____“Kau tahu mengapa hubungan dengan perbedaan ekonomi yang kentara tidak pernah berhasil?”
Telinga Hinata seperti berdengung dan ditekan setelah mendengar kalimat itu. Secara spontan atmosfer di sekitarnya jadi terasa lebih berat dari sebelumnya. Tidak tahu harus menjawab apa dia memilih untuk diam dan menatap gelas berkilau di depan matanya.
“Segala sesuatu harus seimbang, Hinata. Kau pasti pernah merasa tidak nyaman dengan fakta bahwa kau terlihat memanfaatkan Sasuke secara material, bukan?”
Kening Hinata berkerut, itu sangat kasar. Meskipun pada kenyataannya Hinata tidak pernah meminta apapun dari Sasuke tapi, sesuai dugaannya stigma seperti ini tidak akan pernah lepas.
“Aku tidak pernah meminta apapun pada Sasuke.” belanya dengan suara yang dibuat setenang mungkin.
Mikoto memiringkan kepalanya.
“Kau bisa bicara seperti itu. Tapi, apa orang-orang akan percaya? Tidak ada yang peduli dengan kebenarannya. Orang yang memiliki kekuasaan selalu menang, bukan?”
Yah, secara tidak langsung Mikoto hanya ingin mempertegas bahwa dia bisa melakukan apapun agar Sasuke dengan Hinata berpisah.
Apa ini sudah jadi hukum alam? Si miskin selalu tertindas di bawah sepatu si kaya.
Hinata mengangkat kepalanya, “Apa yang sebenarnya anda, mau? Aku sudah meninggalkan Sasuke dan aku sudah berjanji tidak akan mengganggu kehidupannya lagi.”
Mikoto menatap gadis muda di hadapannya itu dengan tatapan lurus.
“Kau benar. Aku bisa saja membuat kau dan Sasuke tidak akan pernah bertemu lagi.”
Hinata diam-diam menghela napas. Lalu, tujuan Mikoto memintanya datang kemari untuk apa?
Gelas mewah di hadapannya masih terisi penuh bentuk kudapan ringan yang menggoda masih sangat utuh di samping. Hinata maupun Mikoto sama-sama lepas dalam lamunan.
Sebenarnya apa yang Hinata harapkan dari pertemuan ini sampai dia biss berpikir yang tidak-tidak. Dia mulai menyesali keputusannya untuk setuju dan bukannya memutuskan untuk tidak berurusan lagi dengan keluarga ini.
“Aku pikir, aku sudah mengerti dengan tujuan Anda mengajakku bicara seperti ini.” Hinata mulai menegakkan kepalanya perlahan, menatap Mikoto yang kini sudah mengambil cangkirnya.
Wanita bersurai hitam itu menyesap sedikit teh dalam cangkir, mata hitamnya menatap Hinata sekali lagi.
“Prasangkamu salah, Hinata.”
“Apa?”
“Jika dugaanmu aku kemari ingin menjauhkanmu dari putraku,” Mikoto menggelengkan kepalanya, “aku punya alasan lain.”
Hinata masih bergeming, dia tidak mau menelan bulat bulat kalimat wanita di depannya ini.
Mikoto meletakkan cangkirnya ke tempat semula,
“Aku tidak perlu merepotkan diriku sendiri jika ingin mengusirmu, aku bisa menyuruh bawahanku untuk melakukannya.” wanita itu menghela napas di akhir kalimat, nada sombongnya masih terdengar kentara.
“Aku akan memberikanmu pilihan.”
Tiba-tiba saja ketegangan dalam diri Hinata bertambah. Dia bisa merasakan bagaimana jantungnya bekerja lebih cepat, panas tubuhnya sedikit demi sedikit meningkat. Gadis itu menunggu Mikoto menyampaikan maksudnya dengan tenang.
“Kau bisa meningkatkan kualitas dirimu, Hinata. Perusahaan kami memliki banyak beasiswa untuk mereka yang layak. Aku lihat kau cukup pintar di bidang akademik. Jika kau berminat, kau bisa mengambilnya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Why ME? [SasuHina]
FanfictionHinata adalah seorang maid di kediaman keluarga Haruno. Dia sudah mengabdi selama bertahun tahun bersama kedua orangtuanya. Setelah kedua orangtuanya meninggal, Hinata hanya memiliki keluarga Haruno sebagai tempat untuk pulang. Hubungannya dengan no...