Dandelion 4

52 42 4
                                    

Dara mengepal erat kedua tangan dan mengangkatnya di depan wajah, bersiap untuk sebuah pertarungan. Kedua kakinya sudah memasang kuda-kuda aneh yang sering dia tonton di dalam drama. Dia yakin bahwa kuda-kuda yang dia lakukan sudah benar saat membetulkan posisi kakinya beberapa kali dengan deru nafas yang tidak teratur, dia sejujurnya takut.

"Apa yang kau lakukan?" tanya salah seorang Pria dengan hoodie hitam, di sudut bibirnya terdapat sebuah lebam yang masih mengeluarkan darah segar. Dara yakin gadis itu melawan saat dihajar oleh mereka.

Pria lain ikut menyela, "Pergilah, atau kau mau dipukul juga?"

Dara meneguk ludahnya kasar. "Apa yang kalian lakukan pada gadis itu?" Dara bersuara setelah lama terdiam, ancaman Pria tadi sempat membuat nyalinya hilang. Namun, dia berusaha tetap tenang dan memaksa bibir yang terkatup erat itu untuk bicara. Ditatap wajah ketiga pria di depannya dengan cahaya minim. Dara yakin dia masih dapat mengenali wajah mereka satu-persatu.

"Kami?" Mereka saling menatap satu sama lain. "Hanya main bersama, apa itu salah?" Dara mengeryit matanya bergulir pada gadis yang bahkan tidak bergerak setelah Dara berbicara panjang lebar.

"Bermain? Bermain apanya, kalian memukulnya apakah itu pantas? Laki-laki lemah itu hanya bisa menindas wanita, dasar pengecut!" umpat Dara di depan mereka seraya menunjuk gadis itu.

"Apa?" Seorang Pria yang tersulut amarahnya oleh ucapan Dara memilih maju. Namun, temannya mencekal lengan si Pria dengan erat membuat dia tertahan detik itu juga. Dara menatap Pria yang sempat memakinya beberapa kali itu.

"Lebih baik kau pergi!" titah seorang Pria yang sedang mencekal lengan temannya.

"Lepaskan dia, baru aku akan pergi!" Tunjuk Dara pada wanita di belakang mereka.

Mereka menoleh, lalu kembali menatap Dara dan menyeringai padanya. "Dia temanmu, atau saudaramu?" tanya mereka penasaran.

"Bukan siapa-siapa!" jawab Dara polos.

"Lalu kenapa ikut campur, sudah pulang sana!" Dara menganguk beberapa kali memutar tubuh untuk segera pergi. Namun, dia tertahan dan tersadar akan hal bodoh yang dia perbuat.

'Kenapa aku mengikuti perintah mereka?'

Dara menoleh dan mendelik dengan tangan mengepal erat. Dia geram oleh tingkah tiga Pria yang sekarang sedang tertawa di belakangnya.

"Sialan!" pekiknya kemudian segera berlari menerjang Pria yang berada di tengah, tangan Dara dengan cepat menarik rambut dua Pria lainnya. Mereka tertunduk saat Dara menarik rambutnya dengan kuat.

"Aww!" ringis mereka bersamaan.

Pria yang diterjang olehnya segera menarik rambut Dara setelah bangkit, membuat Dara mendongak ke atas. Dara terhuyung ke belakang dan jatuh terduduk. Ditatapnya Pria yang ada di depannya dengan nyalang. Pria itu menarik kerah jaket miliknya membuat Dara berjinjit, karena tubuhnya yang lebih tinggi. Tanpa rasa takut ditatap mata Pria di depannya membuat sang pemilik mata geram dan tanpa ragu melayangkan sebuah tamparan keras di pipi Dara.

PLAK

Dia mencium bau anyir di sudut bibir tepat setelahnya. Pipi Dara kini menampakkan rona merah yang menjalar di wajah bagian bawah. Dara menyeringai puas saat pipinya masih terasa panas dan nyeri.

"Apa mau pukul lagi?" tantang Dara dengan mata yang enggan berpaling. "Pukul saja, ayo. Kau pikir yang kau lakukan itu hebat dasar pecundang!"

Pria di depannya mengepal tangan erat bersiap mendaratkan sebuah pukulan di wajah Dara, belum sempat dia melakukannya suara sirene dari mobil polisi berhasil membuat dia melepas cengkraman di jaket milik Dara.

Dandeliar ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang