Suara klakson mobil membuat Dara menoleh dengan paksa dan mendapati sebuah mobil sport merah dengan pemiliknya yang sedang menyeringai.
"Hei superhero, kau mau kemana?" tanya Kian dengan kekehan kecil menatap Dara yang sedang mengayuh sepedah. "Bukankah lebih baik jika naik kendaraan lain? Sepedah itu tampaknya tidak cukup cepat untukmu!" godanya dari dalam mobil, bahkan laju mobil Kian tidak lebih cepat dari kayuhan sepedah Dara.
Dara mencoba melaju dengan cepat, tapi mustahil baginya. Mobil itu bahkan dapat sampai ke tempat tujuannya hanya dengan satu kali ijakkan pedal. Dara menghentikan laju sepedah dan menghirup nafas dengan rakus, karena merasa lelah.
"Bagaimana jika kita balapan?" ucap Kian melempar tawaran pada Dara. "Kulihat kau mahir mengendarai rongsokan itu!" ejeknya berkali-kali seraya terkekeh.
Dara memutar bola matanya ragu. Namun, jika dia menolak tawaran konyol Kian, maka mungkin saja malaikat maut itu akan terus membuntutinya dengan mobil sport merah sepanjang hari, atau yang lebih buruk lagi dia akan mampir ke Morning florist, seperti yang dia lakukan saat di coffeeshop.
Dilirik Pria di sampingnya yang mengangkat sebelah alis, menunggu jawaban, "Bagaimana?"
Dara menganguk setuju. "Baik, tapi berjanjilah setelah ini kau akan pergi!" Kian memutar bola mata, lalu tak lama menganguk.
Dara bersiap seakan kemenangan sebentar lagi akan diraihnya. Bahkan Dara tidak tau apa yang diperebutkan dalam pertandingan ini. Dara hanya berfikir harus menyingkirkan orang gila di sampingnya, atau orang gila itu akan melakukan hal buruk padanya. Dikayuh sepedah dengan cepat meninggalkan garis awal. Dara sempat melirik sekilas, sebab mobil Kian bahkan tidak bergerak dari tempat awal dan itu sempat membuat Dara bertanya-tanya.
Mungkin dia ingin membuat Dara senang hari ini, atau justru sebaliknya. Dara tersenyum mengingat ada jalan pintas di dekat taman yang bisa dia lalui untuk menyingkir dengan cepat dari bedebah itu. Ditatap jalan kecil yang ada di sebelah taman. Namun, saat Dara ingin melaluinya, mobil Kian melesat dengan cepat dan menyengol roda sepedah bagian belakang.
Dara terpental ke arah taman, jatuh berguling di atas rerumputan hijau, pakaiannya berantakan begitu juga rambutnya. Dia meringis saat merasakan sakit di sekujur tubuh dan kedua sikunya lecet akibat menahan bobot tubuh, serta luka di lutut kanan yang sudah mengering kembali mengeluarkan darah. Dara melirik Kian sekilas yang menyeringai, sebelum akhirnya pergi dari sana tanpa rasa sesal atas perbuatan yang dia lakukan pada Dara.
"Arghhh!" ringis Dara saat mencoba bangkit.
Diraih buket mawar putih pesanan Won yang terjatuh tidak jauh dari keranjang sepedah. Beruntung sepedah milik Morning florist tidak mengalami kerusakan, hanya ada sedikit lecet di bagian kerangkanya yang tidak begitu terlihat. Dara memilih menuntun sepedah miliknya saat dirasa tidak mampu untuk mengayuh sepedah lagi.
***
Dara berjalan tertatih di atas pematang jalan. Ditatap rumah besar di depannya dengan senyum setelah memarkirkan sepedah. Dara mendekat cepat saat sosok yang di kenal bergeming di depan gerbang, menunggu kehadirannya sejak tadi.
"Maaf menunggu lama!" sesal Dara dengan senyum seraya menyodorkan buket di dekapannya. "Apa ada lagi yang bisa kubantu?" Won menggeleng tanpa senyum.
"Dara lututmu?" gumam Pria bemanik mata hazel di depannya. Suaranya tidak terdengar jelas di telinga Dara, tapi gerakan dari bibir tipis merah muda itu seolah bergetar memanggil indah namanya.
"Ya?" sahut Dara.
Tanpa dia duga Won segera menarik lengan Dara mendekat ke dekapannya, menghiraukan buket yang dari tadi dara dekap. Dara terpaku merasa nyaman dengan kehangatan yang dibuat oleh Won. Detak jantung mulai berpacu tidak karuan. Namun, dia tidak dapat menolak dekapan Pria tampan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandeliar ✔
RomanceDandeliar (Complete) Follow before reading my work. Happy reading Monster! *Blurb "Aku hanya ingin menyelsaikan sekolahku, tentang apa yang terjadi nanti itu urusan belakang,"-KimDara. Kim Dara, gadis pekerja keras keturunan Korea-Indonesia. Harus...