30

6 2 0
                                    

"Enggak-enggak. Gue ada urusan!" ucap Rangga sambil berjalan pergi meninggalkan Lievia sendiri.

Di perjalanan Rangga pulang.

"Kalau Lievia kenapa-kenapa di jalan. Gara-gara gue! Misalnya di rampok preman terus di bunuh. Bisa-bisa gue di hantuin Lievia lagi. Lebih baik gue anter dia pulang." gumang Rangga dan memutarkan mobilnya ke arah kampus.

Akhirnya Rangga tiba di kampus. Rangga melihat Lievia berjalan di trotoar kampus. Rangga langsung pergi menemui Lievia.

"Lo mau ikut enggak?" tanya Rangga dari jendela mobil dengan nada dingin sambil melihat ke depan.
.
"Rangga?!" gumang Lievia kaget.
.
"Aku ikut .... " jawab Lievia dan masuk ke mobil.

Dan sampailah Rangga di rumah Lievia, yang besar.

"Mampir dulu," kata Lievia tersenyum.
.
"Enggak usah makasih." sahut Rangga dan berangkat pergi.

Sesampai Rangga di rumahnya. Rangga makan dan setelah itu Rangga tidur. Saat Rangga sedang memejamkan mata, handphone Rangga tiba-tiba berdering. Rangga langsung menjawab telepon yang masuk di handphonenya.

"Hallo?" tanya Rangga.
.
"Hallo Rangga! Ini gue Sani," jawab Sani dengan semangatnya.
.
"Lo dapet dari mana nomor gue?" kata Rangga kaget.
.
"Ga penting dapet dari mana. Btw, kabar lo gimana sekarang, udah 3 tahun loh? Gue denger-denger juga. Lo di Surabaya, jadi pengusaha muda!" sahut Sani tersenyum.
.
"Gue baik-baik aja kok. Satu lagi. Pujian lo terlambat!" ujar Rangga .
.
"Habisnya lo hilang gitu aja, tanpa kasih tau kami," kata Sani.
.
"Namanya juga hilang. Kalau gue kasih tau, bukan hilang namanya!" sahut Rangga tertawa di ikuti oleh Sani.
.
"Btw, lo lagi dimana?" tanya Rangga.
.
"Gue lagi di taksi sama Dimas," jawab Sani.
.
"Gue mau ngomong dong sama Dimas!" ucap Rangga semangat.
.
"Dimasnya lagi bobo!" sahut Sani berbisik.
.
"Emangnya kalian mau ke mana," ucap Rangga.
.
"Gue sama Dimas, mau ke bandara. Terus pergi ke rumah lo, deh!" kata Sani tersenyum.
.
"Ngapain kalian ke rumah gue?" tanya Rangga.
.
"Rahasia ... Lo tunggu aja. Btw, udah dulunya. Gue mau bobo." jawab Sani tersenyum.

Saat Sani mematikan hpnya. Rangga mulai memikirkan perkataan terakhir Sani. Yang bilang, kalau mereka akan datang ke sini.

Besok paginya di kampus. Rangga di hadang Lievia.

"Lo ngapain ngalangin jalan gue," ucap Rangga.
.
"Maaf, aku cuma mau bareng aja jalannya sama kamu! Soalnya aku suka di godain cowo-cowo!" kata Lievia tersenyum dan berdiri di samping Rangga.

Apa yang dilakukan Rangga, Lievia mengikuti gerakannya. Seperti cara berjalan Rangga.

"Lo emang cewe aneh tau enggak!" ujar Rangga emosi sambil berhenti berjalan.
.
"Maaf. Aku janji ga akan ngulanginnya lagi!" sahut Lievia sambil mengarahkan jari kelingkingnya ke Rangga.
.
"Udah-udah ... Apaan coba!" ucap Rangga emosi sambil menepis tangan Lievia dengan keras.
.
"Aww ... " kata Lievia sambil memegang tangannya.
.
"Lo kenapa si ngikutin gue?!" bentak Rangga.
.
"Aku cuma pengen punya temen, cowo!" ucap Lievia dengan mata berkaca-kaca.
.
"Jangan bilang lo mau nangis!" ucap Rangga sambil melototi Lievia.
.
"Aku bakalan nangis, kalau kamu enggak mau berteman denganku. Aku bakalan nangis sekencang-kencangnya!" kata Lievia berbisik sambil tersenyum melihat Rangga.
.
"Oh. Jadi sekarang lo ngancem gue! Gue enggak takut. Silahkan!" sahut Rangga dan berjalan pergi.

Tak lama kemudian Lievia menangis dengan kerasnya. Hingga mahasiswa pergi menghampiri Lievia.

"Mba kok nangis?" tanya salah satu mahasiswa.
.
"Mas itu enggak tunggung jawab!" jawab Lievia teriak sambil menunjuk Rangga.
.
"Woi mas! Tanggung jawab dong!" teriak mahasiswa memanggil Rangga.

Rangga langsung berhenti dan berbalik badan.

"Iyah mas." sahut Rangga teriak dan berjalan menghampiri Lievia.
.
"Mas sebagai cowo harus tanggung jawab. Masa cewe secantik mba ini di tinggalin!" ucap mahasiswa itu.
.
"Iyah-iyah mas maaf ... " sahut Rangga dan semua mahasiswa bubar.
.
"Lo udah puas!" ucap Rangga berbisik kepada Lievia.
.
"Belum. Sampai kamu mau jadi teman aku!" ujar Lievia tersenyum.
.
"Terserah lo cewe aneh!"

RAGANA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang