13

9 3 0
                                    

"Jangan lempar-lempar woi!" ucap Rangga sambil menangkis tomat.
.
"Lagian pikiran lo jorok," saut Diana dan berhenti melempar.
.
"Emangnya lo bisa baca pikiran gue? Kan, nggak," balas Rangga sedikit kesal.
.
"Iyah juga, si. Tapi, lo harus jaga jarak sama gue, dua meter," kata Diana dengan raut muka marah.
.
"Terserah lo!" ucap Rangga kesal.

*****

Diana kembali berkerja.

"Gue boleh nanya ga?" tanya Rangga sambil memainkan tomat.
.
"Lo dari tadi nanya mulu, kaya wartawan. Kalau lo nanya terus, kapan selesainya perkerjaan gue," ketus Diana nampak emosi.
.
"Ini yang terakhir kok," saut Rangga tersenyum.
.
"Ok. Apa?" tanya Diana.
.
"Lo setiap hari kaya gini? Terus jualan sampai larut malam," jawab Rangga.
.
"Iyah. Lagian gue udah biasa," jawab Diana tersenyum.
.
"Jadi lo setiap hari dong pulang malam. Tapi, kenapa nilai lo bagus," ketus Rangga.
.
"Gue belajar sambil jualan. Soalnya gue mau melanjut ke perguruan tinggi," saut Diana tersenyum.
.
"Kalau boleh tau, lo mau melanjut kemana?" tanya Rangga.
.
"Kurang tau," ucap Diana sambil memotong cabe.
.
"Kenapa ga pulang aja ke rumah ayah lo. Disanakan lo enggak perlu kerja kaya gini. Hidup lo juga terjamin," ujar Rangga.
.
"Dengerin. Yang kaya itu ayah gue, bukan gue. Jadi, gue harus nyari duit sendiri. Terus kenapa gue enggak pulang ke rumah? Karena gue mau hidup mandiri," sahut Diana dengan nada sedih.
.
"Ternyata dia cewe yang pantang menyerah. Beda banget sama Nessa. Kenapa gue jadi beda-bedain dia sama Nessa, ah udahlah," batin Rangga dalam batin.
.
"Gue pergi ke depan ya, cari angin." ucap Rangga sembari berjalan pergi.

Hari mulai malam, jam menunjukan 18:16 WIB. Rangga menunggu Erwin di depan teras rumah. Tapi, Erwin masih blum datang.

"Lo nungguin apa, si?" tanya Diana sambil membereskan gerobak dagangan ya.
.
"Gue nungguin Erwin. Kan dia mau jemput gue," saut Rangga.
.
"Ya udah. Gue tinggal, ya? Soalnya gue mau jualan," ucap Diana.
.
"Jadi lo mau tinggalin gue sendiri?" tanya Rangga.
.
"Bentar lagi Bibi pulang kok, jangan manja," kata Diana sedikit tertawa.
.
"Gue ikut," ucap Rangga nada tinggi dan mendekati Diana.
.
"Kalau Erwin kesini gimana?" tanya Diana.
.
"Itu urusan dia, lagian dia lama banget," saut Rangga sambil mendorong gerobak Diana.
.
"Terserah lo,si." ucap Diana dan berjalan menghampiri Rangga.

Setelah sampai di tempat biasa jualan. Rangga membantu Diana mempersiapkan keperluannya.

"Cape juga, ya?" kata Rangga sambil duduk di bangku.
.
"Lo setiap hari kaya, gini? Cape banget tau," ucap Rangga sambil melap keringatnya.
.
"Itu karena lo blum terbiasa aja. Btw, makasih udah bantu gue." ucap Diana tersenyum.

Pelangganpun mulai berdatangan. Rangga membantu Diana yang kerepotan. Seperti, mengantarkan pesanan dan minum. Kemudian datang seorang pembeli yang menggoda Diana.

"Mba, beli nasi gorengnya dong. Spesial ya mba," ucap cowo itu dengan mata menggoda.
.
"Di tunggu ya mas!" saut Diana sambil menyiapkan pesanannya.
.
"Mba cantik-cantik kok jadi pedagang nasi goreng? Nikah aja sama mas, pokonya hidup mba terjamin," ucap cowo itu dengan senyum menggoda.

Diana hanya diam dan terus berkerja.

"Mba cantik banget, si!" ucap cowo itu sambil mencubit pipi Diana.
.
"Mas bisa sopan dikit enggak!" saut Diana marah dengan mata berapi-api.
.
"Kalau galak gini, tambah cantik tau mba." Kata cowo itu tersenyum.

Tak sengaja Rangga mendengar suara Diana. Dan menghampirinya.

"Ada apa ni mas?" tanya Rangga dengan muka sedikit emosi.
.
"Ini lo mas, mba ya cantik banget," jawab cowo itu tanpa melihat Rangga dan hanya melihat Diana dengan senyum manis.
.
"Woi, dia itu pacar gue!" saut Rangga emosi dengan menarik baju cowo itu.
.
"Maaf mas saya ga tau, kalau dia pacar mas," jawab cowo itu ketakutan.
.
"Makanya jangan suka godain cewe!" kata Rangga teriak di telinga cowo itu.
.
"Udah Rangga. Malu di lihatin orang," ucap Diana sambil memisahkan cowo itu dengan Rangga.
.
"Ini mba uangnya!" ucap cowo itu lalu pergi ketakutan.
.
"Gue minta maaf ya. Lagian lo mau aja di godain cowo," ucap Rangga tersenyum.

RAGANA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang