Hari ini Bergas kembali ke sekolah untuk menjalankan kewajibannya sebagai siswa SMA. Jangan tanyakan kondisi tubuhnya, tapi otaknya. Kemarin, seharian Bergas berusaha menyelesaikan semua tugas dan materi yang tertinggal selama ia sakit. Meski pada akhirnya, semua itu tidak dapat Bergas selesaikan dalam waktu sehari.
"Permisi, Pak. Saya mau mengumpulkan tugas Fisika minggu lalu. Mohon maaf sebelumnya karena saya telat mengumpulkan tugasnya."
Bergas salim terlebih dahulu dengan guru dengan kacamata yang melorot di hidungnya. Lalu kemudian menyerahkan buku tugas bersampul coklat miliknya.
"Katanya kamu sakit. Udah sehat, nak?" Tanya Pak Bambang saat menerima buku dari Bergas.
Bergas mengangguk dan tersenyum, "Alhamdulillah, Pak. Kalau belum sehat saya pasti belum ngumpulin tugasnya Pak."
Pak Bambang menaikkan kacamatanya lalu membaca bagian sampul buku Bergas.
"Sa Bergas Naka Putra Adhiasta ..."
"Nama belakang mu iki lhoh ... ngingetin bapak sama murid bapak dulu." Ucap Pak Bambang sambil membuka halaman buku berisi tugas yang sudah Bergas tandai menggunakan penanda buku.
"Namanya Satrio. Anaknya rodo gembelengan, tapi pinter. Sekarang udah jadi pengusaha sukses." Pak Bambang berkata dengan bangga.
"Dia papa saya, Pak ..."
Seketika Pak Bambang menatap Bergas dengan ekspresi kaget, "Lhoh? Jadi kamu ini anaknya Satrio? Ya gusti pangapura ..."
Bergas meringis, "lya, Pak. Satrio Barra Putra Adhiasta kan?"
"Lhoh kok kamu kalem si, nak? Bedho sama papa mu." Pak Bambang masih tidak menyangka. Sedangkan Bergas bingung harus menjawab apa. Ia hanya membalasnya dengan tersenyum kikuk.
"Berhasil Satrio jadi orang tua ..."
Pak Bambang menutup buku Bergas, "Ini tugasnya bapak koreksi dulu ya ... Besok bapak balikin pas ada jam bapak."
Bergas mengangguk, "Kalau begitu saya permisi ya, Pak."
Sebelum pergi Bergas salim lagi dengan Pak Bambang.
"Sehat-sehat ya ..." Ucap Pak Bambang.
"Terima kasih banyak Pak."
Terhitung di hari pertama Bergas masuk sekolah setelah sakit, ia sudah mengumpulkan tiga tugas. Masih ada sisa dua tugas lagi yang harus dikumpulkan dan Bergas belum sempat menyelesaikannya. Bergas juga harus mengikuti ulangan susulan biologi nanti sepulang sekolah. Sejujurnya Bergas belum siap karena belum mempelajari materi yang menjadi bahan ulangan. Namun guru biologi Bergas meminta Bergas susulan hari ini juga dengan alasan beliau tidak ada waktu di lain hari. Oleh karena itu Bergas pasrah, hanya bermodal membaca materi di modul saat jam istirahat seperti sekarang tanpa benar-benar belajar dengan serius.
"Gue dapet pas KKM aja udah bersyukur banget nih ..." Gumam Bergas sambil membalik halaman buku biologinya yang tebal.
"Ga papa kalo remed juga, nanti remednya bareng gue." Sahut Adit yang duduk di samping Bergas sembari sibuk scroll Tiktok. Bergas langsung melirik Adit dengan malas.
"Kemarin soalnya susah ga?" Tanya Bergas.
Adit mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel, "Bagi gue si susah. Otak gue kan pas-pasan jadi semua juga susah menurut gue."
"Oh iya bener juga." Bergas kembali fokus membaca bukunya.
Beberapa menit berlalu Bergas menghela napas keras dan menjatuhkan kepalanya di atas buku. Kepalanya pusing membaca materi sistem gerak yang begitu banyak. Bergas suka pelajaran biologi, tapi otaknya tidak bisa dipaksa menghafal di tengah riuhnya kelas seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sa Bergas
Ficção AdolescenteSakitnya Bergas adalah keping luka untuk semua orang. 31/12/19