Dara menatap rumah besar di depannya seraya berdecak kagum berkali-kali, mulutnya sempat menganga menatap rumah mewah itu. Gerbang depan rumah itu terbuat dari besi hitam sangat kuat, dibentuk pipih menyerupai setangkai bunga yang saling mengait satu sama lain, sehingga dia dapat mengintip melalui sela-sela gerbang meskipun belum turun dari sepedah motor.
"Ini benar alamatnya," gumam Dara memperhatikan secarik kertas yang dari tadi dia gengam.
Dara turun dari sepedah motor setelah memarkirkan kendaraan roda dua itu di depan gerbang, lalu merapihkan apron miliknya yang sedikit berantakan. Dilepasnya helm berwarna hitam milik coffeeshop tempatnya bekerja dan mendekat perlahan meneliti rumah mewah di depannya. Dilirik nomor rumah yang tertera di pojok atas tembok gerbang. "Sepertinya ini lebih besar dari rumah milik Jieun!"
Dara melirik sebuah layar monitor yang menempel pada tebok gerbang. Disentuhnya benda itu beberapa kali setelah mendekat. Layar itu menyala menampakkan wajah orang yang tidak begitu tampak.
"Pesanan!" sapa Dara dengan suara cempreng di depan layar. Dara bergeming saat mereka masih asik mengobrol satu sama lain membuatnya jengah saat harus menunggu lama.
Terkejut bukan main dirinya saat pria bermanik mata biru itu muncul dari balik layar monitor, jatungnya seakan berhenti berdetak detik itu juga. Dia yakin itu adalah pria yang sama seperti yang ada di dalam pikirannya saat ini. Dara bahkan bisa mengenali pemilik mata itu dengan cepat. Dia tiba-tiba saja merasa kesulitan bernafas, ini terasa seperti masuk kandang macan dan dia menyerahkan dirinya untuk dimakan.
"Baik, tunggu sebentar!" titahnya, membuat Dara meneguk ludah dengan kasar. Pikir Dara, dia akan tamat hari ini. Mungkin bukan hanya sekolah yang akan jadi zona merah baginya, tapi seluruh tempat yang dapat dijangkau oleh Kian termasuk zona merah bagi Dara.
Gerbang di depan rumah terbuka otomatis, dilangkahkan kakinya dengan bimbang seraya menunduk memperhatikan jalan. Dara bergeming saat Kian keluar dengan ponsel yang menempel di telinga, Dara mencoba melirik seraya berdoa agar Kian tidak menyadari jika pengantar makanan yang ada di hadapannya adalah target bully yang sekarang jadi buronan nomor satu di dalam daftarnya.
"Pesanannya tuan," ucap Dara mengingatkan. Kian tanpa ragu segera mengambil semua pesanan yang sedari tadi Dara gengam. Dia menahan deru nafasnya mencoba tidak membuat keanehan di hadapan Kian. Dara membungkuk setelah memberikan struk dan juga semua pesanan. Namun, belum dia beranjak dari sana Kian kembali memanggilnya membuat Dara mematung detik itu juga.
"Tunggu!" pekik Kian dari belakang. Dara mengerutukki dirinya sediri. "Wajahmu sepertinya tidak asing," ujarnya berniat mendekat pada Dara. Namun, tertahan saat tangan Won menyentuh pundak Kian.
"Siapa dia?" tanya Won penasaran. Dia baru saja keluar dari dalam saat tahu bahwa delivery makanan yang mereka pesan telah sampai.
Kian mengedik. "Entahlah, tapi aku sepertinya pernah melihatnya di suatu tempat," ucapnya yakin.
Won menganguk. "Biar aku yang periksa!"
Langkah kaki Won mendekat ke arah Dara membuat Gadis itu memincing untuk beberapa detik, berharap sociopath itu masih berbaik hati untuk membiarkannya pergi kali ini. Won menarik simpul tipis seraya menepuk-nepuk pundak Dara dengan lembut saat melihat ekspresi ketakutan yang tergambar jelas di wajahnya. Tepukan itu membuat hati Dara tenang untuk sesaat dan dia memilih membuka mata perlahan, lalu mencoba melirik Pria yang ada di belakangnya saat ini.
"Siapa dia?" tanya Kian yang jengah, karena menunggu terlalu lama. Dara mengkerut saat suara Kian kembali terdengar di telinganya seakan menusuk dada. Teringat jelas ancaman malaikat maut itu saat berada di sekolah.
Won menoleh mengedik acuh. "Hanya staff biasa, sudahlah!" ajak Won pada Kian. Disambarnya plastik pizza di tangan Kian, lalu segera beranjak dari sana. Kian melirik dengan sinis pada Dara, lalu mencibir tidak perduli. Tanpa menoleh Dara segera meninggalkan halaman rumah mewah itu dan kembali ke atas motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandeliar ✔
RomanceDandeliar (Complete) Follow before reading my work. Happy reading Monster! *Blurb "Aku hanya ingin menyelsaikan sekolahku, tentang apa yang terjadi nanti itu urusan belakang,"-KimDara. Kim Dara, gadis pekerja keras keturunan Korea-Indonesia. Harus...