Bel pulang terdengar. Rangga melihat Diana yang sedang berjalan menuju halte bus. Rangga langsung menghampiri Diana yang sedang jalan sendiri.
"Hy!" sapa Rangga dengan berjalan mundur sambil tersenyum.
.
"Ngapain lo jalan mundur kaya gitu?" tanya Diana sedikit tertawa melihat cara jalan Rangga.
.
"Ini namanya, jalan mundur ala Mickel Jaksen!" jawab Rangga sambil memperagakannya.
.
"Lo ada-ada aja, nyebut namanya aja salah." kekeh Diana.Tiba-tiba Dimas datang menggunakan mobil, melihat Rangga sedang jalan di trotoar. Dimas mengklaksoni mereka
"Rangga! Gue tungguin lo di parkiran taunya di sini jalan berdua lagi. Sama Diana," kata Dimas tersenyum.
.
"Gue sengaja nggak bilang lo, karena gue mau mandiri!" teriak Rangga.Diana hanya senyum-senyum saja dan terus berjalan
"Bullshit, bilang aja lo mau jalan berdua sama Diana, kan!" teriak Dimas dari mobil.
.
"Sok tau lo. Lebih baik lo pulang!" teriak Rangga
.
"Lagian lo ngapain jalan mundur gitu? Nginjek tai baru rasa lo!" balas Dimas tertawa.
.
"Apa lo bilang?!" bentak Rangga dan berhenti berjalan.
.
"Enggak ada ... "
.
"Btw, Diana hati-hati ya dengan kata-kata, gombalan, rayuan dan lain-lain dari Rangga." ujar Dimas tertawa dan langsung menginjak gas.
.
"Woii awas lo besok!" teriak Rangga sambil melemparkan batu.Tak lama berjalan mereka sampai di halte bus. Di sana mereka masih harus menunggu bus datang.
"Hukuman lo yang bersihin kamar mandi itu. Udah selesai?" tanya Diana.
.
"Udah ... Tadi gue minta bantuan. Sama Erwin, Alex, dan Dimas," jawab Rangga sambil memeluk tiang halte karena malu dia tidak mandiri.
.
"Katanya pengen mandiri!" ucap Diana dengan nada meledek.
.
"Kan yang ngerjain lo bukan gue doang, mereka juga," kata Rangga.
.
"Tetap aja, yang ngajarin mereka itu kamu. Coba kalau kamu enggak itu, pasti enggak akan terjadi kaya gini!" ucap Diana.Bispun datang mereka langsung masuk. Di dalam sana kursi semua penuh. Dan hanya mereka berdua yang berdiri. Di halte selanjutnya bis berhenti dan ada satu penumpang yang turun dan ada satu yang naik. Rangga langsung cepat-cepat duduk di kursi yang kosong itu. Tapi, Diana kasihan melihat penumpang yang baru itu adalah seorang ibu hamil.
"Rangga ... " sapa Diana berbisik sambil menoel Rangga.
.
"Apaan, si?" sahut Rangga dengan raut muka yang malas.
.
"Lebih baik lo berdiri aja. Biar ibu-ibu itu yang duduk di situ," sahut Diana.
.
"Enggak-enggak, gue pegel berdiri mending duduk. Iya kan mas!" ucap Rangga sambil melihat orang di sampingnya.
.
"Emangnya lo enggak kasihan! Lihat dong ibu-ibu itu lagi hamil!" kata Diana berbisik.
.
"Pokonya enggak ... Lagian gue enggak kenal siapa dia," sahut Rangga dan pura-pura tidur.
.
"Rangga ... " kata Diana berbisik sambil mencubit Rangga dengan keras.
.
"Iyah-iyah bawel ... Sakit tau!" sahut Rangga sambil memegang bekas cubitan Diana dan berdiri.
.
"Bu ... Duduk di sini aja, bu!" sapa Rangga ke pada ibu hamil itu.
.
"Beneran ni, dek?" tanya ibu itu tersenyum.
.
"Iyah, bu! Silahkan," jawab Rangga sambil berjalan ke luar dari tempat duduknya.
.
"Makasih ya, dek!" sahut ibu itu tersenyum.
.
"Puas, lo?!" kata Rangga dan berdiri di depan Diana.
.
"Banget ... Pake kuadrat!" ucap Diana tersenyum.
.
"Banget pake kuadrat!" sahut Rangga dengan nada meledek.Saat mereka sedang berdiri berhadapan. Tiba-tiba bis rem mendadak, yang membuat Diana jatuh ke depan. Tepatnya ke Rangga, mereka jatuh ke bawah lantai bis itu. Dan tidak sengaja Diana mencium bibir Rangga. Seketika semua yang melihat mereka berkata 'Ehem' yang membuat mereka tersadar.
"Sory-sory gue enggak sengaja!" ucap Diana dengan raut muka yang memerah sambil menutup mulutnya dan berdiri.
.
'Di sengaja juga, gapapa sebenernya. Terus bibir lo lembut banget ... ' batin Rangga.
.
"Iyah enggak gapapa kok!" sahut Rangga dan berdiri.
.
"Tisu yang gue kasih itu mana?" kata Diana seperti panik dan masih menutup mulutnya.
.
"Ini!" sahut Rangga dan memberikan tisu.Diana langsung membersihkan bibirnya menggunakan tisu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGANA (Selesai)
RomanceMenceritakan seorang pria yang jahil di sebuah sekolah. Hampir tiap hari dia mendapatkan hadiah dari tindakannya itu, yaitu surat panggilan. Tapi, Rangga mulai berubah saat dia bertemu dengan gadis cantik, siswi baru di kelasnya. Walaupun perkenalan...