“Namaku Hinata, ini hari pertamaku. Douzou yoroshiku onegaishimasu.”
“Baiklah Hinata, silakan duduk di tempat yang kosong.”
Hinata membungkuk sopan sebelum berjalan mendekati kursi kosong ke dua dari belakang paling ujung dekat jendela. Dia mendapatkan kelas 2-4 berbeda dengan Sakura yang berada di kelas 2-3, berarti kelas mereka bertetangga. Suasana kelas sangat asing dan dia tidak mendapatkan sapaan ramah atau apapun itu di sini. Semua orang menatapnya dengan tatapan dingin dan tidak peduli. Sepertinya dia memang harus ekstra mandiri selama bersekolah di sini.
Hinata mencoba tersenyum ramah pada orang yang berada di sampingnya, pemuda berkulit pucat berambut klimis hitam. Dia membalas senyuman Hinata namun, senyumannya tidak terlihat tulus sama sekali. Malah terlihat seperti terpaksa.
Tempat ini sangat jauh dari tempatnya dulu. Padahal ini baru hari pertamanya tapi, dia sudah merindukan teman-temannya di sana. Merindukan candaan dan obrolan random yang selalu mereka lakukan jika tidak ada guru di kelas dan apapun itu. Mengingatnya membuat Hinata jadi tidak semangat dan kehilangan mood -nya.
Dua setengah jam berlalu, dua pelajaran yang Hinata lewatkan dengan melamun dan meratapi nasibnya. Dia bahkan tidak sadar jika kelas sudah hampir kosong. Mungkin dia akan lupa pada jam istirahat jika saja ponselnya tidak bergetar. Dia mengambilnya dan membaca isi pesan di sana.
From :サクラ
Subject:-
‘Hinata-chan! Ayo ke kantin! Naruto mengajakmu.’
Dia diajak untuk makan siang? Tapi, dia membawa bekal hari ini. Rencananya dia akan memakannya di rooftop seperti biasa—saat di sekolah lama. Meskipun dia belum menemukan tempat itu. Tapi, Hinata yakin pasti tempat itu mudah ditemukan.
Hinata tersenyum tipis. Ternyata meskipun pada awalnya Sakura tidak menunjukkan sikap yang baik tapi, dia tetap mau mengajaknya. Setidaknya dia tidak melupakan dan membiarkan Hinata sendirian di sekolah ini.
‘Baiklah. Aku akan ke kantin.’
Setelah mengetikkan pesan balasan, Hinata beranjak dari kursinya sambil membawa bentou yang dia siapkan dari rumah. Tour Naruto saat tadi pagi sangat membantu, dia jadi mudah menemukan tempat dan tidak khawatir untuk tersesat dalam sekolah yang masih asing untuknya ini.
Suasana kantin sangat ramai dan sesak, inilah salah satu alasan mengapa Hinata selalu membawa bekal dan memakannya di atap—menghindari keramaian. Dia menghindar bukan berarti dia anti sosial, dia hanya butuh ruang dan waktu yang tenang, meskipun sebentar.
Mata Hinata menatap hampir setiap meja yang ada di sana dengan takut-takut. Di salah satu sudut kantin, Naruto melambaikan tangannya dengan semangat. Senyuman Hinata merekah saat melihat cengiran hangat Naruto. Dia merasa diterima.
“Hinata-chan! Lama sekali.”
“Aku kesulitan mencari kalian.” jawab Hinata sambil duduk di salah satu kursi di samping Naruto.
Mata Hinata mengamati satu demi satu orang yang duduk satu meja dengannya. Di depannya ada Sakura, di sebelah kiri gadis itu ada pemuda dengan rambut nanas dan mata sipit, lalu di samping Naruto ada lelaki pucat yang satu kelas dengannya tadi.
“Ternyata kau kenal pada Naruto dan Sakura, siswi pindahan?” pertanyaan mendadak itu membuat Hinata sedikit gugup. Pasalnya dia tidak tahu apakah Sakura akan menyukai jawabannya atau tidak, ditambah lagi nada bicara lelaki pucat itu sama sekali tidak terdengar ramah.
“A-ah! I-itu—”
“Kami sudah berteman sejak lama. Ne, Sakura-chan?”
Jawaban dari Naruto membuat Hinata diam-diam sedikit bersyukur. Setidaknya jika Sakura marah, bukan dia satu-satunya orang yang akan disalahkan. Selanjutnya Hinata mengalihkan pandangannya pada Sakura. Mengharapkan jawaban yang sedikit saja membuatnya tidak gelisah.
“Begitulah.”
Hinata menghela napas lega. Sakura tidak membencinya, dia hanya berpikir terlalu berlebihan kemarin. Dia yakin Sakura adalah gadis yang baik. Dari semua sisi.
“Begitukah? Berarti kita juga teman, ne?” pemuda itu menjulurkan tangannya pada Hinata melewati Naruto yang ada di tengahnya. Hinata menerima tangan itu dengan sedikit ragu.
“Aku Sai.”
Naruto menepis tangan Sai yang masih saja menjabat tangan Hinata. Pemuda itu hanya tersenyum aneh pada Naruto, setelah melepaskan tagannya.
“Sai, apa kau melihat Sasuke? Sejak pagi aku belum bertemu dengannya.”
Sakura menyedot jus jambu miliknya dengan gerakan malas. Matanya bergerak mencari seseorang di sekitar sana. Mendapat pertanyaan seperti itu Sai hanya menggeleng sebagai jawaban.
“Coba kau cari ke tempat biasa.” usul Naruto, yang berhasil membuat gadis dengan surai merah muda itu menjentikkan jarinya sambil beranjak.
“Benar juga! Kadang kau memang berguna.” setelah mengatakan itu Sakura berlalu, meninggalkan Hinata bersama ketiga pemuda yang masih asing baginya.
Hinata menatap kepergian Sakura dengan pandangan bingung. Kepalanya sedikit memiring tanda bingung.
“Sakura akan pergi ke mana?”
“Atap.” jawaban singkat, padat dan jelas terlontar begitu saja dari mulut Sai. Membuat binar mata Hinata muncul karena dia juga sedang ingin pergi ke tempat itu.
“Benarkah? Aku sangat ingin ke sana. Apa aku boleh menyusul Sakura?”
Sai yang tadinya fokus pada makanan di depannya mengalihkan pandangannya pada gadis yang bicara dengan penuh antusias itu. Naruto juga, dia tidak kalah memandang Hinata dengan tatapan heran dan sedikit ngeri. Dan yang ditatap sangat menyadari perubahan atmosfer di sana.
“Kenapa? Apa ada yang salah dengan perkataanku?”
Sai dan Naruto kembali melanjutkan aktivitas mereka masing-masing, sebelum akhirnya pemuda yang sejak tadi terdiam angkat suara.
“Kau tidak akan mau ke sana jika, tau bagaimana mengerikannya tempat itu.”
Hinata baru saja akan angkat bicara dan bertanya lebih lanjut tapi, sepertinya Sai dan Naruto berusaha menutupinya.
“Oi! Shikamaru, jangan bicara seperti itu pada Hinata-chan. Sudahlah, ayo makan lagi.”
Sebenarnya ada apa dengan tempat itu?
***
Hinata meregangkan seluruh tubuhnya. Hari ini terasa panjang baginya, apalagi dengan perubahan lingkungan sekolahnya yang sangat mendadak. Gadis berambut panjang itu memasukkan peralatan belajarnya ke dalam tas, dia baru akan pulang setelah melakukan tugas piket. Padahal baru hari pertama, tapi dia sudah mendapat giliran piket lagi saja.
Cahaya jingga dari langit masuk melewati jendela kelas. Hinata menghela napas panjang, dengan mata terpejam dan wajah cantiknya terlihat menakjubkan di bawah balutan warna oranye sore itu. Gadis itu bersyukur atas semua kejadian yang terasa lancar terjadi padanya hari ini. Dan semoga untuk hari-hari berikutnya.
Hinata membuka matanya perlahan lalu menyambar tas sekolahnya. Keluar dari kelas tanpa menoleh ke manapun dan berjalan dengan ceria di lorong yang sepi. Tanpa menyadari mata yang mengawasinya sejak tadi di balik pintu.
***
A/n:
Jangan lupa tinggalkan jejak, ya❤
Belakangan ini aku lagi gak dapet feel buat nulis:' jadi, maafkan jika hasilnya mengecewakan dan lagi baru-baru ini aku berduka, soalnya ditinggal mati sama salah satu husbuku tercinta dari anime sebelah:'v *plakk! Moment SasuHina akan muncul chapter depan, yaa~ jyaa~—Nis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why ME? [SasuHina]
FanfictionHinata adalah seorang maid di kediaman keluarga Haruno. Dia sudah mengabdi selama bertahun tahun bersama kedua orangtuanya. Setelah kedua orangtuanya meninggal, Hinata hanya memiliki keluarga Haruno sebagai tempat untuk pulang. Hubungannya dengan no...