Dandelion 57

23 10 5
                                    

Sebuah pesan kembali masuk ke dalam ponsel dari nomor yang sama, setelah keluar dari area bandara Jeju dengan berlari kecang kini dirinya dapat menghirup udara perlahan. Namun, di sisi lain gambar yang dikirimkan adalah alamat sebuah hotel.

Dahi Kian berkerut diiringi detak jantung yang lebih cepat. "Hotel?"

Pikiran Kian menerawang jauh, apalagi yang akan dilakukan oleh dua orang di hotel selain menginap. Kian menggeleng berusaha mengenyahkan pikiran itu dari dalam kepalanya. Kedua mata itu bergulir ke atas ponsel, bar baterai di sana sudah berwarna merah menandakan jika ponselnya sebentar lagi akan mati.

Dia melambai untuk menghentikan sebuah taksi yang akan melintas di depannya, tepat saat dirinya sudah mendudukan diri di dalam mobil sebuah pesan kembali masuk ke dalam ponsel. Namun, naas layar ponsel telah menghitam sebelum dia berhasil membuka pesannya.

"Sial!" gumam Kian dengan kesal.

Tanpa lama Kian segera memberitahukan kepada sang Sopir taksi untuk mengantarkannya ke hotel yang masih dia ingat jelas di dalam kepala.

Mobil silver itu melaju dengan kecepatan sedang di tengah jalanan yang cukup padat. Itu adalah hal yang wajar, karena hotel terletak di jantung kota, hanya memakan waktu kurang-lebih lima belas menit untuk sampai di hotel yang dia cari. Bahkan saat hotel besar itu sudah tampak di depan mata dirinya tidak sabar untuk segera melompat keluar dari dalam mobil.

Kian segera memberikan uang pada sang Sopir tanpa perduli jika uang yang dia berikan melebihi tarif, kemudian segera berlari masuk.

"Annyeonghaseyo!" sapa Kian dengan peluh yang mengalir di dahi.

"Annyeonghaseyo, ada yang bisa kami bantu tuan?" balas sang Pegawai dengan ramah.

Lobby hotel masih ramai, padahal waktu sudah menunjukkan pukul sebelas. Dirinya sesekali melirik takut melewatkan sesuatu saat sedang berbicara dengan Pegawai hotel.

"Seorang pria bersama dengan wanita." Kian menghirup udara dalam-dalam, mencoba bernafas dengan teratur.

Sang Pegawai menarik simpul tipis. "Bisa anda beritahu saya nomor kamarnya?" pintanya ramah.

Kian segera mengambil ponsel yang ada di saku celananya, kemudian berdecih saat sadar jika ponselnya sudah mati sejak tadi.

'Sial' umpatnya merasa putus asa, padahal sedikit lagi dia dapat menjemput gadis itu dan membawanya pulang. "Coba cari tamu dengan nama Park Sae Won," titah Kian pada sang Pegawai yang langsung dituruti.

Tidak lama sang Pegawai menggeleng pelan. "Kami tidak menemukan orang dengan nama Park Sae Won."

Kian berkacak pingang saat kepalanya terasa sakit, dia lupa jika Won bukanlah anak sekolah dasar yang bisa dengan mudah ditebak, sociopath itu sungguh penuh dengan kerahasiaan. Bola mata biru Kian berputar, menyapu semua orang yang masih lalu-lalang di lobby hotel, kemudian kembali menoleh saat mendapat ide.

"Bagaimana dengan Kim Dara, coba cari nama tamu yang satu itu aku yakin dia ada di sini untuk menginap," titah Kian dengan yakin.

***

Setelah naik ke lantai tiga puluh lima Dream Tower Jeju, dia akhirnya sampai ke sebuah kamar dengan pintu mewah berwarna coklat tua. Kian mendengus kala menatap tanda Do Not Disturb yang menggantung manis di depan kamar. Namun, dirinya tidak perduli sama sekali, tangannya terus menekan tombol bell yang ada di sana.

"Sialan!" umpatnya.

Seorang petugas pengaman yang tengah berkeliling mendapati Kian menendang bagian bawah pintu kamar beberapa kali, dia sontak mendekat padanya, karena penasaran.

Dandeliar ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang