Dara bergeming di pinggir lapangan, medesah sebal. Matanya bergulir ke samping memperhatikan beberapa Gadis yang sedang meneriaki Kian saat sedang menggiring bola, hanya sepertiga bangku penonton yang penuh siang itu. Namun, teriakan dari mereka sungguh memekakan telinga, terlebih saat Kian sesekali melirik padanya, jujur itu membuat Dara geram bahkan malaikat maut itu sempat berkedip pada beberapa gadis yang sedang menyemangatinya membuat Dara bergidik geli.
'Kapan jam olahraga ini berakhir!' geram Dara dengan tangan mengepal.
Dia menumpu dagunya dengan lutut tanpa sadar perhatiannya terfokus pada Kian, sampai-sampai Pria tampan itu tidak sengaja memergoki Dara sedang melamun dengan pandangan yang jatuh padanya.
"Kau terpana?" godanya seraya menyeka peluh di dahi. Lekukan indah tersingkap dibalik baju olahraga milik Kian yang basah oleh peluh membuat semua gadis berteriak histeris.
"Ishhh, orang ini," gumam Dara dengan sebal. "Enyah saja sana!" Dara berbalik, lalu melipat lengannya di dada. Baru kali ini dia berhadapan dengan seorang Pria yang memiliki rasa percaya diri sangat tinggi hingga membuatnya meradang. Sempat terlintas di dalam pikirannya bahwa Kian sebenarnya memiliki ganguan jiwa, karena rasa percaya dirinya. Menurut Dara itu sudah di luar batas.
Kian menarik simpul tipis cukup paham jika Dara terlalu malu untuk melihatnya secara langsung. "Ya aku akan enyah! Kau boleh melirik jika kau mau, aku akan pura-pura tidak lihat supaya kau senang."
"Ampun, aku sungguh naik pitam dibuatnya," geram Dara tanpa menoleh.
Setelah lebih dari tiga menit terdiam seorang diri, Won yang tidak sengaja lewat saat hendak pergi ke ruang guru mendapati Gadis itu sedang duduk sambil menatap sepatunya yang kusam. Dia segera menghampiri Dara tanpa pikir panjang.
"Itu masih terlihat kuat!" seru Won dengan hasil ulangan matematika di tangannya yang dia dekap erat.
"Won? Sedang apa di sini?" balas Dara. Dia tidak dapat menampik jika Pria di depannya sangatlah menarik, bahkan suara teriakan di sekitarnya terasa senyap saat sociopath itu datang dan duduk di sebelahnya.
"Ini." Won menunjukkan kertas ulangan para murid.
Dara melirik sekilas. "Apa ada ulangan hari ini?"
Won mengedik. "Sepertinya begitu. Aku bahkan tidak sempat belajar semalam, karena pergi dengan seorang gadis genit!"
Dara mendesis sebal saat Pria tampan itu menyindirnya, sebab menerima tawaran makan rappoki semalam. Mata Dara bergulir, lalu memberanikan diri untuk memukul Won pelan saat mendapatinya terkekeh geli kala melihat wajah cemberut Dara. "Kau ini!"
"Lalu kau sendiri? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Won heran, lalu menoleh saat mendengar suara teriakan para siswi di belakangnya yang sedang meneriaki nama Kian.
"Tidak ada. Aku terdiam seperti orang bodoh, bahkan aku sempat bicara dengan sepatuku sediri tadi."
Won menarik simpul tipis. "Tidak ingin bergabung bersama mereka untuk meneriaki salah satu pria tampan yang ada di sana?" tawar Won kemudian menunjuk ke arah lapangan.
Jujur saja Dara sedikit penasaran, bagaimana bisa di dalam sekolah ini berisikan pria-pria tampan. Dia tidak habis pikir, apakah mereka melakukan operasi plastik sebelum umur tuju belas tahun? Tapi wajah mereka semua terlihat menawan. 'Tapi yang mereka teriaki justru malaikat maut payah itu, ishhh aku ingin sekali meremat wajahnya'
"Tidak, aku pernah berfikir kenapa harus ada mata pelajaran olahraga di sekolah. Itu menyebalkan, kau tau itu!"
"Benar!" sahut Won membenarkan, karena dirinya bukanlah orang yang gemar berolahraga seperti ketiga temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandeliar ✔
RomanceDandeliar (Complete) Follow before reading my work. Happy reading Monster! *Blurb "Aku hanya ingin menyelsaikan sekolahku, tentang apa yang terjadi nanti itu urusan belakang,"-KimDara. Kim Dara, gadis pekerja keras keturunan Korea-Indonesia. Harus...