[4] Masih Berlanjut

10.4K 882 93
                                    

Angkasa malam ini menyuguhkan kesempurnaannya dengan hamparan bintang serta bulan yang seolah tersenyum menyapa makhluk-makhluk pengagumnya. Pemandangan yang cukup dinanti, kala malam-malam sebelumnya angkasa begitu gelap mengantarkan hujan ke alam semesta.

Bergas sengaja tidak menutup hordeng di kamarnya, membiarkannya terbuka agar malam yang indah terlihat jelas. Belum larut malam juga, pikirnya.

Bergas meraih ponselnya yang tergeletak di kasur sebelum berjalan keluar kamar, mencari Papanya dan meminta untuk ditemani minum susu hangat di balkon kamarnya.

Bergas berhenti melangkah ketika seseorang menelponnya, "Hallo Sya ..."

"Bergas lo di rumah kan? Gue lagi jalan ke rumah lo, udah deket."

"Lo ngapain ke sini malem-malem gini Sya?"

"Gue pengin ngomong sama lo, sebentar aja. Lo di rumah kan, Gas?"

"Iya gue di rumah."

"Ok."

Sambungan telepon langsung diputus begitu saja oleh Tasya. Bergas mengernyit bingung sambil kembali melangkah, batinnya bertanya apakah ia ada tugas kelompok bersama Tasya yang belum selesai. Namun seingat Bergas tidak ada.

"Weh Bergas!"

"Lah udah nyampe aja," Bergas mempercepat langkahnya menghampiri Tasya yang sudah berdiri di depan pintu utama rumahnya.

"Siapa yang bukain pintu?"

"Tadi bokap lu di teras lagi ngobrol sama Mang Didi."

Bergas hanya membulatkan mulutnya, ia melangkah masuk lebih jauh ke dalam rumahnya diikuti oleh Tasya, "Ga kejang-kejang lu ketemu sama Papa gue?" Tanya Bergas diakhiri dengan kekehan, sedangkan Tasya hanya cengengesan.

Bergas membuka pintu kaca yang menghubungkan ruang keluarga dengan taman belakang rumahnya yang juga terhubung langsung dengan kolam renang. Tempat tersebut bisa dikatakan sebagai tempat favorit Bergas dan sahabat-sahabatnya untuk menghabiskan waktu bersama.

"Lo mau minum apa? Gue ambilin." Ujar Bergas begitu ia dan Tasya sudah duduk bersila di gazebo yang ada di sudut taman.

"Ga usah, gue udah nyuruh Adit mampir beli minuman." Balas Tasya.

"Adit juga ke sini?"

"Iya, gue yang nyuruh." Kemudian Tasya mengambil sebuah buku tulis bersampul coklat dari dalam tote bag hitam miliknya.

"Buku lo, ada di tas gue. Ga sengaja gue masukin kali, waktu gue liat tugas Fisika lo kemarin."

"Kebiasaan." Gumam Bergas setelah menerima bukunya.

Tasya tidak berbicara lagi, dia tampak menghela napas kasar dan menyenderkan tubuhnya pada sisi gazebo kayu tersebut. Pandangan matanya lurus, namun terlihat kosong.

"Belum kelar urusan sama mantan?" Tanya Bergas.

"Gitu lah, dia ga pernah dewasa."

Bergas diam sejenak sebelum kembali berbicara, "Lo sama dia kan pacaran udah lumayan lama, kenapa putus?"

"Gue udah capek Gas, semua masalah dia selesaiin dengan kekerasan."

Tasya menegakan tubuhnya menghadap Bergas, "Lo tau kan, Gas? Dulu Rayyan mukulin Joni." Bergas mengangguk.

"Kita cuma kerja kelompok, dan itu Joni cuma nganterin gue pulang. Saat itu gue susah hubungin Rayyan dan udah malem banget, gue ga ada pilihan lain." Tasya menceritakan kejadian beberapa bulan lalu itu dengan begitu emosional. Dan hal tersebut membuat Bergas paham, bagaimana perasaan Tasya saat ini.

Sa Bergas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang