23

7 3 0
                                    

Kemudian Keysa datang menghampiri Rangga yang sedang sendiri.

"Tumben kaka di sini!" kata Keysa sambil melihat bintang.
.
"Emangnya enggak boleh kaka di sini," sahut Rangga.
.
"Bukannya gitu ka, biasanyakan kaka di kamar terus main game. Jangan-jangan kaka lagi mikirin sesuatu, ni!" ucap Keysa dengan senyum miring.
.
"Enggak. Sok tau kamu," kata Rangga.
.
"Jangan bohong deh sama Keysa. Pasti kaka lagi mikirin ka Diana, kan! Soalnya kemarin aku beli nasi goreng ke tempatnya ka Diana. Terus ka Diana nyeritain semua sama Keysa, tentang kaka!" ucap Keysa sambil senyum-senyum.
.
"Ceritain apa?" tanya Rangga panik.
.
"Ada deh ... Kaka juga pasti tau!" jawab Keysa sambil menyengol Rangga.
.
"Ka, ini mah cuman saran dari Keysa aja. Sebaiknya kaka langsung nyatain perasaan kaka sama ka Diana, soalnya, kan! Ka Diana itu cantik, baik, pasti banyak yang suka sama ka Diana. Karena penyesalan pasti datang terlambat!" kata Keysa tersenyum sedikit tertawa.
.
"Kaka juga lagi binggung sama perasaan kaka sendiri. Tapi, kalau namanya jodoh pasti ga akan kemana. Kalau gitu kaka duluan ya!" kata Rangga sambil berjalan menuju kamar.

Besoknya di sekolah. Rangga dan teman-temannya nongkrong di kantin, mereka membahas tentang ke lulus yang tinggal beberapa hari lagi.

"Lulus nanti lo mau kemana?" tanya Erwin pada Rangga.
.
"Gue juga kurang tau, mau ngelanjut atau enggak!" jawab Rangga sambil meminum, minumannya.
.
"Kalau gue, si ... Mau ngelanjut sampai S3!" ucap Alex dengan sombongnya.
.
"Gaya, lo Alex. Setinggi langit, tunggu sampai lo jatuh. Baru lo, tau rasanya di tinggal pas lagi sayang-sayangnya!" ucap Dimas tertawa, di ikuti Rangga dan Erwin.
.
"Lo sendiri mau kemana?" tanya Alex cemberut kepada Dimas
.
"Kalau gue, si ... Langsung kawin aja!" jawab Dimas tertawa.
.
"Lo ada-ada aja," ucap Rangga tertawa.
.
"Kalau kita nanti pisah. Kita jangan sampai lupa tentang persahabatan kita," ucap Rangga sedikit sedih sambil melihat teman-temannya.
.
"Kalau itu tenang aja." kata Erwin tersenyum sambil merangkul Rangga.

Saat pulang sekolah, Rangga tidak sengaja melihat Diana di halte bus. Saat itu sedang turun hujan sangat deras. Rangga menghampiri Diana dengan menggunakan mobilnya.

Klakson "Lo mau ikut enggak?" tanya Rangga dari jendela mobil.
.
"Enggak ... Makasih!" sahut Diana sambil melihat Bis datang.
.
"Lo, mau sampai kapan jual mahal sama gue!" ucap Rangga sambil turun dari mobil dan menghampiri Rangga.
.
"Gue bukannya sombong, gue cuma enggak mau berhutan budi sama orang!" jawab Diana tersenyum.
.
"Ok. Anggap aja ini lunas, kan lo udah ajarin gue belajar tanpa di bayar. Nah lo anggap aja ini bayarannya dan kita impas!" ucap Rangga tersenyum sambil melihat Diana yang sedang kedinginan.
.
"Iyah-iyah ... Gue ikut. Bawel .... " ucap Diana tersenyum.

Setelah itu Rangga membuka jaketnya, dan meletakan di atas kepala Diana. Agar Diana tidak terkena hujan saat berjalan menuju mobil Rangga.

'Perasaan ini datang lagi. Perasaan yang terus menusuk jantungku, saat berdekatan dengan Rangga' batin Diana sambil melihat Rangga.
.
"Kok lo jadi diem? Ayo buruan masuk ke mobil gue." kata Rangga sambil memegang jaketnya.

Dan merekapun berjalan berdua menuju mobil. Rangga tidak membiarkan satu tetespun menyentuh Diana.

Ranggapun berangkat menuju rumah Diana. Dari kejauhan mereka melihat ada sebuah mobil mewah yang terparkir di depan rumah Diana. Di sana juga ada Bibi yang sedang mengobrol dengan seseorang, saat Rangga dan Diana sedikit lagi sampai di sana. Mereka sudah pergi. Dianapun penasaran dan menanyakan pada Bibi.

"Bi, yang tadi itu siapa?" tanya Diana penasaran.
.
"Kita masuk dulu. Nanti Bibi ceritain di dalem." jawab Bibi dengan raut muka yang sedih.

Rangga dan Diana berjalan masuk ke rumah. Setibanya di sana, Bibi langsung menceritakan bahwa orang yang datang ke sini adalah tangan kanan dari Ayah Diana. Mereka datang ke sini ingin menjemput Diana dan membawanya ke Amerika.

"Jadi Bibi bilang apa?" tanya Diana panik.

"Bibi bilang, setelah ke lulusan non Diana aja. Untuk membawa non Diana pulang," ucap Bibi ketakutan.
.
"Kok, Bibi bisa bilang kaya gitu, si? Terus mereka tau dari mana kalau Diana tinggal di sini!" ucap Diana sedikit membentak.
.
"Bibi yang kasih tau mereka non. Soalnya Bibi entah enggak tega ngelihat non Diana, harus kerja banting tulang. Ini juga demi masa depan non!" sahut Bibi dengan raut muka sedih.
.
"Aku enggak ngerti! Kenapa Bibi sampai ada pikiran seperti itu," ucap Diana gelisah.
.
"Udah dong. Lo jangan nyalahin Bibi gitu, Bibi ngelakuin itukam demi kebaikan lo juga!" sahut Rangga menenangkan Diana, tapi sebenernya Rangga juga merasa sedih jika Diana harus pergi.
.
"Maafin Bibi non!" ucap Bibi menangis sambil memegang tangan Diana.
.
"Lepasin!" kata Diana emosi dan pergi masuk ke kamar.
.
"Udah bi, jangan dong. Rangga jadi ikut sedih." ucap Rangga.

Hingga malam tiba Rangga tidak pulang. Rangga menunggu Diana untuk ke luar dan makan, sudah berulang kali Rangga mengetok kamarnya. Tapi, Diana hanya berkata "Pergi!" Ranggapun pergi. Di luar Rangga berpamitan pada Bibi.

"Kalau gitu bi Rangga pulang dulu!" ucap Rangga sambil menyalim tangan Bibi.
.
"Maaf ya, gara-gara Bibi kamu enggak bisa ketemuan sama Diana!" ucap Bibi sedih.
.
"Bukan salah Bibi, kok! Diananya aja yang baperan!" ucap Rangga sedikit tertawa.
.
"Kalau gitu bi, Rangga pamit dulu. Assalamualaikum!" ucap Rangga dan berangkat pergi.
.
"Walaikumsalam." sahut Bibi.

Keesokan harinya di sekolah. Rangga tidak melihat tas Diana di mejanya, hingga bel masuk sekolah. Rangga jadi kawatir.

'Apa Diana sakit, ya?' Batin Rangga.

Pulang sekolah Rangga, Dimas dan Sani pergi ke rumah Diana. Sesampainya di sana, mereka melihat Bibi yang sedang panik. Karena dari kemarin Diana enggak ke luar, apa lagi makan.

"Sani, lo coba masuk ke kamarnya dan bujukin dia buat makan!" ucap Rangga cemas kepada Sani.
.
"Iyah, gue coba." sahut Sani dan mencoba mengetuk pintu kamar.

Tak lama kemudian pintu kamar terbuka dan Sani langsung masuk ke kamar. Setelah Sani setengah jam di dalam, akhirnya sani ke luar bersama Diana.

"Maafin Diana ya bi ... " ucap Diana sedih dan memeluk Bibi.
.
"Iya non, Bibi juga minta maaf!" sahut Bibi dan membalas pelukan Diana.
.
"Lo bilang apa aja, sampai Diana bisa keluar!" tanya Rangga berbisik pada Sani.
.
"Rahasia!" jawab Sani berbisik sambil tersenyum.

Bibipun mengambil makanan untuk Diana. Dianapun melahapnya dengan semangat.

"Pelan-pelan napa," ucap Dimas heran.
.
"Makanya lo jangan anak kecil!" kata Rangga.
.
"Apa lo bilang?" sahut Diana nada tinggi.
.
"Gue bilang ... Sama Dimas, kok!" kata Rangga ketakutan sambil memberikan sedikit senyuman.

Selesai makan, Diana mengajak Rangga untuk pergi ke luar.

"Terus Dimas sama Sani?" tanya Rangga kepada Diana.
.
"Lo jangan pikirin gue sama Sani. Iya, enggak?" ucap Dimas sambil menyenggol Sani.
.
"Oh Iyah-iyah benar ... Gue sama Dimas ada urusan penting. Berdua!" sahut Sani sambil melihat Dimas dengan senyum miring.
.
"Jangan-jangan kalian berdua ... " ucap Rangga sambil menaik turunkan alis matanya.
.
"Kalau gitu kita berdua langsung pamit aja!" ucap Dimas dan pergi bersama Sani.
.
"So ... Kita gimana?" tanya Diana.
.
"Bi ... Rangga bawa Diana jalan-jalan ke luar ya, bi!" ucap Rangga teriak karena Bibi sedang ada di dapur.
.
"Iyah ... Bawa aja, jangan lupa buat kembaliin!" sahut Bibi teriak.
.
"Ayo!" ucap Diana tersenyum pada Rangga dan berangkat pergi.

Di perjalanan. Rangga menanyakan kepada Diana, ingin pergi ke mana.

"Sebenernya kita mau kemana?" tanya Rangga.
.
"Nanti gue kasih tanjuk, lo fokus aja ke jalan!" jawab Diana tersenyum.

Hingga Diana mengarahkan Rangga ke pusat kota Jakarta. Dan Diana membawa Rangga ke sebuah Apartemen, dan berjalan ke lantai paling atas. Hingga mereka sampai dan melihat pemandangan malam kota Jakarta yang indah dari sana.

"Lo punya tempat rahasia juga ... Ini keren banget tau, enggak!" kata Rangga kagum.
.
"Biasa aja ..." sahut Diana tersenyum.

RAGANA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang