[18] Meriang

5.7K 578 29
                                    

Kedua orang tua Bergas tidak pulang. Mereka baru saja memberi kabar jika harus menginap di Bandung karena beberapa hal. Sekarang Bergas sedang berada di rumah Ayu dan Adhi untuk menumpang makan malam dan kemungkinan ia akan tidur di sana malam ini. Bukan karena Bergas tidak berani tidur di rumah sendirian, tapi ini permintaan Ayu dan Adhi. Mereka tidak akan membiarkan Bergas di rumah sendirian, padahal cucu mereka bukan lagi seorang bayi.

Bergas menyebutnya lebay dan menjengkelkan.

"Bergas mau makan pake yang ada atau bunda masakin yang lain?"

Bergas menggeleng, sudah jelas-jelas di hadapannya sudah tersaji rendang ayam, gurame goreng, sayur buncis, dan beberapa menu lainnya. Bahkan Bergas sampai bingung mau memakan yang mana, bisa-bisanya Ayu masih menawarinya menu lain.

"Bun, ini aja udah kebanyakan lauk. Aku sampe bingung mau makan pake apa ..." Ujar Bergas sambil mengurangi nasi hangat dipiringnya. Tidak peduli dengan delikan mata Ayu, karena Bergas tidak sanggup menghabiskan porsi nasi yang Ayu ambilkan.

Pilihannya akhirnya jatuh pada rendang ayam. Hanya itu yang Bergas ambil dari beberapa lauk yang ada. Namun tangan besar milik Adhi menyendokkan sayur buncis ke piring Bergas.

"Makan sayurnya ..." Gumam Adhi.

Bergas menyunggingkan senyum tipisnya, "Baru aku mau ngambil sayurnya, makasih ayah." Bohong. Padahal Bergas sama sekali tidak tertarik dengan sayuran.

"Dek ..."

"Hmm ..." Bergas berdehem saat Adhi memanggilnya.

"Habis makan jangan lupa minum obatnya."

Bergas hanya mengangguk sambil terus fokus menghabiskan makanannya.

"Mau tidur di sini atau ditemenin tidur di rumah?" Tanya Ayu.

Bergas buru-buru menelan makanan di mulutnya kemudian minum, "Di mana aja aku mah,"

"Tapi aku mau keluar dulu sebentar ya ..."

"Ke mana?"

"Ke rumah Tasya, katanya lagi sakit."

Kali ini Bergas tidak sepenuhnya berbohong. Tadi sore Tasya mengeluh sakit perut kepadanya karena datang bulan.

"Sekalian ngapel ya?"

"Enggak! Apaan sih ayah."

"Jangan kemaleman pulangnya." Ucap Adhi.

Bergas mengacungkan jempolnya, "Sip!"

Setelah menghabiskan makanannya, Bergas mengambil mobilnya di garasi rumahnya. Ia merasa dingin, entah memang cuacanya atau tubuhnya yang meriang. Oleh karena itu ia tidak menggunakan motor dan rela repot-repot mengeluarkan mobil yang bahkan jarang ia pakai dari garasi.

"Anjir ..."

Bergas teringat sesuatu.

"Obat."

Tapi sudah terlanjur masuk ke dalam mobil dan malas untuk turun, "Nanti aja dah."

•••

Sambil menenteng kantung kresek putih besar bertuliskan Indomaret, Bergas turun dari mobilnya. Dihampirinya Tasya yang berdiri di ambang pintu. Wajahnya kunyu dan rambutnya berantakan mirip singa.

"Apa nih?"

Senyum Tasya merekah dan hatinya menghangat saat melihat isi kantung kresek yang Bergas berikan. 5 buah Kinder Joy, kuaci, samyang, Indomie rasa seblak. Serta ada juga 5 buah sosis Kanzler pedas. Tasya menatap Bergas dengan mata berbinar, tidak bisa berkata-kata, bukan hanya berbagai makanan favoritnya, tapi Bergas juga membelikannya Kiranti dan koyo hangat.

Sa Bergas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang