Won mendegus pelan saat suara berat sang sopir menyadarkannya dari lamunan. Ditatap gedung sekolah dengan bosan, lalu dia melepas headseat yang sejak tadi menempel di telinga, berniat beranjak dari dalam mobil. Namun, tertahan saat buku novel yang dia pinjam di perpustakaan beberapa hari yang lalu tergeletak di sana, menunggu untuk disentuh. Diraih buku miliknya, lalu menutup pintu mobil dengan segera. Sesaat setelah berbalik manik matanya tidak sengaja menatap ke arah Dara yang sedang berjalan bersama dengan Ri El, kedua gadis itu beriringan masuk ke dalam gedung sekolah.
Setelah meletakkan tas miliknya di dalam ruang kelas yang lengang. Dia terdiam sejenak, dilirik jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh lebih lima, karena merasa bosan Won memilih keluar dari ruang kelas melangkah tanpa tau arah.
Won berjalan di tengah koridor yang lengang, dia tertahan dan memilih menatap papan nama ruang studio. Won heran kenapa tulisan dengan lampu berwarna biru itu terlihat menarik sekarang, sebelum akhirnya pandangan mata Won jatuh pada seorang gadis yang sedang terdiam di depan kaca, menatap ruangan lengang di depannya tanpa berkedip. Mata Won tau betul meskipun gadis itu sedang terdiam di tempat gelap sekalipun.
Won menarik simpul tipis sesaat, lalu memilih mendekat. "Dara, apa yang kau lakukan di sini?"
Dara menoleh dan menatap wajah Won sekilas. Dia memilih mundur beberapa langkah agar tidak terlalu dekat dengan sociopath itu. "Tidak ada, aku hanya kebetulan lewat saja."
Won mengedik, lalu segera masuk ke dalam ruang studio. Setelah itu mendudukan diri di bangku kosong tepat di depan piano, matanya kembali memandang lurus pada Dara yang masih bergeming di luar studio, menatap Won tanpa ekspresi. Jemari Won segera menekan tuts piano dengan lembut membuat alunan melodi keluar dari tiap sentuhan tuts yang dia tekan.
'River flow in to you - karya Yiruma' adalah salah satu lagu yang sering dia mainkan, karena melodinya sungguh menyentuh kalbu.
Won memincing beberapa saat berusaha menghayati permainan yang sedang dia lakukan. Hanya suara dari tuts yang Won tekan terdengar jelas di telinganya, serasa menggema di dalam ruang studio yang sebelumnya lengang.
Won membuka matanya perlahan sesaat setelah selesai. Ditatapnya tempat semula berharap orang yang sama akan memberinya selamat, seperti pertemuan pertama mereka dengan tatapan kikuk, serta tepuk tangan riuh yang dia buat seorang diri. Namun, ternyata keinginannya kandas kala manik matanya mendapati koridor lengang.
Won mendesah kecewa dan menutup matanya beberapa detik mencoba membayangkannya untuk menghilangkan rasa kecewa di dalam hati.
***
Saat jam sekolah telah usai dirinya segera melangkahkan kaki menuju parkiran. Berjalan begitu saja tanpa perduli sekitar. Dia menoleh saat mendapati beberapa gadis yang berbisik genit, tapi dia tidak pernah menghiraukan itu. Jujur saja Won muak dengan sikap para gadis yang sering membuntutinya. Namun, berteriak pada mereka juga tidak membuat mereka jera untuk melakukan hal konyol itu, untunglah dia cukup pintar untuk tidak berteriak pada mereka, terlalu malas, dan bosan Won akhirnya memasang headset ke telinga berharap dapat mensenyapkan suara desis para gadis di belakang, lalu berjalan melewati murid-murid yang sedang memandangnya kagum.
Langkah kaki Won tertahan saat melihat kerumunan murid-murid yang tidak jauh dari gerbang utama sekolah. Matanya menyipit berusaha menerka apa yang sedang terjadi seraya melepas headseat yang dia pakai, karena jengah Won segera berjalan cepat menuju kesana. Langkahnya tertahan saat mendapati Dara. Gadis itu terduduk dengan tubuh kotor. Benda putih menyelimuti hampir setengah tubuh, bajunya lembab dengan bau busuk yang tercium bahkan olehnya yang berada cukup jauh.
Mata Won beralih pada bibir pucat milik Dara. "Kenapa dia hanya diam?" Won berdecih kecil.
Geram dengan hal itu tanpa sadar kakinya melangkah, karena merasa iba melihat Dara ditertawakan oleh murid-murid lain. Namun, langkah kaki Won tertahan kala seorang pria yang dia kenal berdiri di depan Dara, lalu merungguh, menyamakan tinggi dengan gadis di depannya. Dia mengucapkan sepenggal kalimat kemudian berlalu begitu saja dengan mobil sport bersama dua orang pria di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandeliar ✔
RomanceDandeliar (Complete) Follow before reading my work. Happy reading Monster! *Blurb "Aku hanya ingin menyelsaikan sekolahku, tentang apa yang terjadi nanti itu urusan belakang,"-KimDara. Kim Dara, gadis pekerja keras keturunan Korea-Indonesia. Harus...