Dandelion 20

48 29 3
                                    

"Apakah kau punya tempat bagus yang ingin dikunjungi?" tanya Won lembut.

Dara menoleh ragu saat akhirnya suara Won memecahkan suasana lengang yang terjadi di antara mereka beberapa menit terakhir. Dia menarik simpul tipis seraya mengeleng pelan, entah mengapa bibirnya seolah terkunci rapat saat ingin mengucapkan sepenggal kalimat pada Won.

Dara merasa tidak ada tempat yang ingin dia kunjungi akhir-akhir ini, selain lapangan dengan hamparan ilalang liar tumbuh tidak merata yang berada tidak jauh dari rumahnya. Terakhir kali Dara mengunjungi tempat itu saat dia bertengkar dengan bibiknya dua bulan yang lalu. Dandelion liar di sana tumbuh indah tanpa perawatan, menghiasi semua sudut lapangan dan Dara dapat tidur di sana selama berjam-jam tanpa merasa bosan. Dara berfikir harus mengunjungi tempat itu secepatnya, membawa seseorang yang spesial untuk menghabiskan waktu berdua disana.

"Baiklah kalau begitu aku akan mengajakmu ke Seoul, ada tempat yang bagus, kuharap kau menyukainya nanti," ungkap Won. Dia bahkan ragu untuk bilang bahwa malam ini mereka berdua tengah berkencan lantaran tidak adanya kejelasan dan Won yakin bahwa Dara berfikiran sama dengannya.

Mobil sport putih milik Won melesat cepat di tengah kerlap-kerlip lampu kota yang indah menerangi jalan, dipenuhi orang-orang yang hilir-mudik di pematang jalan. Dara tersenyum tanpa sadar, memperhatikan dengan fokus jalanan yang mereka lalui. Gedung-gedung tinggi itu seolah menghipnotisnya untuk tidak lepas pandang. Dara seperti melihat perbedaan kontras saat mendatangi tempat ini, Seoul benar-benar sesuatu yang lain baginya. Rasanya gedung-gedung mewah di Gyeonggi kalah jauh jika dibandingkan dengan ini.

Mereka berhenti di sebuah restoran mewah dengan konsep modern khas eropa. Kursi-kursi dan sofa tertata dengan rapih dengan alat makan yang sudah diletakkan di atas meja, terbungkus serbet berwarna hitam. Ruangan besar dengan cat serta perhiasan yang dominan berwarna putih berpadu amber, tidak lupa beberapa hiasan dinding yang terlihat menyatu dengan design ruangan. Dara meneguk ludahnya kasar tidak percaya bahwa Won akan membawanya ke tempat seperti ini, sungguh diluar dugaan. Teringat kejadian beberapa saat ketika tante Sheon mendandaninya dengan penuh semangat.

Alex menekuk wajah di tepi nakas ibunya, menatap Dara dan Tante Sheon bergantian dengan sebal seraya melipat kedua lengannya di dada. Dia mendengus dan bertanya-tanya mengapa sang Ibu memperbolehkan Dara pergi untuk kencan dengan pria yang bahkan Alex sendiri belum kenal.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Tante Sheon meminta pendapat pada anak laki-lakinya yang sedang merajuk. Namun, Alex justru membuang pandangannya acuh.

"Jelek!" jawabnya singkat merasa tak tertarik.

Tante Sheon mendengus kesal. "Ini adalah baju keenam yang kau bilang jelek."

"Kenapa Oemma mengizinkan Dara untuk berkencan?" tanya Alex ketus.

Dara mengeryit merasa keberatan dengan ucapan Alex barusan. "Aku tidak berkencan Alex, itu hanya makan malam biasa!" sanggah Dara merasa bahwa hubungannya dengan Won belum sampai sejauh itu.

"Lihat, kau mencoba menyangkal." Mata Dara meyipit dari sebrang saat Alex kembali berucap.

"Lagi pula itu wajar Alex, Oemma juga tidak akan marah padamu jika kamu memperkenalkan seorang wanita pada Oemma!" jelas Tante Sheon berusaha melerai perdebatan mereka.

Dara mendelik dengan suara desis penuh ancaman. Bibirnya naik turun tidak beraturan saat menatap Pria bermata zamrud yang tengah kesal itu. Dara terlihat cantik saat mengenakan gaun biru muda lengan pendek yang tampak sangat pas di tubuhnya, tapi Alex justru membuatnya kehilangan rasa percaya diri saat dia mengatakan hal barusan.

Dandeliar ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang