Permainan takdir itu membingungkan. Seperti bertaruh dengan segala sesuatu yang kau miliki saat ini, jikalau kau memang beruntung takdir akan memberikan hadiah yang tidak dapat kau bayangkan dan jika kau kalah, dia juga akan memberikan sesuatu di luar nalarmu. Meskipun begitu rumit dan gelap takdir akan tetap ada dan tidak bisa dihindari, oleh siapapun.
Mata hitam dengan alis yang menukik tajam itu memandangi sesuatu yang menarik perhatiannya akhir-akhir ini. Rahang tegas dan ekspresi wajahnya yang dingin sama sekali tidak mengurangi pesonanya. Manik hitam itu masih melihat lurus ke luar jendela, dia bahkan hampir tidak terlihat mengedipkan matanya sedikitpun.
Di luar sana Uchiha Sasuke memandangi dua orang yang tengah berjalan-jalan mengelilingi lingkungan sekolah. Dari atas sana pemuda itu bisa melihat semuanya, segala gerak gerik dan ekspresi dari orang yang dia awasi beberapa waktu lalu. Gadis dengan rambut indigo dan pemuda kuning, itu sedikit menganggu dirinya.
Sasuke berdecak kesal. Jangan salah, dia sedang mengawasi Hinata bukan pemuda yang bersamanya. Tangannya mulai mengambil sebuah benda di atas meja dan mulai memotret pemandangan di depannya.
Bibirnya tersenyum sarkas saat melihat hasilnya. Sasuke merasa tidak adil, kenapa gadis itu selalu saja terlihat cantik? Padahal dia mengambil gambar tanpa sepengetahuan gadis itu, sudah seperti penguntit. Dia sendiri tidak sadar mengapa bisa terjerumus sejauh ini, dia jadi ingat bagaimana pertemuan pertamanya dengan gadis itu.
***
Saat itu hujan turun sangat deras dan hari sudah hampir gelap. Tidak seperti biasanya, halte bus terlihat lebih lenggang dan jalanan begitu sepi. Sasuke berdecak kesal beberapa kali, dia mengutuk cuaca buruk hari ini, karena kesal dia tidak membawa kendaraannya saat pergi dari rumah tadi.
Sasuke pergi dari rumah untuk menenangkan diri sejenak dari pertengkaran yang terjadi di rumahnya tadi. Ibunya meminta agar dia bertunangan dengan salah satu kolega bisnis Uchiha Corp. Pertentangan dan adu argumen terjadi di sana, Sasuke sangat marah dan kesal. Setelahnya, dia berakhir seperti ini. Di halte bus, menunggu hujan reda.
“Hufft! Dingin.”
Sasuke menoleh saat mendengar suara di sebelahnya. Seorang gadis dengan seragam sekolah tanpa jaket, membawa payung yang sudah dia lipat ketika sampai di halte. Rambut panjang gadis itu sedikit basah terkena air hujan, hidung kecilnya juga terlihat sedikit memerah di sana—tanda bahwa dia kedinginan.
Entah apa yang ada di dalam kepala Sasuke saat itu. Matanya tidak bisa beralih sedikitpun dari gadis berambut gelap di sampingnya itu. Merasa diperhatikan, gadis itu menoleh dan mendapati Sasuke yang masih terang-terangan menatap dirinya, Hinata yang merasa risih dengan segera melangkah sedikit menjauh.
Sasuke menghela nafas diam-diam, dengan cepat dia melepas jaket hitamnya dan melemparkan benda itu pada satu-satunya gadis di sana. Manik seindah bulan itu memandang pemuda asing di depannya dengan pandangan terkejut sekaligus heran.
“Pakaianmu menerawang.”
Hinata dengan cepat melihat pakaiannya dan seketika wajahnya memerah hebat. Dengan cepat dia memeluk dirinya sendiri,
“Cepat pakai.” lanjut Sasuke masih dengan nada yang datar namun, kali ini dia menatap jalan kosong di depannya.
Dengan perasaan ragu Hinata memakai jaket hitam kebesaran milik Sasuke. Gadis itu bisa mencium aroma cologne yang dipakai pemuda itu dari jaketnya. Sedikit menoleh dengan takut-takut akhirnya gadis itu bersuara, “T-terimakasih.”
Tidak ada jawaban, pemuda berambut emo itu hanya bergumam tidak jelas. Hinata merasa sangat canggung untuk beberapa saat, hingga akhirnya gadis itu memberanikan diri untuk bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why ME? [SasuHina]
FanfictionHinata adalah seorang maid di kediaman keluarga Haruno. Dia sudah mengabdi selama bertahun tahun bersama kedua orangtuanya. Setelah kedua orangtuanya meninggal, Hinata hanya memiliki keluarga Haruno sebagai tempat untuk pulang. Hubungannya dengan no...