Dandelion 59

30 8 2
                                    

Dara termenung di aula besar sekolah bersama dengan Ri El. Semua murid dari kelas dua belas berkumpul untuk merundingkan acara pentas akhir sekolah yang akan diadakan tidak lama lagi. Bahkan Won dan Kian ada di sana, duduk manis seraya memandang ke arah Dara dari kejauhan. Mata mereka berdua tidak dapat berbohong bawasannya mereka cemas akan keadaan Gadis itu.

Usapan lembut Dara terima saat jari-jari lentik sang sahabat menyapu surai indah miliknya. "Kira-kira siapa yang akan mendapat peran sebagai putri untuk pentas akhir nanti?" bisik Ri El pada Dara.

"Entahlah," sahut Dara tidak tertarik. Kedua paha milik sahabatnya terasa lebih empuk dari pada nakas di rumahnya yang tidak pernah diganti semenjak duduk di bangku sekolah menengah.

"Dara!" Gadis itu langsung terlonjak saat namanya dipanggil oleh para anggota organisasi sekolah.

"Aku?" tanya Dara takut jika dirinya salah dengar.

Salah seorang Gadis dari organisasi tersenyum hangat padanya. "Bisakah kau naik ke atas pangung, karena kami akan memberikan suara untuk pemeran putri di pentas akhir sekolah nanti."

Dara menatap Ri El penuh tanya, sementara sahabatnya hanya menganguk dengan mata berbinar. Berfikir kapan lagi Dara dapat muncul di pentas akhir sekolah dan menjadi pemeran utama untuk pentas.

"Naiklah!" seru Ri El.

Dara memincing sejenak. "Kau yakin?" Ri El menganguk beberapa kali, kemudian mendorongnya lembut.

"Berlatih sunguh-sungguh agar mendiang nenekmu bangga!"

Dara maju ke depan dengan tepuk tangan meriah, tatapannya menyapu semua murid-murid yang ada di sana. Matanya tertahan saat menemukan Kian sedang tersenyum ke arahnya tanpa berpaling, membuat dia semakin gugup.

"Nah, teman-teman sekarang sudah ada tiga calon yang akan menjadi pemeran utama untuk acara pentas sekolah nanti. Di sini aku akan memberikan kertas untuk kalian memberikan suara," jelas si Gadis dengan microphone di tangannya.

Setelah semua kertas suara dikumpulkan. Mereka terkejut bukan main, si Gadis dari anggota organisasi tersenyum saat nama Dara mendapat suara terbanyak. "Selamat pada Dara, karena tahun ini dia akan menjadi pemeran utama untuk pentas akhir sekolah."

Dia bangkit seraya mengusap pungungnya beberapa kali. Dara tersenyum kikuk tidak tau harus berbuat apa, sementara Ri El tersenyum sumringah dari kejauhan. Mata Gadis itu bergulir saat kedua Pria tampan dari arah berlawanan menatapnya dengan senyum tipis.

"Baiklah semua, kali ini kita akan adakan vote untuk pemeran pria untuk pentas akhir kali ini."

Belum pengambilan suara dilakukan semua mata murid segera tertuju pada Won, sementara senyum sociopath itu memudar dalam sekejap.

"Apa?" ucap Won dengan sebelah alis terangkat. Tatapannya segera beralih ke arah Dara yang terdiam di atas pangung, dengusan pelan lolos dari bibir berbanding terbalik dengan hatinya yang merasa senang saat mendapat peran itu. "Baiklah, biar aku saja!"

Semua murid yang hadir di sana segera memberikan tepuk tangan meriah, karena Won dengan begitu mudahnya setuju. Kian sampai terheran-heran dibuatnya, padahal dia baru saja ingin mengajukan diri sebagai lawan main Dara pada acara pentas nanti. Namun, harapannya kandas saat Won setuju begitu saja. Tangannya mengeras dibawah sana, terlihat sekali bahwa Kian tidak senang oleh keputusan yang Won ambil.

Si Gadis kembali tersenyum setelah mendapat pemeran utama untuk pentas mereka nanti. "Baiklah kita sudah dapat peran utama untuk acara pentas akhir sekolah. Dengan ini aku tutup acara untuk hari-"

"Tunggu!" pekik Kian. Dirinya bangkit dengan tangan mengacung tinggi di udara. Semua mata tertuju padanya sekarang.

"Iya Kian?" tanya si Gadis.

Dandeliar ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang