu lah antara lain yang di ucapkan para tamu undangan melihat kekejaman yang di lakukan oleh Aslan terhadap Rangga.
"Aaa!" lirih Aslan setelah tangannya di gigit kuat oleh Diana.
"Kurang ajar!" ketus Aslan sembari melihat Diana yang berlari ke arah Rangga.
"Terima kasih. Lo sudah berjuang sejauh ini ke gue," batin Diana dengan air mata yang terus mengalir sembari berlari.
"Terima kasih Rangga."
Akhirnya Diana sampai di tempat Rangga, lalu mendorong kuat para penjaga yang tadi masih memukuli Rangga dengan kuat. Sepontan semua penjaga itu berhenti memukuli Rangga dan sedikit menjauh darinya.
Rangga yang masih setengah sadar melihat Diana yang datang memeluknya dan membaringkan ia di paha Diana. Diana tidak hentinya menangis melihat kondisi Rangga yang sangat memprihantikan, Rangga hanya bisa tersenyum dan mengelus pipi air mata Diana.
"Kalau lo terus menangis wajah gue bisa basah kuyup tau,"
"Gue masih hidup juga, lo lebay banget si jangan nangis gitu." ujar Rangga tersenyum manis.
"Jangan terlihat kuat di depan gue!" bentak Diana dengan masih menangis.
"Dan lo jadi cowo jangan bertindak bodoh kaya gini, hanya demi gu-"
"Gue lakuin sebisa gue, ini kemauan gue. Apa hak lo larang gue?" potong Rangga dengan cepat.
"Lagian ini gue lakuin bukan karena lo asal lo tau itu," lalu tertawa pelan.
"Lo masih belum berubah. Lo belum pandai berbohong," gumam Diana dengan menahan air matanya.
"Terima kasih, untuk semuanya." sembari tersenyum dan mengusap kedua matanya.
Aslan benar-benar geram melihat tindakan Diana itu dan langsung memperintahkan penjaganya untuk menarik Diana dari sana. Namun Diana menolak lalu tak lama kemudian Dimas, Alex, Herbin, Vini, Melani, Lievia sahabatnya dan adiknya datang. Serentak penjaga itu menjaga jarak lagi kepada Diana dan sahabatnya itu.
Adiknya langsung datang ke arah Diana yang masih membaringkan Rangga di pahanya. Keysa sangat sedih melihat kaka yang ia sayang sedang terbaring lemah.
"Kak," sapa Keysa lalu memegang tangan Rangga dan meletakan di pipinya dengan mata berkaca-kaca
"Kaka baik-baik aja, nggak usah kawatir sama kaka." sahut Rangga tersenyum.
Kemudian setelah itu Rangga tiba-tiba menutup matanya, membuat Keysa dan yang lainnya jadi panik termasuk Diana. Dimas datang dan memegang nadi tanganya.
"Bagaimana keadaan kaka?" tanya Keysa sembari menangis.
"Rangga cuma pingsan," jawab Dimas.
"Sebaliknya kita harus cepat-cepat mengantarkan Rangga ke rumah sakit!"
"Hai!" teriak Aslan.
Dorr!
Aslan mengambil pistol dari belakang pinggangnya dan menembak ke atas, sebagai tanda peringatan. Sepontan semua tamu undangan berlari tak karuan keluar dari gedung itu. Aslan berjalan perlahan menuju tempat Diana dengan senyum miringnya.
"Siapa yang suruh kalian keluar?" tanya Aslan dengan tatapan sinisnya lalu menodongkan senjatanya ke arah mereka.
"Bawa Diana!" perintah Aslan kepada penjaganya.
Tidak ada perlawanan dari kubu Rangga. Penjaga Aslan dengan mudahnya menarik Diana dari sana meletakan Rangga di lantai, Diana hanya menangis dan menundukkan kepalanya berjalan perlahan ke arah Aslan.
"Kalau aja lo nurut, mereka semua nggak akan gue bunuh seperti kekasih lo itu," ketus Aslan lalu terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGANA (Selesai)
RomanceMenceritakan seorang pria yang jahil di sebuah sekolah. Hampir tiap hari dia mendapatkan hadiah dari tindakannya itu, yaitu surat panggilan. Tapi, Rangga mulai berubah saat dia bertemu dengan gadis cantik, siswi baru di kelasnya. Walaupun perkenalan...