[4.Sasuke]

4.2K 484 10
                                    

Hari keempat Hinata di sekolah baru, cukup berjalan lancar. Dia sangat bersyukur tidak ada masalah apapun yang menghampirinya sejauh ini. Meskipun dia sedikit sulit mendapat teman dan bergaul, dia masih percaya pasti ada orang baik yang terselip di sana.

Untuk sekarang, dia masih sering bergabung dengan Naruto dan yang lainnya. Tapi, ada yang sedikit berbeda hari ini. Meja kantin yang biasa mereka tempati agak sedikit sempit dengan bertambahnya orang di sana.

Seorang pemuda berambut raven duduk dengan gaya angkuh di salah satu kursi di sana. Mata hitamnya berkilat tajam saat dia menoleh. Wajahnya keras dan dingin tanpa senyuman.

“Sasuke-kun!”

Sakura langsung berhambur memeluk pemuda itu dengan erat. Namun, yang mendapat pelukan malah mendorongnya agar menjauh, membuat Sakura dengan spontan mengerucutkan bibirnya kesal. Semuanya bersikap biasa saja, mereka mengambil kursi biasa dan duduk dengan tenang. Hanya Hinata yang masih berdiri mematung di sana.

“Hinata-chan, kemari duduk.”

Manik mutiaranya beralih menatap Naruto, lalu tersenyum dan mendekat untuk duduk di kursi samping Naruto berhadapan langsung dengan Sasuke.

“Sasuke, ini Hinata. Dia baru pindah ke mari beberapa hari yang lalu.” ujar Naruto sambil merangkul pundak Hinata.

Sasuke hanya bergumam tidak jelas. Dia juga sama sekali tidak tertarik dengan bahasan yang dilontarkan sang Uzumaki. Hinata yang merasa tidak nyaman dengan tangan Naruto hanya bisa menunduk dengan rona merah di pipinya.

Teme, kau ini sangat tidak menyenangkan.” keluh Naruto sambil melepas rangkulannya karena ramen yang ia pesan sudah datang.

“Sudahlah Naruto, makan saja ramenmu.” ujar Sakura dengan nada sebal, membuat mata sebiru lautan itu memicing tidak suka.

Hinata mulai membuka kotak makanannya saat semuanya sudah siap dengan santapannya masing-masing. Semua orang yang ada di mejanya memesan makanan dari kantin, kecuali dirinya. Bukan tidak mau membeli makanan kantin, dia hanya harus sadar diri dan berhemat uang. Dia bukan salah satu anak-anak kaya yang ada di sana. Lagipula Hinata sama sekali tidak merasa malu meskipun keadaannya seperti ini.

Saat sedang serius dengan makanannya Hinata merasa bulu kuduknya merinding. Dia merasa diawasi. Matanya dengan takut-takut mengangkat pandangan dan mendapati Sasuke yang sedang menatapnya lurus. Dengan terburu-buru Hinata menunduk, membuat dengusan terdengar dari Sasuke.

Sepertinya dia akan mendapatkan mainan baru kali ini.

***

Bel pulang berbunyi nyaring ke setiap sudut sekolah. Perlahan para siswa dan siswi  berhambur keluar kelas. Ada yang langsung pulang, pergi ke perpustakaan, langsung memasuki ruang klub ekstrakulikulernya masing-masing dan yang lainnya.

Hinata berjalan menuju perpustakaan sambil membawa tumpukan buku paket biologi yang tebal, gadis itu sampai kepayahan. Teman-teman satu kelasnya sama sekali tidak ada yang mau membantu. Sangat menyebalkan.

Saat perjalanannya sudah setengah jalan, Hinata tanpa sengaja menabrak seseorang, hingga buku yang tengah ia bawa berjatuhan ke lantai. Kebiasaan buruk Hinata sejak dulu, dia suka sekali melamun. Hingga tidak mempedulikan sekitar.

Berkali-kali membungkuk dan meminta maaf, Hinata dengan cepat memunguti bukunya yang berserakan.

Hinata mengangkat pandangannya, dengan posisi berjongkok. Gadis itu dengan segera menegakkan tubuh setelah membereskan bukunya sendiri. Pemuda itu belum pergi, malah berdiri di depan Hinata dengan tatapan mata menilai.

Hinata tahu siapa pemuda di depannya ini. Dia tunangan Sakura, dia tidak seharusnya bicara pada pemuda ini atau nanti akan timbul masalah.

Gomenasai.” gadis itu membungkuk sekali lagi, sebelum akhirnya melangkah melewati Sasuke.

“Tunggu.”

Langkah kaki Hinata berhenti dan kembali berbalik ke arah Sasuke. Pemuda itu berjalan santai ke arah Hinata dengan kedua tangannya yang ia sembunyikan di balik celana seragam. Dia berhenti tepat di depan Hinata, mengamati wajah gadis itu dengan begitu saksama membuat si empunya merasa sangat tidak nyaman. Hingga pada posisi yang sangat dekat Sasuke mengatakan sesuatu yang janggal di telinga Hinata.

“Kau lagi.”

Wajah Hinata semakin mundur saat Sasuke juga semakin mendekat. Dia sama sekali tidak mengerti apa maksud dari perkataan Sasuke. Mereka baru bertemu sekali—mungkin dua tapi, Sasuke berkata seolah dia sudah bertemu dengannya berkali-kali.

“Jika kau melakukan hal yang sama lagi, akan aku pastikan kau tidak akan lepas dariku.” setelah mengatakan hal itu, Sasuke pergi meninggalkan Hinata yang masih terdiam membeku di tempatnya sambil mencerna semua ucapan Sasuke.

“Melakukan apa? Apa yang dia maksud?” Hinata bergumam sendiri, kepalanya sedikit memiring tanda bingung. Dia melanjutkan perjalanannya yang tertunda tanpa mengambil pusing lebih panjang tentang perkataan Sasuke.

***

“Hinata-chan!”

Gadis yang merasa namanya di panggil menoleh dan mencari asal suara. Hinata baru saja berjalan sampai gerbang depan sekolah, berniat akan menunggu bus di halte terdekat. Amethyst indahnya bergulir dan berhenti tepat saat menangkap sosok pemuda yang tersenyum lebar di sebrang ke arahnya. Dia terlihat begitu menakjubkan dengan menunggangi motor besar bewarna hitam metalik.

“Naruto-san.”

“Ayo, pulang bersama.” Naruto masih mempertahankan senyuman lebarnya, membuat Hinata memerah saat melihatnya.

Namun, momen indah itu tidak berlangsung lama. Semuanya berakhir saat sebuah mobil SUV hitam membelah jalanan sambil membunyikan klakson dengan kencang. Membuat kedua insan yang sedang dalam perasaan berbunga itu terperangah kaget.

“Dasar penghacur momen.” gumam Naruto dengan dahi yang berkendut kesal.

Di sisi lain pengendara SUV tadi berdecih saat melirik gadis tadi dari kaca spion, gadis itu sudah menyebrang dan sedang memakai helm bersiap untuk pergi bersama bocah kuning itu.[]

****

A/n

Ma'af jika masih ada typo. Jangan lupa tinggalkan jejak, ya~❤
Adakah yg mau menyarankan adegan bwt sasuhina nanti? Ayo komen. Jyaa~❤

—Nis.

Why ME? [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang