[22]

2.2K 297 65
                                    


_____

"Aku mengharapkan hal yang lebih darimu. "

Sasuke tahu hal ini akan terjadi. Meskipun dia dulu hanya berniat sedikit bermain, pada akhirnya dia menginginkan Hinata seutuhnya, untuk selalu bersamanya. Bukan hanya Hinata, Sasuke juga mengharapkan hal yang lebih. Hanya saja dia tahu, waktunya masih belum tepat. Sasuke masih memiliki rasa takut dan Hinata yang terlalu terburu-buru.

Terjaga semalaman membuat kepala Sasuke terasa sedikit berat. Dia tidak mungkin bisa tidur setelah apa yang terjadi. Banyak yang dia pikirkan, terutama bagaimana keadaan Hinata sekarang, apa gadis itu baik-baik saja? Sasuke merasa sangat buruk karena tidak dapat berada di sisinya dan menenangkannya. Hinata pasti sangat tersakiti setelah semua ketidakpastian yang dia terima.

Langit di luar mulai terlihat terang, Sasuke belum berniat bangkit dari tempat tidurnya. Menatap langit-langit selama empat jam rasanya sangat singkat. Hari telah dimulai dan dia harus siap untuk segalanya.

Ketukan di pintu membuyarkan lamunan pemuda itu. Setelah tiga kali ketukan sebuah suara terdengar di baliknya,

"Sasuke, kau sudah bangun?"

Suara lelaki yang tegas namun lembut terdengar, itu bukan ayahnya Sasuke tahu. Kakaknya Itachi yang datang, bukan sang ibu yang biasanya. Namun, Sasuke bisa mengerti.

"Turun dan sarapan jika kau sudah bangun."

"Ha'i."

Setelah menjawab sahutan, Sasuke bisa mendengar langkah kaki menjauh. Dan dia mulai bangkit dan membersihkan diri, bersiap untuk turun. Dia tidak yakin bisa sarapan dengan tenang pagi ini.

***

Pakaian kasual dengan wajah kusut, kentara dengan rasa lelah dan beban pikiran yang berat. Sasuke seharusnya menghabiskan hari liburnya bersama Hinata namun, di luar dugaannya hal sebesar ini terjadi. Perasaannya dipertaruhkan hari ini, sebaiknya dia tidak mengatakan hal yang salah pada ayahnya, 'kan?

Sasuke masih muda, ayah. Kenapa dia tidak diberi kesempatan untuk memilih?”

“Ini demi persahabatan dan kelangsungan perusahaan kita, Itachi. Kau mengerti?”

Sasuke turun dengan langkah berat, di sepanjang langkahnya menuruni anak tangga dia bisa mendengar suara kakaknya yang sedikit berdebat dengan sang ayah.

Dia tidak pernah bisa mengerti mengapa ayahnya tidak menjodohkan kakaknya saja. Itachi lebih penurut dan mapan dibandingkan dia yang bahkan baru memulai masa kuliahnya. Dilihat dari manapun, sedikit tidak adil bagi Sasuke.

Anak bungsu di rumah besar itu tiba di tempat ayah dan kakaknya duduk. Meja makan pagi hari itu sepi, ibunya entah ada di mana, sepertinya dia masih marah. Sasuke sama sekali tidak tertarik saat melihat sepotong sandwich yang tersaji di atas piringnya—Itachi yang membuat sarapan untuknya.

Sasuke hanya menatap datar sarapan di depannya, pikirannya melayang ke mana-mana. Apa yang sedang Hinata lakukan, apa dia menangis? Apa yang harus dia katakan pada ayahnya? Apa saja yang Sakura katakan pada ibunya? Dan banyak lagi.

Namun, meski begitu dia sudah memutuskan akan melakukan apa. Setidaknya dia memiliki tawaran kesepakatan untuk ayahnya nanti. Meski tidak yakin seratus persen akan berhasil, Sasuke akan berusaha.

“Ayah, aku—”

“Sebaiknya kau meminta ma'af pada Sakura dan orangtuanya.”

Kalimat Sasuke dipotong dengan angkuhnya oleh Fugaku, membuat pemuda itu terdiam dengan wajah yang kaku.

Why ME? [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang