[13]

3.8K 426 31
                                    


Hinata pikir masih belum terlambat untuk berhenti dari permainan yang Uchiha Sasuke buat. Ternyata memang benar, dia tidak bisa bermain lebih lama dalam kegilaan itu. Mungkin sebagian gadis di belahan dunia ini rela mengorbankan segalanya untuk mendapatkan pemuda sempurna sepertinya. Tapi, tidak untuk Hinata. Ikatannya dengan keluarga Haruno lebih berharga.

Hinata sudah memutuskan, dia akan berhenti. Dia akan berusaha untuk tidak pernah kembali terlibat dengan pemuda itu. Bahkan jika bisa dia tidak mau bertemu lagi dengannya—oke! Terdengar sedikit berlebihan. Intinya Hinata enggan terlibat apapun tentang Sasuke.

Langkah pertama yang Hinata lakukan adalah dia akan mencoba bicara secara baik-baik pada Sasuke. Mengatakan padanya bahwa semua yang dia lakukan adalah sebuah kesalahan. Hinata membutuhkan banyak doa agar ini berhasil, maka sebelum dia mengetuk pintu atap matanya terpejam dengan kedua tangan bertautan di depan dada.

Yosh!” setelah memantapkan hati, Hinata mengetuk pintu tiga kali lalu menunggu sahutan dari dalam. Merasa tidak ada jawaban, gadis itu memberanikan diri membuka pintunya dan menyembulkan kepala ke dalam guna melihat keadaan ruangan.

Kening Hinata mengkerut setelah melihat ruangan itu kosong. Dia menegakkan tubuh dan mulai masuk lebih dalam untuk mencari penghuni di sana. Ruangannya masih bersih, sofa di sana juga rapi tidak tersentuh. Hinata melirik jam tangannya, memeriksa apakah dia salah jam. Tapi, di sana sudah jelas menunjukkan bahwa waktu istirahat sudah tiba beberapa menit lalu.

Hinata kembali berjalan dan berhenti di depan meja Sasuke. Di sana ada seperangkat komputer, mini speaker dan dua frame foto berukuran sedang. Dalam frame itu salah satunya adalah foto mereka berempat—Sasuke dan teman-temannya. Gadis itu melihat-lihat ke seluruh penjuru ruangan dan menyadari jika di sudut ruangan ada sebuah pintu kecil.

Hinata berjalan mendekati pintu itu, sebenarnya dia bukan tipe orang yang penasaran akan suatu hal seperti itu—masuk ke dalam ruangan dan mencari tahu apa yang ada di dalamnya. Tapi, untuk kali ini gadis itu seakan begitu tertarik oleh pintu kecil di depannya, seakan benda mati itu terus saja memanggil agar Hinata membukanya. Setelah berdebat dengan dirinya sendiri beberapa saat, akhirnya Hinata memutuskan untuk mengintip sedikit ke dalam sana. Tangan kanannya menjulur menggapai kenop pintu dan—

“Sedang apa?”

Hinata hampir saja melompat dari tempatnya karena terkejut saat suara datar nan berat terdengar tepat di belakang telinganya. Tepat saat dia berbalik, sosok pemuda yang dia cari sudah ada tepat di depannya sekarang. Dengan perasaan yang gugup luar biasa Hinata mencoba untuk terlihat biasa saja.

“Sedang apa?” pemuda itu kembali membuka suara dengan pertanyaan yang sama.

“S-sasuke-san, aku mencarimu.”

Sasuke berdiri tegak di depan Hinata dengan jarak yang cukup dekat. Gadis itu terlihat sangat kecil di penglihatan Sasuke, tingginya hanya sebatas dagu, dengan mata bulat dan kedua pipi yang bersemburat kemerahan dan itu membuat Sasuke gemas ingin menarik Hinata ke dalam pelukannya. Dengan satu tarikan pasti Sasuke mendekap gadisnya dengan erat, menghirup aroma buah dari rambut panjang itu juga sesekali memberikan kecupan kecil di sana.

Bola mata Hinata terbelalak kaget, dia tidak sempat mengelak. Dengan wajah yang terkejut dan tubuh yang kaku Hinata menerima perlakuan Sasuke. Dalam jarak yang sedekat ini, gadis itu bisa mendengar dan merasakan bagaimana jantung Sasuke bekerja—berdetak dengan ketukan yang cukup cepat.

Hhhh~ Aku pasti sudah gila.”

Sasuke mengatakan hal itu sambil menutup kedua matanya, merasakan degupan kencang dari kerja jantungnya sekaligus rasa nyaman dari memeluk Hinata. Dia tidak sadar jika kalimatnya membuat gadisnya itu kebingungan, sebenarnya apa yang terjadi.

Why ME? [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang