Sesampainya di sekolah, Gemilang tidak langsung turun dari mobil. Dia berkali-kali bertanya kepada Pak Toni perihal penampilannya saat ini. Berapa kali pun Pak Toni memuji penampilan majikannya itu. Bukan karena ingin dikata, tetapi memang kenyataannya Gemilang nampak mempesona hari ini.
“Non, cantik kok. Tidak terlihat aneh. Malah kalau dibandingkan dengan yang kemarin-kemarin, saat ini Non Gemilang terlihat jauh lebih cantik,” puji Pak Toni dengan kalimat yang penuh penekanan.
“Aku enggak Pede nih Pak,” ucap Gemilang.
“Non, kepercayaan diri itu bisa dibentuk dari pikiran. Coba deh Non pikirkan, bahwa Non ini cantik, pasti tingkat kepercayaan diri Non akan meningkat. Coba tarik napas dulu. Kemudian embuskan pelan. Lakukan sebanyak tiga kali. Kemudian, ucapkan dalam hati bahwa tidak ada yang aneh pada diriku. Aku sama dengan siswa yang lain,” jelas Pak Toni yang berusaha untuk membantu Gemilang untuk lebih percaya diri.
Gemilang melakukan apa yang dikatakan oleh Pak Toni. Setelah merasa yakin, dia kemudian pamit kepada sopirnya itu.Ketika Gemilang turun dari mobil, serempak semua siswa yang lalu lalang di tempat itu berbalik kepadanya. Gemilang terlihat seperti artis yang datang dari ibu kota menuju kampung. Dia telah menjadi pusat perhatian. Namun, Gemilang tetap berdiri kokoh untuk tetap percaya diri. Kata-kata pak Toni teringat jelas di benaknya. “Aku sama dengan siswa yang lain,” batinnya.
Kemudian, dia berjalan menuju kelasnya. Dia tidak peduli dengan beberapa pasang mata yang memandanginya sekarang. Hingga, kakinya melangkah masuk ke dalam kelas. Semua penghuni kelas itu berbalik dan memandanginya berbagai respon dan ekspresi. Buku Oni terjatuh dari tangannya, Raya yang menganga lebar, Rey yang mengucek matanya berkali-kali, Cahaya yang hanya mengerutkan kening, sementara Petir, hanya memandangi Gemilang tanpa berkedip. Tidak ada yang tahu di balik tatapan datar Petir terbesit sebuah kekaguman yang luar biasa untuk Gemilang.
“Masya Allah, Gemilang cantik sekali,” batin Petir. Kemudian secepat kilat dia menarik tatapannya dan menunduk memandangi buku di hadapannya.
Saat Gemilang berbalik melihat Petir, dia mendapati laki-laki itu tidak menatapnya. Gemilang tahu, saat ini Petir masih menjauhinya, jadi jangankan menatap, melihat sekilas pun pasti tak mungkin terjadi.
Setelah dua mata pelajaran selesai, beberapa siswa bergerombol menuju kantin untuk mengisi perut mereka diwaktu istirahat. Raya dan Gemilang pun melakukan hal yang sama. Raya yang cerewet mengintrogasi perubahan penampilan Gemilang.
“Kok, kamu berubah, Ge?” tanya Raya ketika sudah duduk di bangku kantin.
“Emang gak boleh Ray,” kata Gemilang.
“Yah, boleh sih. Tapi, kok tiba-tiba gitu,” ucap Raya.
“Aku hanya ingin jadi muslimah sejati. Belajar sedikit demi sedikit gak apa-apa kan?” kata Gemilang sambil tersenyum.
Raya mencondongkan tubuhnya dan meletakkan punggung tangannya di kening Gemilang dan berkata, “ Enggak panas kok."
“Kamu kira aku sakit?” Gemilang terkekeh pelan.
“Iya, aku kira kamu sakit atau gimana gitu.” Raya menopang dagunya.
“Orang berubah kok dibilang sakit sih, kamu kali yang sakit,” cibir Gemilang.
“Enggak lah. Maksud aku tuh, dulu kan kamu alergi dengan yang namanya jilab. Kamu tidak mau mengenakannya bahkan saat aku mengajak mau untuk mengubah penampilan. Tapi kok sekarang kamu mau mengenakannya?” tanya Raya.
“Sesuatu yang dibenci tidak selamanya akan dibenci kan? Pasti ada masanya hati akan luluh dan berbalik menyukai. Lagian, Aku hanya ingin penampilanku sama dengan penampilan sahabatku sekarang. Aku menyesal tidak mengikuti ajakan kamu dahulu,” goda Gemilang.
“Huuuuh, Gemilang, aku jadi tersentuh deh.” Raya mengeluarkan sifat centilnya sambil memukul punggung tangan Gemilang.
“Enggak usah lebay deh,” kata Gemilang.
“Tapi, tunggu dulu. Kamu berubah bukan karena seseorang kan?” tanya Raya mengintrogasi.
“Seseorang? Siapa coba?” tanya Gemilang yang kini mencecap jul alpukat di hadapannya.
“Petir misalnya. Aku ingat kemarin-kemarin, bahwa Petir menyukai gadis berjilbab, bukan karena itu kan?" Raya menatap Gemilang dengan tatapan menyelidik.
Jantung Gemilang tiba-tiba ingin melompat keluar. Gemilang sadar bahwa perubahannya sekarang memang pengaruh dari ucapan Petir. Dia tidak habis pikir Raya bisa menebaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choice {TAMAT}
Fiksi RemajaDalam hidup, setiap orang punya pilihannya masing-masing dalam segala hal. Setiap orang berhak menentukan apa yang terbaik sebab dia yang mau menjalaninya. Ketika kita punya andil besar dalam hidup, jiwa kita akan merasa tenang. Namun, tidak dengan...