[3] Sebuah Masalah?

11.5K 941 57
                                    

Di tengah lapangan, Bergas dan beberapa teman-temannya termasuk Adit sedang bermain basket. Mereka tidak bertanding sungguhan melainkan hanya iseng setelah pulang sekolah. Adit satu tim dengan Bergas, mereka berdua terlihat begitu lihai mengendalikan bola, dan mereka begitu menonjol sebagai pencetak point.

"Gila gila Bergas!"

Skill boleh sama, namun pesona tetaplah Bergas yang menguasai. Terbukti dari teriakan penonton di pinggir lapangan, sebagian dari mereka khususnya perempuan menyerukan nama Bergas. Tidak dipungkiri, ketika sudah terjun ke lapangan Bergas sangatlah berbeda, auranya seakan terpancar. Dadanya yang naik turun karena mengatur napas, keringat yang membasahi rambut dan wajahnya, serta tshirt tipisnya yang lepek, sehingga menerawang tubuh Bergas membuat setiap perempuan yang melihatnya ingin berteriak.

"Gas!" Adit melemparkan bola berwarna orange itu pada Bergas dan langsung ditangkap dengan apik oleh Bergas.

"Anjay Bergas." Gumam Tasya yang ikut menyaksikan aksi memukau Bergas saat mendrible bola dan mempertahankannya dari lawan.

"Yashh!"

Sorakan riuh langsung terdengar begitu Bergas kembali mencetak point. Meski bukan pertandingan sungguhan namun situasi sudah layaknya sebuah turnamen basket.

"Good job bro!" Adit menghampiri Bergas yang sedang mengangkat sebagian kaosnya untuk mengelap keringat di wajahnya. Dan lagi-lagi hal itu sukses membuat perempuan tercengang karena sebagian dari perut Bergas terlihat jelas.

Bergas berjalan ke pinggir lapangan, tepatnya ke arah Tasya yang kedua tangannya memegang air mineral kemasan. Rambutnya yang lepek karena keringat ia sisir ke belakang menggunakan jari tangannya.

"Thanks." Ucap Bergas saat menerima air yang diulurkan Tasya. Ia langsung menandaskan sebotol air tersebut. Meski hanya bermain sebentar namun cukup melelahkan bagi Bergas.

"Temen gue emang keren lah! Sampe anak gadis orang pada jejeritan." Puji Tasya.

Bergas terkekeh kecil, "Udah lama gak main, badan pada pegel."

"Bagi air woy ..." Adit berlari dari tengah lapangan menghampiri Tasya dan Bergas.

Tasya langsung menyerahkan satu botol air mineral yang tersisa, ia memang sudah sengaja membeli dua botol sebelumnya.

"Mau main lagi ga Gas?" Tawar Adit begitu selesai meneguk airnya.

Bergas menggeleng, "Udah sore, nyokap pasti nyariin. Lu kalo mau main lagi, main aja."

"Keren juga cara main lo Gas, boleh kali gue ikut main."

Bergas, Adit, maupun Tasya kompak menoleh ke belakang. Ke arah seseorang yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang mereka. Orang itu adalah Rayyan, yang tiba-tiba muncul membuat mereka bertanya-tanya.

"Lo ngapain di sini?" Tanya Tasya terkesan tidak suka.

"Gue sekolah di sini, ga masalah dong gue ada di sini?" Sahut Rayyan santai. Ia kemudian sedikit melangkah maju mendekat ke hadapan Bergas yang masih diam.

Rayyan tersenyum miring, "Bisa dong kita main sebentar."

"Jangan Gas!" Sergah Tasya cepat.

"Sstt .... gue ngajak Bergas." Rayyan menempelkan jari telunjuknya di bibir Tasya, mengisyaratkan Tasya untuk diam dan tidak ikut campur.

Bergas yang sejujurnya tidak paham dengan situasi yang sedang ia hadapi akhirnya buka suara, "Maaf kak, gue harus pulang." Ujar Bergas, ia memanggil Rayyan dengan sebutan kakak untuk menghormati Rayyan sebagai kakak kelasnya.

Sa Bergas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang