"kau harus tetap jadi kekasihku, meskipun aku menikah nanti.""Apa?"
Hinata terdiam cukup lama setelah menoleh ke arah pemuda di sampingnya. Jantungnya berdetak cepat-mengatakan bahwa ini bertanda tidak baik untuk ke depannya. Gadis itu menggulirkan bola matanya ke bawah sebelum mengalihkan seluruh pandangannya dari Sasuke.
Sebenarnya Hinata tidak ingin ambil pusing dengan perkataan Sasuke, toh dia sudah pasti akan ditinggalkan jika pemuda itu sudah bosan. Mungkin sekarang dia bicara seperti itu karena pikirannya yang sedang kacau. Hinata menghela nafas pelan sebelum kembali membuka suara.
"Sasuke-san, kurasa kau sedang tidak dalam keadaan yang cukup baik."
Sasuke melirik Hinata sedikit lewat ujung matanya, wajah manis gadis itu sedikit terlihat pucat. Pasti dia kaget. Sebenarnya beberapa hari menghabiskan waktu bersama Hinata, tidak berakibat banyak pada perasaan Sasuke. Dia masih saja merasa kurang, entah apalagi yang dia cari. Apa mungkin perasaannya pada Hinata tidak lebih dari sekedar rasa penasaran?
Pemuda itu terkekeh saat pikiran itu tiba-tiba saja muncul. Hinata menoleh mendengar tawa kecil Sasuke, wajahnya semakin pucat dan itu cukup menghibur bagi penglihatan Sasuke. Lantas pemuda itu menyeringai sambil bertanya,
"Kau takut?"
Mata mereka saling menatap. Hinata pikir pembicaraan ini sama sekali tidak ada gunanya. Maka, dia mengakhiri pembicaraannya dengan jawaban mantap dari nada suaranya, "Iya. Aku takut."
*****
Masih terlalu banyak yang tidak Hinata ketahui tentang seorang Uchiha Sasuke. Bagaimana jalan pikirannya, penderitaannya, perasaannya-hampir semua yang ada pada pemuda itu terasa abu-abu bagi Hinata. Jangankan hal seperti itu, Hinata bahkan tidak tahu alasan sebenarnya Sasuke memposisikan gadis itu pada posisinya sekarang ini.
Hari itu keduanya sama sekali tidak menghadiri pelajaran di sekolah. Mereka malah pulang ke apartemen Sasuke dan memakan bekal yang Hinata siapkan untuk makan siang di sekolah. Setelahnya tidak ada hal yang berarti, Sasuke sibuk dengan minuman kalengnya dan Hinata hanya duduk dengan TV yang menyala tanpa ditonton.
Keduanya duduk di atas karpet berbulu milik Sasuke yang tentu saja terasa sangat nyaman. Di belakang mereka terdapat sofa panjang bewarna putih dan meja kecil di depannya. Sasuke menyimpan kaleng minuman ke atas meja dengan keras hingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring, membuat Hinata tersentak kaget.
Gadis berambut panjang itu menoleh pada pemuda di sampingnya. Pemandangan pertama yang Hinata lihat adalah Sasuke yang menunduk, dia terlihat sedikit kacau kali ini. Saat mengangkat wajahnya, terlihat mata yang biasanya setajam elang itu kini lebih sayu dan seperti sulit untuk terbuka.
"Hinata," lirihnya sambil tersenyum aneh. Tubuhnya semakin mendekat pada gadis di depannya, memperhatikan wajah manis itu dengan saksama.
Hinata memundurkan tubuhnya sedikit demi sedikit saat Sasuke semakin mendekat. Keningnya mengernyit saat mencium bau alkohol dari mulut Sasuke, dengan segera gadis itu menyambar kaleng yang Sasuke pegang dan mencium aromanya. Pemuda itu meminum bir.
"Sasuke-san, kau mabuk." ujar Hinata sambil menahan dada pemuda itu dengan tangannya.
"Beberapa kaleng bir tidak membuatku kehilangan kesadaran, Hinata," balas Sasuke sambil tersenyum aneh, tidak menghiraukan penolakan gadis itu dia melanjutkan kalimatnya,
"mau mengulangi kejadian di lorong?"
"Eh?"
****
Sudah Hinata duga sedari awal jika tindakannya beberapa hari terakhir ini pasti akan menimbulkan sedikit masalah. Membolos beberapa mata pelajaran, terlambat datang, tidak fokus selama kegiatan belajar dan yang paling parah adalah hari ini-dia sama sekali tidak datang ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why ME? [SasuHina]
FanfictionHinata adalah seorang maid di kediaman keluarga Haruno. Dia sudah mengabdi selama bertahun tahun bersama kedua orangtuanya. Setelah kedua orangtuanya meninggal, Hinata hanya memiliki keluarga Haruno sebagai tempat untuk pulang. Hubungannya dengan no...