Dandelion 10

58 35 2
                                    

"Dara ay-" Kalimat Alex tertahan saat melihat lengan Dara dicekal kuat oleh seorang pria. Terkejut bukan main Alex dan dengan sigap mendekat untuk melepaskan cekalan. "Apa yang kau lakukan padanya?" tanya Alex.

Suaranya naik beberapa oktaf saat melihat wajah muram Dara. "Kau tidak apa-apa Dara?" Alex cemas dia menyembunyikan Gadis itu di belakang tubuhnya. Tidak membiarkan Pria itu menatap Dara secara langsung.

Alex kembali menoleh menatap Pria di depannya dengan kesal. "Siapa kau berani-berani menyentuhnya?"

"Apa kau mengenalnya Dara?" Dara diam seribu bahasa, matanya tidak berkedip saat menatap bola mata biru milik Kian di belakang sana membuat Alex semakin khawatir dibuatnya. "Jaga sikapmu pada seorang wanita, kau pikir aku akan tinggal diam saat kau mencekal lengannya dengan kuat seperti itu!" cecar Alex dengan amarah yang tak dapat terbendung.

Dara mencoba menarik lengan Alex beberapa kali mengajaknya untuk segera pergi. Namun, Alex tertahan. Dia tidak terima jika Dara di perlakukan dengan kasar di depan matanya, terlebih akhir-akhir ini Dara seperti menyembunyikan sesuatu dari darinya, tentu saja itu membuatnya khawatir.

"Alex Lee?" terka pria di depannya pada Alex. Tempat itu terasa lengang dalam sesaat.

"Ya?" Alex mengeryit dengan bibir terkatup, bola matanya berputar berusaha mengigat. Ditatap pria di depannya sekilas seraya menerka-nerka, "Kau ... Han Ki An, putra pak Han Leo? Apa aku benar?"

Dara mendudukan diri di sebuah bangku yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Sesekali Dara melirik ragu, dalam hati ingin tau apa yang sedang mereka bicarakan, terlebih setelah Kian kedapatan melirik ke arah Dara beberapa kali, itu jujur saja membuat dia semakin penasaran. Namun, disaat bersamaan Dara memalingkan wajah dengan cepat merasa jengah tiap kali menatap wajah tampan miliknya.

"Bagaimana kabarmu?" Alex membuka topik saat Kian masih melirik Gadis yang Alex kenal.

"Baik, kau sendiri?" sahut Kian mengalihkan pandang, tak ingin lawan bicaranya tersingung oleh sikapnya.

"Baik." Alex menganguk mendengar pertanyaan Kian. Dia kembali melirik ke arah bangku penasaran kenapa Alex dan Dara bisa datang ke tempat ini secara bersamaan adalah tanda tanya besar.

"Siapa dia?" tanya Kian tersirat, rasa penasaran muncul tiba-tiba di dalam kepalanya.

Alex menoleh saat mata Kian terarah pada Dara. "Adik sepupu, ngomong-ngomong apa yang kalian lakukan di sini?" Alex balik bertanya.

Kedua teman Kian tampak acuh, sepertinya mereka tidak tertarik pada obrolan yang Kian buat, mereka berdua beberapa kali mengobrol tentang sesuatu di belakangnya.

"Kami? Tidak ada, hanya jalan-jalan biasa," jawab Kian dengan simpul tipis mencoba bergurau.

"Ohh iya, selamat atas didirikannya perusahaan baru milik ayahmu, Kudengar ada lima perusahaan yang akan dibangun tahun ini?"

Kian mengeryit dengan senyum palsu yang terulas di bibirnya. Dia sungguh tidak mengerti maksud ucapan Alex, itu sungguh bukan urusannya jika ayahnya mendirikan usaha baru di Jepang.

"Ya seperti itulah! Dia sangat sukses sekali sampai lupa dengan keluarganya sendiri."

Alex tersenyum tipis, dalam hati ikut mengumam, 'Dia tidak bahagia?'

Alex menoleh pada Dara, mendapati gadis itu masih setia menunggu di sana dengan mata membulat sempurna berharap Alex segera menyudahi omong kosong dengan malaikat maut itu. "Aku harus pergi, sampaikan salamku pada ayahmu," pamit Alex setelah obrolan singkat yang mereka lakukan.

Dara segera berdiri dari duduk saat Alex mendekat cepat. Dia tersenyum, lalu kembali melirik ke arah belakang mendapati Kian yang masih menatapnya tanpa ekspresi. "Ayo pergi dari sini!" ajak Dara kemudian merebut lengan Alex paksa dan menggandengnya.

Dandeliar ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang