Won bergeming di pinggir lapangan, melipat kedua lengannya di dada. Memperhatikan sang Adik yang sedang mendrible bola. Bola itu berhasil masuk ke dalam ring hanya dengan satu kali tembakkan saja, Won menganguk mengapresiasi usaha yang sepertinya membuahkan hasil selama beberapa kali sang Adik mengajak Won kelapangan untuk berlatih. Namun, saat hendak mendarat Adiknya terjatuh dengan kedua lutut sebagai tumpuan lebih dulu.
"Jill, awas!" pekik Won.
Won mendekat dengan cepat, raut khawatir tergambar jelas di wajahnya saat mendapati adik perempuannya terluka. Ditatap wajah Jill yang justru terkekeh saat melihat ekspresi panik sang Kakak.
"Payah!" sebal Won dia tidak menyangka akan di tertawakan olehnya.
Jill tersenyum menunjukkan deretan gigi putih pada Kakaknya saat merasa berhasil membuatnya kesal. "Wahhh, Oppa ternyata bisa panik juga?" ejeknya berkali-kali di depan Won saat mereka beradu tatap selama beberapa detik, sebelum akhirnya Won memilih beranjak untuk membelikannya bandage.
"Tunggu di sini! Aku ingin membelikanmu bandage, luka itu tidak akan sembuh sendiri," titahnya pada sang Adik.
"Oppa!" Won menoleh menatap sang Adik yang masih terduduk di tengah lapangan. "Belikan aku ice cream juga!" Won menganguk tanpa ekspresi, kemudian berlalu dari hadapannya.
Tidak lama Won kembali dengan sekotak bandage dan sekantung ice cream yang Jill pesan. Sang Adik mengeryit saat melihat barang yang dibeli oleh Won, detik itu dia merasa bahwa Kakaknya tidak sepintar yang dipikirkan selama ini.
"Kenapa beli sebanyak ini?"
Won memutar bola matanya malas berdebat dengan Jill. Entah kenapa gadis sekolah menengah itu senang sekali mengodanya jika dia bukan Adiknya sendiri, Won ingin sekali menyumpal mulut lebarnya itu dengan kain agar dia diam untuk sesaat. "Jangan banyak bicara. Ini, ambillah!" titahnya pada sang Adik seraya menyodorkan sekantung ice cream padanya dengan paksa.
"Aku juga tidak akan makan ice cream sebanyak ini!" balas Jill seraya menguliti ice cream coklat yang ada di tangannya. Won merungguh berniat merekatkan bandage di lututnya.
"Sudah," ucap Won menepuk-nepuk kedua tangannya. Tangan Won mengulur mengajak Jill untuk pulang. "Ayo!"
"Hehehe, ayo!" seru Jill memeluk pungung Kakanya erat-erat menuju ke dalam mobil.
Ruang mobil terasa lengang, hanya suara sesapan dari mulut Jill yang tengah menjilat ice cream terdengar. Won melirik sekilas ke arahnya yang terlihat menikmati, lalu menarik simpul tipis
"Ini!" Won menoleh saat benda tipis yang dibelinya ada digengaman. Dia mengeryit menatap Jill dengan wajah kotor akibat ice cream yang sedang dia makan.
"Untuk apa?"
Jill terdiam dan kembali memandang lurus ke depan melanjutkan menjilat ice cream-nya. "Apa Oppa punya pacar?"
Won terdiam, lalu mengeleng mendengar pertanyaannya. Tidak biasanya Jill menanyakan hal itu pada Won, terlebih lagi mereka hanya bisa bertemu sesekali, karena jadwal Jill yang padat, atau mungkin Jill sudah lama ingin menanyakan hal ini pada Won dan menunggu waktu yang tepat.
"Memangnya ada apa?" Won mencoba tidak kehilangan fokus saat seseorang terlintas di dalam kepalanya.
"Simpan saja, Oppa akan membutuhkannya suatu hari nanti."
Won terdiam, kemudian menganguk mendengarnya merasa heran. Kali ini Jill bersikap seperti ini, Won kembali melirik dalam diam terkekeh pelan oleh tingkahnya.
***
Won bergeming sesaat setelah memasuki pintu gerbang ketika melihat Dara duduk dengan wajah tertunduk. Manik matanya bergeser ke arah lain mendapati luka di kedua lututnya. Dia yang merasa terenyuh langsung paham siapa yang telah melakukan hal itu padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandeliar ✔
Roman d'amourDandeliar (Complete) Follow before reading my work. Happy reading Monster! *Blurb "Aku hanya ingin menyelsaikan sekolahku, tentang apa yang terjadi nanti itu urusan belakang,"-KimDara. Kim Dara, gadis pekerja keras keturunan Korea-Indonesia. Harus...