[20]

1.9K 286 22
                                    


____

Waktu terus berjalan, tidak terasa setengah tahun terlewati begitu saja oleh Hinata. Semua berjalan lancar, hingga rasanya dia sama sekali tidak memiliki masalah dalam kehidupan. Komunikasinya dengan Sakura maupun Naruto tetap berjalan seperti biasanya. Hanya saja, Hinata tidak pernah keluar bedua lagi bersama Naruto sejak jawaban pernyataan perasaan pemuda itu padanya.

Iya, Hinata sudah menjawabnya. Tepat setelah tiga hari lamanya dia memikirkan cara menolak Naruto, akhirnya Hinata mengatakannya secara langsung. Respons pemuda Uzumaki itu tetap baik, dia tidak menyimpan dendam dan akan tetap menjadi teman untuk Hinata. Begitu katanya.

Di samping itu, kesibukan masing-masing membuatnya tidak dapat bertemu dengan mereka terlalu sering seperti dulu. Bahkan dalam enam bulan terakhir, Hinata bertemu dengan Sakura hanya dua kali. Saat seminggu Hinata tinggal di tempat barunya dan kedua saat Hinata mengambil barang yang tertinggal di rumah Sakura. Selebihnya mereka hanya bertukar pesan atau menelpon jika ada sesuatu yang penting.

Berbeda dengan Sasuke yang hampir tiga atau empat kali dalam seminggu berkunjung ke tempat Hinata. Pemuda itu sungguh di luar dugaan, dia selalu mampir setelah kelasnya selesai. Tidak peduli, pagi, siang atau bahkan malam sekalipun. Namun, Hinata cukup senang dengan itu. Dia jadi memiliki teman untuk bicara atau sandaran ketika dia sedang lelah, begitu juga sebaliknya. Hinata benar-benar jatuh dalam pesona Sasuke, hingga sanggup berpikir sampai ke arah sana.

Hari ini pukul lima sore, Hinata masih berada di tempatnya bekerja. Jam kerjanya sudah habis sekitar lima menit yang lalu, setelah mengganti pakaian di ruang loker, Hinata hendak berpamitan pada temannya. Namun, dia tertahan oleh pembahasan antara tiga anak manusia yang berada beberapa langkah di depannya.

"... aku jadi kasihan pada gadis itu, dia pasti sangat menderita."

Hinata menghampiri teman kerjanya--Konan, Sara dan Temari dengan pandangan penasaran,

"Kalian membicarakan apa?"

Ketiga gadis itu menoleh ke arah Hinata yang langsung di rangkul Temari untuk bergabung dalam lingkaran gadis-gadis yang bergosip itu.

"Kau tahu Nona Yugao?" Hinata mengangguk, Temari sedikit menurunkan volume suaranya dan mulai melanjutkan,

"Pernikahannya gagal, kekasihnya selingkuh. Dan kau tahu apa yang lebih gila dari itu?"

Temari sedikit mencebik, dia mengerlingkan matanya sebelum melanjutkan, "Perselingkuhannya sudah lama terjadi. Aku yakin perempuan itu pasti yang meminta Tuan Hayate agar menghentikan pernikahannya."

Hinata hanya terdiam dengan wajah yang mulai memucat, dia memperhatikan ekspresi ketiga rekannya. Mereka hampir menunjukkan mimik wajah yang sama--terlihat antara marah dan jijik. Sara membuka suara setelah Temari selesai dengan ceritanya.

"Kenapa selalu saja ada perempuan rendahan yang tega melakukan hal seperti itu, ugh." gadis berambut merah bergaya ponytail itu bergidik membayangkan jika hal tersebut terjadi padanya.

Konan juga dia menyuarakan pendapatnya, "Jika Yahiko melakukan hal itu padaku, sudah aku pastikan dia tidak akan pernah bahagia sampai kapanpun."

Jantung Hinata terasa seperti tercubit mendengar hal itu dari ketiga temannya. Dia sama sekali tidak dapat berkomentar mengenai hal ini. Meskipun yang mereka bicarakan bukanlah dirinya namun, Hinata tetap merasa tertampar. Ke mana perginya Hinata dengan segala rasa bersalahnya, dulu? Mengapa dia bisa melangkah sangat jauh dari garis batasnya?

"Hinata, kau baik-baik saja? Wajahmu pucat." Temari menepuk sebelah pundak gadis itu yang dibalas gelengan kepala dari Hinata.

"Tidak apa-apa, aku hanya sedikit lapar. Aku akan pulang sekarang." Jawabnya menenangkan, Temari mengangguk dan mempersilahkan Hinata pulang.

Why ME? [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang