[11] Iri

5.1K 542 53
                                    

Di kantin sekolah yang dipenuhi oleh siswa kelaparan itu, Bergas dan Tasya duduk di kursi yang terletak pada bagian pojok kantin. Keduanya nampak serius menikmati semangkuk baso sambil sesekali membicarakan hal random.

Semua nampak baik-baik saja meski suasana kantin yang semakin ramai dan riuh. Tasya berdiri dan pergi menerobos antrean pembeli baso untuk meminta sambal, dikarenakan sambal yang tersedia di meja habis. Hingga si penggila cabai itu kembali dengan sebotol sambal di tangannya dan mata membulat sempurna tertuju pada dua orang yang berjalan ke arahnya.

"Ew!"

Tasya mencibir saat Adit melambaikan tangan padanya. Bagaimana tidak, Adit berjalan sambil memeluk sebelah lengan Elsa dan kepalanya yang disandarkan pada bahu Elsa. Berbeda dengan Adit yang sumringah, ekspresi Elsa terlihat kesal dan risih dengan tingkah pacarnya itu. Berkali-kali Elsa berusaha menyingkirkan kepala Adit dari bahunya.

"Jalan yang bener kek, berat anying!"

Adit memanyunkan bibirnya, "Ihh kok anying sih!Ayang dong. Panggil aku ayang, biar romantis."

Elsa memutar bola matanya malas dan mengambil duduk di samping Tasya.

"Temen kalian nih, nyusahin!"

Bergas terkekeh melihat pasangan kekasih baru itu, "Jadi, nyesel udah nerima Adit apa gimana Sa?"

"Gue nerima temen kalian ini juga atas dasar kasian." Ucap Elsa santai sembari meminum es jeruk milik Tasya.

"Kasian sih kasian, tapi itu es jeruk gue ya projen!" Tasya merebut es jeruknya yang tinggal tersisa setengah.

Di samping Bergas, Adit sudah memanyunkan bibirnya yang seharusnya membuatnya terlihat imut bukan menjijikan seperti sekarang, "Gak apa-apa berawal dari kasian, lama-lama juga kamu ga bisa jauh dari aku barang sedetik pun, yang."

"Ya Allah, hamba geli." Gumam Bergas.

Elsa sama sekali tidak peduli dengan ucapan pacarnya itu, ia hanya memutar bola matanya malas, "Udah jangan kebanyakan bacot ya babik, mending lo beliin gue mie ayam sama es jeruk."

Yang disuruh langsung berdiri dan mengangkat tangannya membentuk tanda hormat, "Siap! Laksanakan, ayang Elsa!"

"Dua ya Dit es jeruknya, buat gantiin punya gue yang diminum bini lo." Seru Tasya.

Baru berjalan beberapa langkah, Adit berhenti kemudian memutar tubuhnya. Ia merogoh saku celana seragamnya kemudian menatap lesu Elsa.

"Kenapa balik lagi? Buruan gue laper, Adit!"

"Gue cuma bawa duit goceng, yang."

Elsa dibuat melongo oleh manusia yang ajaibnya berstatus sebagai pacarnya itu, "Bener-bener ga ada gunanya ya lo jadi pacar!"

Amukan elsa yang disusul gelak tawa Tasya dan Bergas terdengar jelas bahkan sampai mengundang perhatian orang-orang di kantin. Adit terus menunduk saat Elsa mencak-mencak di hadapannya layaknya seorang ibu yang sedang mengomeli anaknya karena sudah menghilangkan tupperwere hasil arisan.

Siang itu bukan menjadi rahasia publik lagi, bahwa Elsa dan Adit merupakan sepasang kekasih yang langka. Lain dari yang lain, romantis sama sekali tidak menggambarkan mereka. Banyak orang mendadak menjadi peramal yang meramalkan kelanjutan hubungan mereka. Sebagian besar tidak yakin jika hubungan mereka akan bertahan lama.

●●●

Di sore hari yang dihiasi mendungnya langit Jakarta, langkah kaki jenjang itu tertuju pada area gerbang utama sekolah. Suara sepatu converse yang Bergas kenakan beradu dengan paving block terdengar jelas karena suasana sekolah yang sudah sepi.

Sa Bergas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang