Dandelion 28

27 21 0
                                    

"Wah memar di pergelangan tanganmu terlihat parah!" Seoki meraba lembut pergelangan tangan Dara yang membiru akibat ikatan tali saat dia diculik beberapa minggu yang lalu.

Dioleskan obat luka yang diberikan oleh Won untuknya. Tangan Seoki mengusap-usap lembut pergelangan tangan Dara setelah mengoleskan obat. Dara mengulum senyum saat teman kerjanya itu terlihat khawatir padanya.

"Kau manis sekali Seoki," goda Dara menumpu dagunya seraya memperhatikan Seoki.

Seoki mencibir. "Aku memang manis, apa kau baru tau itu?"

Laehan mendekat dengan wajah muram terlebih setelah dia tau alasan mengapa Dara mengambil cuti selama sepekan dari segala aktivitasnya. "Kenapa tidak cuti sampai tanganmu benar-benar sembuh?"

Mata Dara menyipit. "Kau tidak merindukanku jika aku libur terlalu lama?"

Laehan mendesis, "Ishhh, bukan begitu. Aku takut lukanya akan semakin parah jika kau memaksakan bekerja!"

"Tidak apa, ini sudah lebih baik."

Ri El menoleh dari arah meja yang sedang dia lap sambil mencibir. "Kita tidak bisa memaksanya, setidaknya kondisi Dara sudah membaik sekarang!"

TING

Empat orang gadis masuk ke dalam cafe seperti biasa. Pelanggan nomor satu Morning florist yang tidak pernah bosan untuk singgah kemari meskipun hanya beberapa menit.

"Dara Onnie!" pekik empat orang Gadis saat melihat Dara tersenyum di depan meja kasir.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Rachel gadis cantik yang sedang memakai bando berwarna pink di kepalanya.

Dara tersenyum melihat mereka begitu senang saat melihat dirinya kembali bekerja. "Baik, hanya saja pergelangan tanganku masih meninggalkan luka memar." Dara menunjukkan memar di pergelangan tangannya.

"Bagaimana bisa jadi seperti ini?" Mirae bergidik melihat memar di lengannya.

Ri El menyela pada mereka yang sedang mengobrol. "Mau pesan apa?" Mereka menoleh saat buku catatan telah siap di tangannya.

"Seperti biasa Onnie!" Soyong menatap Ri El dalam-dalam, seingatnya dia tidak ada di Morning florist beberapa hari yang lalu dan Ri El baru saja masuk tiga hari setelah Dara sembuh. Wajar saja Gadis muda itu bertanya-tanya. "Onnie pergi kemana beberapa hari? Di sini terasa sepi jika Onnie tidak ada?"

"Kau sangat merindukanku ya?"

Soyong menggeleng. "Bukan begitu hanya saja, bisa tolong panggilkan Alex Oppa, aku sangat merindukannya!" Ri El mendelik mendengar permintaannya, terlebih saat Alex dan Ri El telah resmi berpacaran. Rasanya ingin dia simpan pria bermata zamrud itu di dalam lemari agar tidak ada yang dapat meliriknya sama sekali.

"Baik akan aku panggilkan," sambar Dara dari arah tangga. Terlihat beberapa kertas catatan di tangannya untuk diberikan pada Alex, karena Dara beberapa hari cuti Alex jadi kewalahan menangani masalah pengeluaran di Morning florist.

Ri El mendelik sebal pada Dara. Namun, belum dia melangkah naik, orang yang dibicarakan turun dengan hoodie berwarna biru yang terlihat ketat di tubuhnya. Dara mengeryit saat merasa familiar dengan benda yang Alex kenakan.

'Bukankah itu?' pikir Dara sekilas seraya melirik ke arah Ri El.

"Selamat pagi," ucapnya di depan Ri El yang tengah mengulum senyum saat melihat kehadirannya. Dara terkekeh melihat tingkah Alex yang berbeda pagi ini, sebab tidak biasanya dia menyapa Ri El setelah bangun dari tidur.

'Dia mabuk?' kekeh Dara.

Awalnya tidak ada yang aneh pada kedua mahluk misterius tersebut. Sampai akhirnya Alex memeluk Ri El yang sedang bergemming, kemudian menenggelamkan wajahnya di leher Gadis itu membuat pipi Ri El mengembang dan berubah warna menjadi merah padam. Semua orang yang ada di dalam sana terkejut bukan main saat melihatnya. Termasuk Dara, dia tidak tau jika mereka berdua telah berpacaran lebih dari seminggu.

Dandeliar ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang